PLN Berniat Akuisisi Pertamina Geothermal

Kondisi mesin Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun di Desa Paloh, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (2/6). PLTMG Arun berkapasitas 184 Megawatt (MW) yang resmikan Presiden Joko Widodo itu dibangun PT PLN (Persero) dengan dana investasi sebesar Rp35,4 miliar dan 81,2 Juta Euro,dilaukan pembangunannya pada Juni 2014 oleh PT Wijaya Karya dengan menggunakan 19 mesin merupakan PLTMG terbesar di Indonesia menuju Aceh-Sumatera gemilang listrik pada tahun 2020. ANTARA FOTO/Rahmad/pd/16
Kondisi mesin Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Arun di Desa Paloh, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (2/6). PLTMG Arun berkapasitas 184 Megawatt (MW) yang resmikan Presiden Joko Widodo itu dibangun PT PLN (Persero) dengan dana investasi sebesar Rp35,4 miliar dan 81,2 Juta Euro,dilaukan pembangunannya pada Juni 2014 oleh PT Wijaya Karya dengan menggunakan 19 mesin merupakan PLTMG terbesar di Indonesia menuju Aceh-Sumatera gemilang listrik pada tahun 2020. ANTARA FOTO/Rahmad/pd/16

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana mencaplok seluruh saham PT Pertamina Geothermal Energi (PGE). Rencana akuisisi ini sedang dibahas oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Direktur Utama PLN, Sofyan Basir membenarkan keinginan mengakuisisi anak usaha Pertamina di sektor kelistrikan itu. Hanya saja, hingga kini belum ada lampu hijau dari Kementerian BUMN. “Masih kami bahas bersama Menteri BUMN (Rini Soemarno) beserta stakeholder lainnya,” kata Sofyan kepada KONTAN, Senin (1/8).

Pertimbangan PLN mengakuisisi PGE menurut Sofyan, agar sektor energi dalam negeri khususnya dalam bidang kelistrikan energi baru dan terbarukan semakin berkembang. “Ini sinergi antar BUMN, untuk memperkuat ketahanan energi,” tandasnya.

Namun Sofyan belum bersedia menjelaskan berapa besar nilai akuisisi dan darimana pendanaan akuisisi ini. Namun berdasarkan catatan di Laporan Keuagan Pertamina per Desember 2015 yang lalu, nilai aset PGE sebesar US$ 1,58 miliar.

PGE mengelola empat area panas bumi dan sekitar 10 area pengembangan. Keempat area yang dikelola yakni Kamojang yang menghasilkan 235 megawatt (MW), Area Lahendong dengan kapasitas 80 MW, Area Sibayak sebesar 12 MW, dan Area Ulubelu dengan total kapasitas 110 MW.

Aloysius K. Ro Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN belum memberikan komentar saat KONTAN meminta anggapan atas rencana akuisisi itu.

Vice President Coorporte Comunication Pertamina, Wianda Pusponegoro menyatakan, saat ini PGE sudah mengerjakan tujuh proyek berbeda secara simultan dengan nilai investasi US$ 2,5 miliar. “Tolong berbagai pihak menunjukkan bukti kemampuan dan profesionalisme serta pendanaan juga komitmen dalam percepatan proyek-proyek panas bumi,” ujarnya diplomatis.

PT Pertamina juga menegaskan komitmennya untuk menjalankan bisnis panas bumi untuk penyediaan listrik nasional. Menurut Wianda, Pertamina sudah berkomitmen sampai tahun 2030 untuk menyiapkan dana senilai sekitar US$ 15,9 miliar bagi pengembangan bisnis panas bumi di Tanah Air.

Ragu PGE Diakuisisi

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mendukung rencana PLN yang akan mengakuisisi PGE. Sebab, usaha PGE akan terintegrasi dengan PLN. “Akuisisi ini bisa membuat proses-proses pembelian tenaga listrik dan uap panas bumi seharusnya lebih cepat, mudah serta ongkos PLN menjadi lebih murah,” terangnya kepada KONTAN, Selasa (2/8).

Namun sejauh ini dia melihat PLN belum terlihat serius mendorong investasi listrik panas bumi. Sebagai contoh, PLN juga punya anak usaha PLN Geothermal yang tidak bisa berkembang karena ternyata kurang modal. “Saat ini PLN cash strapped (kekurangan uang tunai), apalagi belanja modalnya perlu dialokasikan untuk pembangunan pembangkit dan transmisi listrik,” jelasnya.

Dalam catatan Fabby, hingga 2016, PGE berencana menambah kapasitas menjadi 607 MW. Sementara target tahun 2019 sebesar 907 MW. Tahun lalu 2015 penjualan PGE mencapai sekitar US$ 530 juta dengan laba US$ 85,10 juta. “Business plan PGE solid. Kalau di akuisisi oleh PLN, PLN yang diuntungkan. Tapi, apakah Pertamina mau melepas dan PLN punya dana?” katanya.

Sumber: kontan.co.id.

Direktur IESR : Potong Anggaran di Kementrian ESDM, Pemerintah Tidak Serius Mengembangkan Energi Terbarukan dan Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Nasional

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) berencana memotong anggaran sebesar Rp. 900 Milyar. Berdasarkan informasi, pemotongan terbesar akan dilakukan pada Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE).

Pemotongan pada Ditjen EBTKE ini mencakup tiga kegiatan yaitu : pemasangan solar rooftop pada bandara, sosialiasi program potong 10% dan Program Indonesia Terang (PIT). Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menyatakan pemotongan anggaran pada proyek energi terbarukan dan konservasi energi menunjukan bahwa Menteri ESDM yang baru tidak berpihak dan abai pada pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi.

Dikhawatirkan, tindakan ini akan memberikan sinyal negatif kepada pelaku usaha dan investor serta mitra pembangunan mengenai keseriusan pemerintah untuk mendorong pengembangan energi terbarukan. Sesuai Kebijakan Energi Nasional, pengembangan energi terbarukan diharapkan mencapai 23% dari bauran energi nasional pada tahun 2025, dari 5% pada saat ini. Untuk mencapai target yang ambisius ini, diperlukan stimulus dana publik dan instrumen kebijakan lain untuk menarik minat investasi.

Menurut Fabby, pemotongan anggaran untuk sosialisasi Program Indonesia Terang (PIT) dipastikan juga akan menghambat pelaksanaan PIT ke depan. Sebelumnya, KESDM telah merancang 4 tahap program PIT dimana tahap pertama, berupa persiapan program, termasuk sosialisasi ke Pemda yang akan dilaksanakan hingga akhir tahun 2016. Tahap persiapan ini sangat krusial untuk mendapatkan dukungan Pemda di provinsi dan kabupaten kota di Indonesia Timur, termasuk persiapan lokasi, sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di daerah yang bisa terlibat dalam program ini.

Unduh Siaran Pers (PDF)