Harga Minyak Dunia Diprediksi Pulih 2017

Harga Minyak Dunia Diprediksi Pulih 2017REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Harga minyak dunia diprediksi akan kembali menembus angka 50 dolar AS per barel pada 2017 nanti. Pengamat energi Fabby Tumiwa mengungkapan, harga minyak dunia di tahun ini akan berkisar di antara 25-50 dolar AS per barel. Selain karena kondisi ekonomi global yang tengah merosot, hal tersebut juga dipengaruhi karena adanya kelebihan pasokan minyak mentah hingga 2 juta barel per hari.

“Suplai besar sekitar 98 juta barel per hari tapi permintaannya hanya 96 juta per hari. Jadi ada over suplai dari 1,5-2 juta per hari,” ungkap Fabby, Jumat (22/1).

Fabby menilai, kondisi minyak dunia di level rendah seperti saat ini akan berlangsung hingga tahun depan dan akan membaik pada 2017.

“Menurut perkiraan beberapa analis akan rata ratanya 50 dolar AS per barel dan tren mungkin akan naik setelah 2017,” ujarnya.

Prediksi tersebut juga bercermin pada kondisi global yang diharapkan kembali membaik. Selain itu petinggi-petinggi di Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) diharapkan dapat mengeluarkan satu kebijakan yang dapat menstabilkan produksi minyak dunia.

“Diharapkan ekonomi lebih baik dan ada kebijakan baru OPEC untuk stabilkan produksi. Sehingga nanti setelah 2017 dapat bergerak ke 60 dolar per barel,” ungkap dia.

Sumber: republika.co.id.

Penurunan Harga Energi Diprediksi akan Terjadi Sepanjang 2016

Penurunan Harga Energi Diprediksi akan Terjadi Sepanjang 2016Suara.com – Pengamat Kelistrikan Direktur Eksekutif Institute Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa memprediksikan sepanjang 2016 penurunan harga energi akan bertahan sepanjang 2016.

Seperti yang terjadi pada minyak mentah. Fabby menjelaskan, harga minyak mentah akan terus mengalami penurunan seiring dengan dicabutnya sanksi embargo minyak di Iran yang akan menambah pasokan minyak didunia sekitar 400 ribu hingga 600 ribu barrel per hari.

“Ini berarti harganya akan tetap murah sepanjang tahun. Mungkin di sekitaran 20 sampai 60 dolar AS per barrel. Kenapa, karena akan aka surplus mintak 1,5 sampai 2 juta barrel per hari. Nah inilah yang akan membuat harga minyak akan terus murah dan turun,” kata Fabby saat menjadi pembicara dalam PLN Outlook 2016 di kantor pusat PLN, Jakarta Selatan, Jumat (22/1/2016).

Pascapenurunan Harga BBM, Tarif Angkutan Umum akan Disesuaikan
Hal yang sama juga terjadi pada energi gas jenis Liquid Natural Gas yang diperkirakan akan mengalami penurunan. Ia menjelaskan, untuk di Asia tahun ini harga gas akan terus tertekan lantaran berkurangnya permintaan LNG di Asia terutama Jepang. Ia memprediksikan harga LNG akan berada dikisaran 10 dolar AS per MMBTU.

“Ini juga akan bertahan hingga akhir tahun kalau prediksi saya. Karena permintaan LNG berkurang belakangan ini,” tegasnya.

Selain minyak mentah dan gas, anjloknya harga batubara sepanjang 2015 juga masih akan terjadi pada tahun ini. hal ini lantaran, melambatnya perekonomian dunia beberapa bulan di 2015, telah membuat harga batubara semakin tertekan ditambah perekonomian Cina melambat membuat permintaan batubara menurun.

“Memang kemarin akan permintaan dari India, tapi volumenya lebih rendah dari permintaan Cina. Makadiperkirakan harga barubara tahun ini nggak beda jauh dari tahun ini dikisaran 40 sampai 45 dolar AS per ton,” ungkapnya.

Ia memprediksikan, harga-harga energi ini akan kembali bangkit pada 2017 mendatang. Hal ini seiring hal ini lantaran adanya engan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang membaik, dan diharapkan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh OPEC untuk mengatur produksi minyak terutama di dunia.

Sumber: suara.com.

Harga Listrik Diprediksi Turun Lagi Tahun Ini

Harga Listrik Diprediksi Turun Lagi Tahun IniTEMPO.CO, Jakarta – Direktur Eksekutif Institute Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan harga listrik PLN ada kemungkinan turun di 2016 ini. Menurut Fabby penurunan harga ini dipengaruhi oleh harga komoditi energi yang terus turun, terutama batu bara.

Fabby mengatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi harga listrik. Harga listrik sangat dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, stagnasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi domestik juga berpengaruh.

Harga batu bara dunia kini memang terus turun. Harga batu bara tertinggi mencapai US$ 50 per ton – US$ 60 per ton. Pada 2016, diperkirakan harga tidak akan berbeda jauh dari tahun 2015. Karena itulah, menurut Fabby, ada kemungkinan harga listrik dapat kembali turun di tahun ini.

