Produksi Minyak RI Terus Turun, Mobil Listrik Harus Dikebut!

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah mematok lifting minyak di angka 750 ribu barel per hari (bph) pada RAPBN 2019. Namun, dalam jangka menengah, lifting minyak diprediksi akan mengalami penurunan.

Dikutip dari Nota Keuangan RAPBN 2019, pemerintah memperkirakan, lifting minyak bumi dalam jangka menengah diperkirakan berada pada kisaran 589-840 ribu bph akibat adanya beberapa hambatan dari sisi eksplorasi dan teknis.

Pengamat energi Fabby Tumiwa mengatakan, untuk lifting minyak memang kecenderungannya mengalami penurunan, apalagi sumur-sumur minyak yang besar sudah berusia tua dan tidak ada temuan cadagan minyak yang besar, ditambah dengan kegiatan eksplorasi yang menurun dalam lima tahun terakhir.

Ia menyebutkan, diperkirakan pada 2020 nanti produksi minyak akan dibawah 700 ribu barel per hari, atau paling tidak sekitar 650-680 ribu bph, dan setelah 2022 akan dibawah 600 ribu bph.

“Jadi dengan begitu ya sudah pasti impor akan meningkat, baik minyak mentah maupun BBM. Sekarang saja sudah meningkat, karena defisit sekitar 700-800 ribu bph,” tutur Fabby kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Selasa (21/8/2018).

Ia menilai, salah satu cara untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan mempercepat penetrasi kendaraan listrik dan tekan penjualan kendaraan pribadi, pasalnya 80% BBM diserap oleh  transportasi darat.

“Di sisi hulu migas tentunya tingkatkan eksplorasi dan tahan laju pengurasan (depletion rate) sumur-sumur migas melalui penerapan teknologi EOR. Pertamina akan lakukan ini di Rokan, ini suatu hal yang bisa dipelajari, dan Pertamina bisa melakukannya,” pungkas Fabby.

Sebelumnya, untuk mengatasi hal ini, Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, caranya adalah dengan melakukan eksplorasi baru. “Makanya kemarin itu sudah dibuka lelang tiga Wilayah Kerja (WK) eksplorasi baru kan,” ujar Djoko ketika dijumpai pekan lalu.

Selain itu, Pemerintah juga akan berupaya menahan penurunan alamiah (natural declining) dengan upaya teknis antara lain, mempertahankan program kerja utama hulu minyak (pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur), mempertahankan kegiatan eksplorasi (studi, survei, dan pengeboran), dan mendorong komersialisasi teknologi produksi yang tepat guna, misalnya, mengefisienkan kegiatan EOR.

Pemerintah pun akan memperkuat skema kontrak bagi hasil Gross Split dan dukungan insentif fiskal serta dukungan lainnya dalam bentuk regulasi, sebagai upaya untuk menarik dan meningkatkan investasi di sektor migas.

Adapun, pemerintah juga akan mengandalkan gas bumi untuk menjadi kompensasi dalam penurunan produksi minyak jangka menengah, antara lain melalui upaya optimalisasi, pengembangan lapangan baru, intensifikasi, dan ekstensifikasi kegiatan eksplorasi, serta mendorong investasi di sektor gas.

Sebab, dalam jangka menengah, lifting gas bumi relatif stabil dan masih berpotensi untuk ditingkatkan di kisaran 1,19-1,30 juta BOEPD (barel oil equivalent per day atau barel setara minyak per hari).

Beberapa proyek strategis telah disiapkan oleh pemerintah untuk mencapai potensi peningkatkan lifting gas tersebut, yakni proyek Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau, dan proyek IDD, atau lapangan laut dalam di Selat Makassar yang terdiri atas lima lapangan, yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gadang, serta Lapangan Jambaran Tiung Biru.

Sumber CNBC Indonesia

 

Dilema Subsidi Energi di Tahun Politik

Jakarta, CNN Indonesia — Pemerintah tiba-tiba menggelembungkan alokasi subsidi energi Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 menjadi Rp.156,53 triliun, naik hingga 65 persen dari alokasi tahun sebelumnya hanya Rp. 94,52 triliun.

Usut punya usut, kenaikan harga minyak rupanya menjadi biang keladi pembengkakan subsidi energi Indonesia. Menanjaknya harga minyak membuat pemerintah menambah besaran subsidi solar tahun ini dari yang tadinya cuma Rp500 per liter menjadi Rp2.000 per liter.

