Skip to content

Pertumbuhan Energi Bersih di Indonesia Mandek

Author :

Authors

Jakarta, Gatra.com – Pertumbuhan dan perkembangan energi terbarukan atau energi bersih (clean energy) di Indonesia pada tahun 2018 dianggap mandek, sedangkan pada 2019 diprediksi tidak akan banyak berubah.

Hal itu mengemuka dalam dialog ‘Indonesia Clean Energy Outlook: Reviewing 2018, Outlooking 2019’ yang digelar Institute for Essential Services Reform (IESR) di Graha Bimasena, Jakarta Selatan, Rabu (19/12/2018) pagi.

Mantan Menteri ESDM era Presiden SBY Purnomo Yusgiantoro mengatakan mandeknya pertumbuhan energi bersih merupakan hal yang disayangkan, apalagi pertumbuhan serupa di negara lain seperti Tiongkok sangat tinggi.

“Saya harus mengatakan, perlu adanya political will yang besar dari Presiden RI. Kalau kita serius ingin melakukan konversi ke energi bersih, ya para pemimpin kita harus memimpin. Ini perlu teladan dari atas,” kata Purnomo.

Sudirman Said mengamini pendapat Purnomo. Sudirman mengatakan bahwa pemerintah harus mengadopsi ‘technocratic approach’.

“Technocratic Approach yang saya maksud siapapun presiden kita, ia harus mendengarkan pendapat Menteri ESDM. Demikian juga sebaliknya, Menteri ESDM juga harus mengerti bidangnya. Mari kembalikan masalah energi kepada para teknokrat kita,” jelas Sudirman yang juga pernah menjadi Menteri ESDM.

Sudirman juga menyoroti kondisi dalam 20 tahun terakhir yang menjadi salah satu sebab inkonsistensi kebijakan dalam bidang energi.

“Dalam 20 tahun terakhir ada 5 presiden dan 10 menteri ESDM. Pak Purnomo Yusgiantoro jadi menteri selama 9 tahun, sisanya dibagi ke 9 menteri yang lain. Jadi bisa dibayangkan konsistensi kebijakan dalam bidang energi selama 11 tahun terakhir seperti apa,” tutup Sudirman.

Sementara, Kepala Divisi Riset IESR Pamela Simamora mengatakan pengembangan energi bersih butuh investasi. Agar menarik, perlu ada oerubahan menyeluruh terhadap regulasi.

“Untuk menghilangkan hambatan dalam investasi energi bersih, Permen ESDM No 48/2017, 50/2017, 10/2017 jo 49/2017 perlu diperbaiki. Kejelasan mengenai sistem paralel dalam Permen ESDM No 1/2017 juga perlu ditinjau ulang untuk disempurnakan,” terang Pamela.

Turut hadir pula dalam acara dialog tersebut mantan Sekjen OPEC Prof Dr Soebroto, Direktur Eksekutif Fabby Tumiwa dan puluhan peserta dialog yang terdiri atas akademisi dan teknokrat dalam bidang energi.

Sumber: gatra.com.

Share on :

Comments are closed for this article!

Related Article

IESR-Secondary-logo

Dengan mengirimkan formulir ini, Anda telah setuju untuk menerima komunikasi elektronik tentang berita, acara, dan informasi terkini dari IESR. Anda dapat mencabut persetujuan dan berhenti berlangganan buletin ini kapan saja dengan mengklik tautan berhenti berlangganan yang disertakan di email dari kami. 

Newsletter