Siaran Pers : Perhotelan Dapat Berkontribusi Terhadap Target Konservasi Energi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Potensi Penghematan Energi di Industri Perhotelan Belum Digarap Secara Optimal

Industri perhotelan membutuhkan energi yang cukup besar untuk menarik dan me- layani wisatawan yang berkunjung. Potensi penghematan energi di perhotelan masih terbuka luas, khususnya pada hotel-hotel kelas menegah yang dikelola oleh individu atau perusahaan keluarga yang terdapat di kawasan-kawasan wisata di Indonesia. Menurut data Kementerian ESDM, potensi penghematan energi pada bangunan ge- dung komersial di Indonesia berkisar antara 20%-35%.

Melalui proyek Sustainable Tourism on Energy Efficiency through Adaptation and Mitigation Measures in Pangandaran (STREAM), Institute for Essential Services Reform (IESR) melakukan pilot project yang menginisiasi pendekatan sistematis untuk kon- servasi dan efisiensi energi di sejumlah hotel skala kecil dan menengah, serta restoran kecil di kawasan wisata Pangandaran.

Mulai tahun 2012 sampai dengan 2014, IESR melalui program STREAM yang didukung oleh BMU Jerman, melakukan audit energi di 17 hotel dan 2 restoran di Pangandaran.

Hasil audit energi tersebut menghasilkan rekomendasi audit, yang menjadi dasar un- tuk melakukan intervensi berupa aplikasi teknologi hemat energi di hotel dan restoran, yang meliputi penggantian teknologi lampu CFL dengan LED, pendingin udara (AC) berteknologi inverter, penggantian refrigeran AC dengan refrigeran hidrokarbon, pemasangan sensor pintar (smart sensor) dan Solar Water Heater untuk mengganti pemanas air bertenaga listrik dan gas. Berdasarkan hasil audit energi, diperkirakan potensi penghematan energi di sejumlah hotel dan restoran bervariasi antara 25%- 40%. Instalasi teknologi hemat energi dilakukan secara bertahap dari Desember 2013 hingga Mei 2014.

“Pemasangan teknologi hemat energi sesuai dengan rekomendasi audit energi dapat membantu hotel menurunkan biaya energi, sekaligus mengurangi kontribusi hotel terhadap produksi emisi gas rumah kaca yang memicu terjadinya perubahan iklim. Teknologi hemat energi yang digunakan tidak akan mengurangi kenyamanan tamu, namun justru meningkatkannya,” kata Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR.

Hasil audit energi yang dilakukan IESR menunjukkan bahwa di kawasan Pangandaran dan Batu Karas, pemborosan energi yang terjadi umumnya diakibatkan oleh sistem pen- erangan yang kurang optimal, sistem pendingin udara yang sudah berusia tua, peng- gunaan motor listrik yang relatif tua, rancangan bangunan dan ruangan yang kurang memadai untuk implementasi tindakan-tindakan efisiensi energi, penggunaan peralatan listrik yang boros dikarenakan umur peralatan yang sudah tua, serta minimnya pengeta- huan, kesadaran dan budaya hemat energi diantara para pengelola hotel, restoran, dan para karyawannya.

“Seluruh hotel dan restoran yang diaudit sama sekali tidak memiliki sistem pengelolaan energi yang baik, apalagi yang dituangkan dalam prosedur operasi standar. Manajer dan karyawan tidak tahu profil konsumsi energi, dan budaya hemat energi hampir tidak ada dalam organisasi hotel atau restoran,” demikian observasi dari Henriette Imelda, Manajer Proyek STREAM dari IESR.

Berdasarkan temuan ini, intervensi yang dilakukan oleh IESR juga meliputi peningka- tan pengetahuan serta pembangunan kesadaran pentingnya melakukan pengelolaan energi untuk memberikan hasil penghematan energi. Hal ini dilakukan melalui sejumlah pelatihan dengan target yaitu manajer hotel dan restoran beserta staf teknisnya, mau- pun petugas-petugas hotel lain seperti front office yang merupakan garda terdepan dari hotel. IESR juga membantu hotel untuk merumuskan Prosedur Operasi Standar yang melibatkan aksi-aksi untuk menerapkan kegiatan efisiensi energi bagi seluruh petugas dan pekerja hotel.

Berbagai pelatihan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memunculkan kesadaran dari pengelola hingga karyawan hotel tentang pentingnya serta manfaat dari aksi penghematan energi.

Perbaikan prosedur standar operasi dan perubahan perilaku petugas hotel dengan cepat dapat menurunkan konsumsi energi sebesar 5-10%. Penghematan yang lebih besar dapat dicapai melalui intervensi teknologi yang memerlukan biaya investasi yang beragam, yang berkorelasi dengan penurunan konsumsi energi tambahan sektitar 10- 25%.

Hotel dan restoran yang menjadi mitra proyek STREAM sudah mulai merasakan man- faat intervensi STREAM. Para manajer hotel juga sudah mulai merasakan berkurangnya nominal pembayaran listrik setelah intervensi STREAM terjadi.

Sejumlah hotel telah menyatakan untuk melakukan investasi dengan menggunakan dana mereka sendiri untuk memasang teknologi LED, sensor dan AC. Pendekatan dan inovasi IESR melalui program STREAM telah berhasil menggugah pengertian dan pema- haman para pemilik dan manajer hotel bahwa konservasi dan efisiensi energi di hotel cukup menguntungkan, tetapi tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diharapkan para tamu mereka. Diperkirakan, dengan seluruh intervensi teknologi yang diterapkan di hotel dan restoran melalui proyek STREAM ini, dapat menurunkan konsumsi energi sebesar 140 MWh/tahun, dengan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 136 ton CO2-ek/tahun.

Dengan potensi penurunan emisi sebesar 136 ton CO2-ek/tahun, gerakan efisiensi energi di kawasan wisata dapat berkontribusi pada pencapaian target penurunan emisi nasional, yaitu sebesar 26% hingga tahun 2020. Lebih khususnya lagi, tindakan-tindakan untuk melaku- kan efisiensi energi di kawasan Pangandaran akan dapat berkontribusi pada implementasi Rencana Aksi Daerah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di daerah Jawa Barat, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 1 tahun 2012, yang juga mencatat efisiensi energi sebagai salah satu potensi mitigasi perubahan iklim yang dapat dilakukan.

Jakarta, 05 Mei 2014 Kontak:

Henriette Imelda
Tel: 021-7992945
Alamat surat elektronik: imelda@iesr.or.id

 

 

Share on :

Leave a comment