Terbukti, kenaikan harga minyak sepanjang tahun ini membuat proyeksi realisasi subsidi energi 2018 membengkak dari Rp94,5 triliun menjadi Rp163,5 triliun. Akibatnya, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) diperkirakan naik dari Rp46,86 triliun menjadi Rp103,4 triliun.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai kenaikan subsidi energi tahun depan tidak dapat dihindari. Di tahun politik, pemerintah tidak memiliki opsi untuk memangkas jumlah subsidi energi di tengah kenaikan harga minyak. Bahkan, Fabby memperkirakan pemerintah siap menambah subsidi energi jika ternyata harga minyak kembali melesat tahun depan.

“Di tahun politik seperti ini, baik pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pasti menginginkan subsidi (energi). Kalau bisa berapapun dikasih. Saya melihat kecenderungan itu ada,” ujar Fabby saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/8).


Pasar minyak, menurut Fabby, saat ini masih belum stabil. Proyeksi realisasi subsidi energi tahun ini bisa saja lebih besar dari perkiraan. Konsekuensinya, akan ada utang subsidi yang bisa dibebankan pemerintah ke tahun depan.

Asumsi US$70 per barel, lanjut Fabby, merupakan perkiraan konservatif yang bisa diterima berdasarkan perkembangan harga minyak saat ini. Namun, Fabby mengingatkan bahwa minyak tahun depan diperkirakan mengetat sehingga berpotensi mengerek harga minyak lebih besar dibandingkan perkiraan pemerintah.

“2019, 2020 pasokan minyak diperkirakan akan ketat. Wajar jika asumsi minyak pemerintah US$70 per barel, tetapi bisa jadi harga minyak di atas US$80 kalau melihat pasokan jangka panjang,” katanya.

Menurut Fabby, kunci untuk mengurangi beban subsidi energi pada anggaran adalah penyaluran subsidi yang tepat sasaran. Saat ini, pemerintah masih memberikan subsidi energi pada barang, dalam hal ini BBM dan LPG, akibatnya siapa pun bisa merasakan manfaat subsidi, tidak hanya rakyat miskin yang berhak.

“Subsidi solar akan sulit untuk dikurangi karena isu politiknya cukup besar, hanya memang yang perlu dipastikan adalah masalah ketepatan sasaran,” imbuh dia.

Untuk subsidi LPG, pemerintah bisa menata distribusi penyaluran LPG tiga kilogram (kg) atau LPG melon agar lebih tepat sasaran. Saat ini, siapapun bisa menjual dan membeli LPG melon. Sulit untuk memperkirakan volume LPG yang benar-benar dikonsumsi oleh masyarakat tidak mampu.

Karenanya, pemerintah bisa mengambil opsi untuk penyaluran subsidi LPG tertutup. Sayangnya, kebijakan itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

“Sampai hari ini, mekanisme distribusi tertutup masih belum berjalan,” jelasnya.

Upaya perbaikan telah dilakukan untuk penyaluran subsidi listrik di mana pemerintah menetapkan penerima subsidi adalah golongan pelanggan 450 VoltAmpere (VA) dan 900 VA. Namun, menurut Fabby, akan lebih adil jika pemberian subsidi listrik diberikan berdasarkan konsumsi listrik. Pemerintah bisa mengatur ada penggunaan listrik maksimal yang berhak mendapatkan subsidi.

“Kalau penggunaan listrik besar, si pelanggan golongan 450 VA bisa saja dikenakan tarif normal. Semakin banyak konsumsi listrik artinya secara ekonomi bisa jadi tidak miskin,” jelasnya.

Di saat bersamaan, pemerintah dapat mengalokasikan subsidi untuk biaya penyambungan listrik bagi masyarakat di pedesaaan yang besarnya sekitar Rp1 juta per penyambungan. Hal itu akan membantu pemerintah untuk mengejar target rasio elektrifikasi yang mencapai 99,99 persen pada akhir 2019.

Anggaran Subsidi Energi Jokowi Berpotensi Rincian subsidi energi dalam Rancangan APBN 2019. (CNN Indonesia/Timothy Loen).

Senada dengan Fabby, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro juga melihat potensi pembengkakkan subsidi energi akibat kenaikan harga minyak yang di luar perkiraan. Sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran berpotensi memangkas pasokan Iran di pasar global sekitar 2 juta barel (bph).

Meski ada potensi penambahan pasokan minyak dari AS dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Komaidi mengingatkan persepsi pasar juga berperan dalam mempengaruhi harga.

