Jakarta, Kamis, 21 Maret, 2019 – IESR, think tank yang memiliki fokus advokasi percepatan transisi energi rendah karbon di Indonesia, dalam kesempatan ini menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dipembukaan Standard Chartered CEO Connect Forum yang bertajuk “Connecting Indonesia and China through the Belt & Road Initiative (BRI)” di Jakarta pada Selasa (19 Maret) lalu, yang menyatakan bahwa Indonesia siap mengajukan 28 proyek senilai US$91,1 miliar (setara 1.200 triliun Rupiah) pada para investor Tiongkok Rabu ini sebagai bagian dari partisipasi Indonesia di China’s Belt and Road Initiative (BRI). Dari 28 proyek tersebut sedikitnya ada 3 proyek yang di usulkan merupakan proyek PLTU dengan kapasitas 2,1GW dengan nilai investasi setidaknya sekitar US$2.94 miliar.
“Indonesia dapat memanfaatkan BRI Cooperation Forum ini untuk mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yang jelas membutuhkan investasi besar. Selama ini Tiongkok lebih fokus berinvestasi di PLTU batubara, padahal Indonesia harus mulai meninggalkan batubara dan mempercepat pengembangan energi terbarukan. Sesuai dengan target KEN, untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% diperlukan tambahan 35 GW pembangkit ET hingga 2025. RUPTL PLN 2019-2028 merencanakan pembangunan pembangkit ET hanya sebesar 16 GW sampai 2028, ” kata Fabby Tumiwa
Potensi ET yang dapat dikembangkan di Indonesia mencapai 716 GW sampai tahun 2030. Dari hasil perhitungan IESR, untuk mencapai target KEN diperlukan investasi sebesar 72,5 miliar USD hingga 2025. IESR menyarankan agar pemerintah Indonesia mengusulkan kerjasama bilateral melalui forum BRI ini untuk “10 GW Clean Energy Acceleration Development Initiative” yang difokuskan pada pengembangan pembangunan listrik tenaga surya (PLTS) skala utilitas, PLT Bayu, PLT Panas Bumi, dan PLT Biomassa serta PLT Mini Hidro.
Inisiatif ini meliputi kerjasama teknologi, pendanaan dan investasi, yang melibatkan PLN, PGE, Geodipa dan BUMN lain serta pelaku usaha swasta Indonesia, institusi finansial dan rekanan mereka, kerjasama dalam pemetaan sumber daya energi terbarukan yang akurat, dan transfer pengetahuan serta riset gabungan antar negara terutama di bidang integrasi VRE dan pumped storage.
Program utama dari inisiatif ini adalah pengembangan kapasitas terpasang PLTS sebesar 4 GW, PLTB sebesar 1 GW, PLTBm sebesar 2 GW, PLTMH sebesar 1 GW dan PLTP sebesar 2 GW dengan total investasi yang dibutuhkan sekitar 17,3 miliar USD. Menurut IESR, pengalihan investasi ini untuk mensubstitusi investasi PLTU yang selama ini didukung oleh China.
IESR mengukuhkan pernyataan ini dengan hasil studi dan temuan riset kami yang dapat diakses di:
Green Belt and Road Initiative (BRI) IESR
[Data di paparkan dalam Bahasa Inggris]
Siaran Pers – Belt & Road Initiative Mendukung pengembangan Energi Bersih di Indonesia
##