“Kalau kurs dolar stabil ada potensi harga listrik turun lagi,” kata Fabby di Jakarta, Jumat, 22 Januari 2016.

Penurunan harga ini, menurut Fabby, perlu diperhatikan. PLN dinilai perlu merancang perolehan pendapatannya untuk mengantisipasi hal ini. Pelambatan ekonomi global akan menyebabkan pengguna listrik dan pengusaha membuat keputusan yang berbeda.

Untuk mengatasi hal ini, Fabby menyarankan agar PLN beralih ke energi alternatif. Penggunaan energi alternatif, menurut Fabby, akan membantu iklim bisnis PLN dalan lima tahun ke depan.

Pada akhir Desember 2015, PLN mengumumkan penurunan tarif listrik tegangan rendah, meliputi rumah tangga, usaha skala menengah, dan kantor pemerintah skala menengah. Tarif turun dari Rp 1.509,38 menjadi Rp 1.409,16 per kWh. Adapun tarif listrik tegangan menengah, yang mencakup sektor usaha skala besar, kantor pemerintah skala besar, dan industri skala menengah tarifnya turun dari Rp 1.104,73 menjadi Rp 1.007,15 per kWh.

Untuk tarif listrik tegangan tinggi, yang meliputi sektor industri skala besar, tarif juga mengalami penurunan. Tarif turun dari Rp 1.059,99 menjadi Rp 970,35 per kWh.

Sumber: tempo.co.

Ikuti Minyak, Harga Gas Diperkirakan Juga Bakal Merosot

Ikuti Minyak, Harga Gas Diperkirakan Juga Bakal MerosotLiputan6.com, Jakarta – Harga gas diperkirakan akan turun mengikuti jejak harga minyak dunia yang turun hingga 25 persen sejak awal tahun ini. Konsumsi melemah menjadi penyebab penurunan harga gas.

Executive Director at Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menjelaskan, harga gas alam cair atau Liquid Natural Gas (LNG) untuk kawasan Asia belum banyak mengalami perubahan. Saat ini, ahrga rata-rata LNG di kawasan Asia masih di kisaran US$ 10 per MMBTU atau setara dengan harga minyak di US$ 55 per barel.

Berbeda, harga minyak telah mengalami penurunan yang cukup tajam sepanjang tahun ini. Di awal tahun, harga minyak masih di kisaran US$ 40 per barel. Sedangkan saat ini sudah ada di bawah US$ 30 per barel. Harga minyak telah mengalami penurunan kurang lebih 25 persen hanya dalam beberapa pekan saja.

“Sebenarnya kalau kita lihat, harga gas di Asia tidak banyak berubah. Jadi harga gas di Indonesia itu menggunakan referensi tersebut,”‎ kataFabby, dalamPLN Outlook 2016, di Kantor PusatPLN,Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Namun, keberuntungan Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen LNG karena harga gas tak mengalami penurunan tersebut bakal segera hilang.

Menurut Fabby, harga gas juga akan terjungkal seperti harga minyak mentah. Alasannya, konsumen terbesar LNG ‎produksi Indonesia yaitu Jepang juga berencana untuk menurunkan konsumsi. Penurunan tersebut karena industri di Jepang juga belum banyak berkembang akibat penurunan pertumbuhan ekonomi dunia.

Selain itu, penurunan permintaan dari Jepang juga disebabkan karena mulai kembali beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga‎ Nuklir (PLTN) yang sempat tidak dioperasikan pasca bencana Tsunami beberapa tahun lalu. “Karena reaktor nuklir akan difungsikan lagi, Japang punya 42 PLTN. Akan ada satu atau dua di restart lagi, kalau ini mengala maka akan ada penurunan permintaan gas,” tutup Fabby.

Dengan penurunan konsumsi dari Jepang tersebut membuat permintaan penurunan sehingga ke depan diperkirakan pasokan LNG akan lebih besar dibandingkan dengan permintaan. “Di 2016 ini harga LNG di Asia diperkirakan akan berada di bawah US$ 10 per MMBTU karena permintan dari Jepang rendah,” terang Fabby.

Untuk diketahui, harga minyak beberapa waktu lalu sempat mengarah ke level positif atau naik setelah terus menerus turun. Namun pada penutupan perdagangan Rabu kemarin harga komoditas tersebut kembali tergelincir menuju ke level paling rendah sejak 2003.

Harga minyak untuk pengiriman Maret saja turun 1,5 persen. Turunnya harga minyak dipicu karena kekhawatiran kelebihan pasokan akan berlangsung lebih lama lagi.

Sedangkan harga minyak acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari berada di level US$ 26,55 per barel atau turun US$ 1,91 atau 6,71 persen, meski harga tersebut naik sedikit dari perdagangan harian di level US$ 26,19. Harga ini adalah harga paling rendah sejak Mei 2003.

Sementara harga minyak acuan Brent juga turun 91 sen ke level US$ 27,87 per barel, naik tipis dari perdagangan harian US$ 27,1 per barel. (Pew/Gdn)

Sumber: liputan6.com.