“Di atas kertas produksi (minyak) AS dan Arab mungkin bisa mengkompensasi yang terjadi di Iran tetapi di pasar belum tentu responnya sama dengan hitung-hitungan yang di atas kertas,” tutur Komaidi.

Kendati berpotensi membengkak, pemerintah mau tak mau harus menanggungnya. Menurut Komaidi, opsi pengurangan volume subsidi sangat berisiko jika diambil pemerintah di tahun politik. Terlebih, pemerintahan sekarang juga memiliki tujuan untuk memperpanjang masa jabatannya.

Asumsi minyak US$70 per barel, menurut Komaidi, cukup moderat untuk menjaga subsidi. Apabila ada deviasi, Komaidi memperkirakan masih bisa dikelola oleh postur fiskal yang ada baik dari sisi penerimaan dan belanja.

Anggaran Subsidi Energi Jokowi Berpotensi Penyaluran subsidi BBM 2015-2019. (CNN Indonesia/Timothy Loen).

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa prediksi asumsi harga minyak Indonesia (ICP) merupakan salah yang tersulit untuk dilakukan.

Dalam paparan RAPBN 2019 Kemenkeu, pemerintah melihat harga minyak tahun depan akan bergerak stabil dengan pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih tinggi dibandingkan permintaan salah satunya akibat meningkatnya cadangan minyak shale AS.

Di sisi lain, berdasarkan proyeksi OPEC, permintaan minyak mentah 2019 akan tumbuh melambat dibandingkan tahun ini, yaitu sebanyak 1,45 juta bph.

Penetapan asumsi ICP sebesar US$70 per barel dilakukan setelah melihat perkembangan ICP selama enam bulan terakhir yang jauh di atas asumsi APBN 2018, US$48 per barel.

“Mungkin US$70 per barel adalah kisaran aman untuk membuat APBN kita kredibel meski ada yang memprediksi harga minyak bisa naik ke US$90 atau bahkan bisa turun ke US$50,” ujar Sri Mulyani pekan lalu.

Pemerintah sebenarnya tidak tutup mata melihat subsidi energi yang masih belum tepat sasaran. Beberapa upaya dilakukan, misalnya, mengkaji penyaluran LPG melalui integrasi dengan bantuan sosial lain, di mana pembelinya harus menggunakan kartu bantuan langsung tunai (BLT) seperti Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang dipegang oleh penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Kemudian, pemerintah juga mendorong PT Pertamina (Persero) untuk melakukan digitalisasi pada setiap keran penyaluran BBM (nozzle) dalam rangka pengawasan penyaluran BBM bersubsidi. Dengan digitalisasi, volume BBM yang keluar dari nozzle akan otomatis tercatat secara elektronik.

Anggaran Subsidi Energi Jokowi Berpotensi Penyaluran subsidi listrik 2015-2018. (CNN Indonesia/Timothy Loen).

Data tersebut akan langsung tersambung dengan pusat data yang bisa diakses oleh kementerian/lembaga (K/L) terkait, salah satunya BPH Migas. Rencananya, tahun ini ada 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dari total 7.415 SPBU di seluruh Indonesia yang telah menerapkan digitalisasi nozzle.

Menambah alokasi subsidi energi mudah dilakukan, yang sulit adalah bagaimana memastikan subsidi itu tetap sasaran. Perlu diingat, keuangan negara yang terbatas membuat penambahan anggaran di satu pos menjadi pengurangan di pos lain.

Dengan subsidi energi yang lebih tepat sasaran, pemerintah bisa memiliki alokasi lebih untuk pembangunan. Dalam hal ini, Pemerintahan Joko Widodo masih memiliki pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan.

Sumber CNN Indonesia

Kenapa Kamu Harus Sadar Energi? 3 “Sama Dengan” Ini Jawabannya!

Pernah mengalami masa transisi dari anak-anak ke remaja atau malah dari remaja ke dewasa? Apa pun masa transisi yang pernah kamu lewati, pasti kamu ingin jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, kan!

Kalau waktu masih anak-anak kamu sering jajan sembarangan, sekarang pasti sedikitnya kamu sudah mulai memikirkan kesehatan saat membeli makanan atau minuman. Kalau dulu kamu cuma bisa menghambur-hamburkan uang dan melakukan apa yang kamu suka, sekarang pasti kamu sudah mulai memikirkan “mau dibawa ke mana” hubungan kita (Eh, maksudnya mau jadi apa kamu di masa depan). Iya, kan?

