Adaptation Fund : Bagaimana Nasibmu?

Seiring dengan berakhirnya komitmen periode pertama Kyoto Protocol, banyak orang mempertanyakan mengenai nasib dari Adaptation Fund. Adaptation Fund merupakan dana yang dikumpulkan dari hasil kontribusi sebesar 2% dari mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism, CDM). Harga karbon yang jatuh, membuat jumlah dana dari Adaptation Fund menurun jauh. Di tahun 2010, sebesar 100 juta dollar yang terkumpul dari kontribusi CDM, di tahun 2013 diperkirakan dana yang akan tersedia hanya mencapai 7 juta dollar saja. Tanpa adanya suntikan dana baru di luar kontribusi CDM, Adaptation Fund diperkirakan tidak akan dapat mendapai kegiatan adaptasi paling lambat tahun depan.

Adaptation Fund Board telah mengajukan permintaan yang sangat mendesak untuk kontribusi kepada negara-negara maju, untuk setidaknya memenuhi angka 100 juta dollar di akhir tahun 2013 ini. Hingga kini, Adaptation Fund Board baru mendapatkan sekitar 45 juta dollar, sebelum harga CER turun.

Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi : Bersinar di ADP

Pembahasan di dalam Ad hoc working group on Durban Platform membawa energi terbarukan dan efisiensi energi menjadi 2 aktivitas yang mendapatkan sorotan dari berbagai pihak. Berawal dari AOSIS non-paper yang diajukan oleh Alliance of Small Islands States (AOSIS) paska sesi ADP di Bonn April lalu, dimana AOSIS secara spesifik mengajukan proposal mengenai peningkatan kegiatan energi terbarukan dan efisiensi energi untuk meningkatkan ambisi sebelum tahun 2020, energi terbarukan dan energi efisiensi kini menjadi 2 jargon yang selalu diungkit. Proposal AOSIS ini kemudian didukung oleh proposal EU yang juga mendukung implementasi energi terbarukan dan efisiensi energi.

Proposal AOSIS juga menggambarkan bagaimana implementasi energi terbarukan dan energi efisiensi dapat memanfaatkan inisiatif-inisiatif yang ada di luar UNFCCC untuk mempercepat implementasi peningkatan ambisi sebelum 2020, sesaat sebelum perjanjian yang baru mulai diterapkan. Salah satu inisiatif yang kemudian diundang untuk memberikan penjelasan lebih lanjut adalah Sustainable Energy for All, sebuah inisiatif mengenai energi yang berkelanjutan yang diluncurkan oleh Ban Ki Moon di tahun 2011 lalu, yang memberikan penjelasannya di workshop mengenai Energy Transformation, Jum’at 7 Juni 2013 yang lalu.

Workshop mengenai Energy Transformation juga mengundang IEA mengenai peran dari energi terbarukan dan efisiensi energi, serta Carbon Sequestration Leadership Forum yang menyampaikan mengenai Carbon Capture Storage.

IEA menyampaikan bahwa saat ini, efisiensi energi merupakan sumber energi kelima, yang dengan menerapkannya, sebenarnya bisa memberikan energi di tempat lain. Walau demikian, IEA juga menyatakan bahwa implementasi energi terbarukan dan energi efisiensi tidak akan cukup. Energi fosil masih diperlukan untuk memenuhi permintaan energi yang ada.

Memasuki Minggu ke-2 Negosiasi, SBI masih belum dimulai

Memasuki minggu ke-2 negosiasi, Subsidiary Body for Implementation masih belum juga dimulai. Rusia masih bersikeras dengan memasukan agendanya yang terkait dengan prosedur dan legalitas dari pengambilan keputusan di COP, dimana G77 juga bersikeras untuk tidak meluluskan keinginan Rusia tersebut.

Hal ini menyebabkan begitu banyak agenda yang harus dibahas di SBI menjadi mundur. Beberapa workshop yang telah direncanakan pun bahkan tidak dapat berlangsung, seperti :

  • Workshop mengenai bagaimana negara berkembang menyiapkan dan menerapkan target penurunan emisi
  • Upaya-upaya untuk menolong negara-negara berkembang menerapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hutan untuk penurunan emisi

Seluruh pihak tentunya ingin agar pengambilan keputusan di dalam negosiasi perubahan iklim dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati. Walau demikian, Rusia pun tidak melakukan tanggung jawabnya dengan keluar dari Protokol Kyoto tanpa melakukan kewajiban menurunkan emisi, padahal mereka merupakan salah satu negara dengan emisi terbesar.

Perilaku Rusia tersebut menyebabkan Climate Action Network – sebuah jaringan organisasi nonprofit beranggotakan lebih dari 850 organisasi untuk perubahan iklim – memberikan fossil award of the week untuk Rusia, yang diumumkan lebih dulu dari jadwal yang seharusnya. Hingga hari Sabtu, 8 Juni 2013 pukul 20.30 waktu Bonn, Jerman, plenary SBI belum juga dimulai.

Ketidakpastian akan adanya sesi tambahan di bulan September memperburuk suasana. Itu artinya, memasuki COP 19 di Warsawa November mendatang, akan sangat banyak agenda yang harus dikerjakan dimana 2 minggu belum tentu dapat mengakomodir seluruh pekerjaan tersebut.