Nah, sama seperti manusia, bumi juga butuh transisi untuk bisa menjadi tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu hal yang saat ini bisa kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan transisi energi, yaitu perubahan pengadaan energi yang dilakukan dengan meninggalkan minyak, batu bara, gas, dan tenaga nuklir serta menggantinya dengan energi terbarukan.

Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti tenaga surya, angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi. Lalu, apa hubungannya dengan kesadaran energi? Ini dia jawabannya!

Energi bagi Bumi = Uang bagi Manusia

Sama seperti uang yang kita miliki, energi juga adalah kekayaan yang dimiliki oleh bumi. Kalau kita hanya menggunakan uang untuk membeli barang-barang tertentu, sudah pasti uang yang kita miliki akan habis suatu hari nanti. Berbeda jika uang tersebut kita gunakan untuk menabung atau membangun sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti usaha atau bisnis kecil-kecilan yang menghasilkan pendapatan; uang akan mengalir dan menghasilkan pendapatan baru sehingga masa depan pun lebih terjamin.

Begitu juga dengan energi yang dimiliki bumi. Jika kita hanya menggunakan energi yang ada tanpa memikirkan bagaimana cara mengelolanya dengan baik, energi tersebut tentu akan habis di masa mendatang dan nantinya kita pun akan kesulitan untuk melakukan berbagai hal yang membutuhkan energi.

Kita lihat sebentar persoalan energi yang ada di tanah air. Pada 2014, Dewan Energi Dunia mencatat bahwa tingkat ketahanan energi Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 129 negara. Peringkat ini menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia punya ketahanan energi yang rendah dan berpotensi untuk menghadapi krisis energi di masa depan.

Ketahanan energi sendiri meliputi tiga aspek penting, yaitu ketersediaan sumber energi, keterjangkauan pasokan energi, dan keberlanjutan pengembangan energi terbarukan. Kalau ketersediaan sumber energi sudah menipis, pasokan energi sulit dijangkau, dan pengembangan energi terbarukan tidak berjalan dengan baik, apa yang bisa kita lakukan di masa depan?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, energi bagi bumi sama seperti uang bagi manusia sehingga kita harus pintar-pintar mengelolanya agar tidak “tercekik” di masa depan. Sayangnya, banyak generasi muda yang abai terhadap lingkungan dan sering lupa bahwa energi juga bisa habis. Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari pentingnya energi bagi keberlangsungan hidup kita.

Kita makan pakai nasi, tapi nasi dimasak pakai magic com. Kita berkomunikasi dan bekerja pakai gadget, tapi gadget juga butuh listrik. Bahkan, saat tidur pun, kita masih membutuhkan energi! Energi yang diperoleh dari makanan dan sumber daya alam lainnya. Kalau bumi sudah kehabisan energi, apa kita masih bisa punya energi untuk tidur?

Jadi, sudah jelas kan kenapa kita harus sadar energi!

Pemuda = Agen Perubahan

Pernah dengar kutipan terkenal dari Presiden RI pertama kita, Soekarno, yang berbunyi “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”?

Jika melihat kembali catatan sejarah, pemuda berperan penting dalam mewujudkan kemerdekaan dan juga reformasi kemerdekaan sehingga Indonesia menjadi negara yang lebih baik. Kehadiran generasi muda menjadi kekuatan bagi suatu bangsa untuk dapat memperoleh gagasan dan semangat baru yang berpotensi menjadi solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini.

Kutipan tersebut sepertinya tidak cuma berlaku pada masa kemerdekaan saja. Sampai saat ini, pemuda masih menjadi tonggak utama bagi perubahan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang transisi energi.

Cuma dengan sepuluh pemuda, dunia bisa jadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Kenapa? Karena pemuda punya “kekuatan” yang besar untuk mengubah pemikiran dan perilaku masyarakat di sekitarnya.

Berapa banyak sih orang tua yang memahami perkembangan teknologi yang ada saat ini? Jumlahnya tentu lebih sedikit dibandingkan dengan anak muda yang paham tentang hal itu. Apalagi, di era digital ini, sudah banyak media yang bisa digunakan untuk mempercepat arus informasi. Dalam waktu sehari, kita bahkan sudah bisa menerima ratusan informasi dari media sosial.

Sebuah jurnal berjudul Youth and Social Movements: Key Lessons for Allies yang diterbitkan Harvard pada 2012 menyebutkan bahwa pemuda berperan penting dalam berbagai bidang, termasuk geografi dan orientasi politik. Kaum muda bisa menjadi agen perubahan sosial yang kuat karena kebanyakan dari mereka memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengubah dunia, serta mencari berbagai peluang untuk melakukannya.

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan pula bahwa pemuda sering kali melakukan inovasi dengan melakukan praktik gerakan sosial. Kita lihat bagaimana kaum remaja perempuan berbondong-bondong menyuarakan emansipasi atau feminisme selama bertahun-tahun. Ada juga komunitas punk yang mulai menyuarakan idealisme mereka melalui musik dan gaya hidup DIY pada era 80-an. Hingga kini, kedua idealisme tersebut masih bisa kita dengar, kan?

Dengan kata lain, generasi muda selalu punya cara yang tidak biasa untuk menunjukkan, memperkenalkan, atau bahkan menyebarluaskan suatu hal. Tapi, di sisi lain, kaum muda juga biasanya mencari sosok idola yang akan dijadikannya sebagai panutan. Oleh karena itu, kaum muda juga cenderung lebih mudah dipengaruhi ketika mendapatkan informasi dari lingkungan. Dengan sosok panutan yang tepat, maka generasi muda pun bisa menyerap informasi yang tepat pula.

Ingin jadi bagian dari perubahan bangsa yang lebih baik? Yuk, sadari terlebih dahulu bahwa kita punya segudang kemampuan untuk bisa berkontribusi bagi lingkungan!

Transisi Energi = Investasi untuk Negeri

Sebelum membahas pentingnya transisi energi bagi kehidupan kita, ada baiknya kita kenali dulu apa hal yang membuat peringkat ketahanan energi di Indonesia semakin merosot; yaitu produksi minyak bumi yang semakin menurun dan permintaan semakin meningkat. Sayangnya, sumber energi yang digunakan saat ini didominasi oleh energi fosil sehingga energi tersebut akan habis di masa mendatang.

Sekarang ini, hampir 30 persen kebutuhan energi di Indonesia berasal dari minyak bumi impor yang terus meningkat sehingga sistem perekonomian negara pun terganggu. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia akan habis dalam waktu 11-12 tahun ke depan. Hal serupa juga akan terjadi pada cadangan batu bara yang akan habis dalam kurun waktu 22 tahun ke depan. Sementara itu, cadangan gas juga akan habis dalam kurun waktu 25-50 tahun ke depan.

Dulu, orang tua susah payah mengajarkan kita menabung. Tapi, kita juga susah payah menuruti mereka karena menganggap bahwa tabungan bukanlah hal yang penting. Seiring berjalannya waktu, kita sudah mulai sadar kalau menabung adalah hal yang penting bagi masa depan. Bahkan, banyak dari kita yang mulai berinvestasi karena menganggap kebutuhan di masa depan akan lebih tinggi.

Begitu juga dengan kondisi energi yang ada saat ini. Mungkin, sekarang kita belum bisa melihat dampak positif dari kesadaran energi yang kita bangun. Tapi, di masa mendatang, kita pasti akan menyadari bahwa transisi energi adalah investasi penting untuk masa depan negeri ini.

Setelah kamu tahu pentingnya membangun kesadaran energi, apa saja hal yang bisa dilakukan untuk mendorong terwujudnya transisi energi?

  • Mulailah terapkan gaya hidup hemat energi dengan menghemat air, listrik, dan sumber energi lainnya. Ingat, energi adalah uang! Jadi, matikan lampu atau perangkat elektronik lain kalau kamu sedang tidak memakainya. Kalau tidak dalam kondisi darurat, pakai kendaraan umum saja saat pergi. Jangan kalah sama gengsi ya, anak muda! 😀
  • Manfaatkan teknologi hijau dan hindari penggunaan produk yang bisa membuat sumber energi semakin menipis. Misalnya, pakai produk ramah lingkungan yang bisa digunakan berkali-kali dan mudah terurai saat dibuang, seperti penggunaan sedotan stainless atau bambu yang sekarang ini sudah banyak beredar di pasaran.
  • Jadi relawan energi terbarukan di lingkungan sekitar kamu dan jadilah pemuda keren yang sadar dan cinta lingkungan.
  • Dukung pemerintah daerah kamu untuk menjalankan berbagai kebijakan terkait transisi energi. Kalau tidak kenal dengan pemerintah, kamu bisa mulai mendorong mereka dengan mention mereka di postingan media sosial kamu.
  • Punya hobi update status di media sosial juga bisa jadi peluang besar bagi kamu untuk menyebarkan praktik sadar energi melalui konten yang kreatif dan “kamu banget”. Selain bisa memberikan informasi positif, kamu juga bisa terkenal, lho. (Tapi, jangan jadikan opsi kedua sebagai tujuan utama kamu, ya!)

Tarif BBM Naik? Ganti dengan Biodiesel!

Pernah merasakan dampak dari kenaikan bahan bakar minyak alias BBM? Selain uang jajan yang tidak lagi bisa meng-cover semua kebutuhan, budget untuk traveling pun jadi berkurang, kan?

Gara-gara BBM naik, ibu-ibu jadi lebih sering marah-marah kalau kamu minta ini-itu-banyak-sekali. Sayangnya, ibu tidak punya kantong ajaib. Jadi, mau tidak mau, kamu harus pasrah mendapatkan uang jajan seadanya dengan setengahnya mungkin masuk ke kasir pom bensin.

Kenaikan BBM pada dasarnya disebabkan oleh melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS. Menurut mantan Sekertaris Kementerian BUMN, Said Didu, kenaikan harga BBM disebabkan oleh kondisi perekonomian yang mendesak. Salah satunya karena harga minyak dunia saat ini juga sudah naik. Oleh karena itu, langkah pemerintah untuk menaikkan harga BBM dianggap sudah tepat.

Tapi, pasti kamu akan lebih senang kalau harga BBM tetap terjangkau dan tidak mengganggu besaran uang jajan kamu, kan?

Nah, selain mendorong pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM, ada juga hal lain yang bisa kamu lakukan untuk menghindari kenaikan BBM. Caranya? Menjadi inovator di bidang industri ekstraktif.

Pernah mendengar istilah “industri ekstraktif”? Istilah ini mengacu pada kegiatan industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, seperti halnya industri pertanian, pertambangan, peternakan, dan lain sebagainya. Kegiatan ekonomi yang satu ini dilakukan untuk mengolah bahan mentah atau baku, barang setengah jadi atau barang jadi, menjadi suatu produk bermutu tinggi, termasuk dalam kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri. BBM sendiri termasuk salah satu produk industri ekstraktif karena bahan bakunya berasal dari alam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Bank, sumber daya alam berperan penting dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik di 81 negara, serta menyumbang seperempat dari produk domestik bruto (PDB) global dan setengah populasi dunia. Sayangnya, sumber daya alam juga berpotensi menyebabkan konflik, seperti halnya kemiskinan, korupsi, dan konflik yang disebabkan oleh sistem pemerintahan yang lemah.

Jangan Kalah dengan Negara Tetangga!

Dengan tata kelola yang baik, manajemen yang transparan, penguatan kapasitas, mobilisasi sumber daya domestik, dan pembangunan kerangka kerja tata kelola industri yang memperhatikan hak asasi manusia, perlindungan lingkungan, pengelolaan pendapatan, dan kebijakan fiskal yang berkelanjutan, maka industri ekstraktif sangat berpotensi untuk mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan berkelanjutan yang inklusif.

Lalu, siapa yang punya kekuatan untuk bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut? Tentu saja kita, generasi muda.

Di Kamboja, gerakan anak muda yang peduli terhadap masa depan industri ekstraktif telah dimulai sejak 2014. Sekitar 400 anak muda dari berbagai universitas berkumpul di Phnom Penh untuk mengadakan forum bertajuk “Pemerintahan yang Baik di Sektor Industri Ekstraktif”. Dalam forum yang diselenggarakan oleh Program Pengembangan Sumber Daya Pemuda di Institut Pendidikan Nasional Kamboja ini, para pemuda Kamboja digiring untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang apa saja manfaat dan dampak yang dihasilkan dari industri kreatif, serta bagaimana para pemuda bisa berperan aktif dalam mendorong transparansi di sektor tersebut.

Sama seperti di Indonesia, Kamboja juga merupakan negara yang memiliki potensi besar dalam hal ekplorasi penambangan emas dan minyak bumi. Di satu sisi, hal itu bermanfaat bagi pembangunan ekonomi negara. Tapi, di sisi lain, hal ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat jika pemerintah tidak dapat mengelola sumber daya alam dengan baik dan transparan.

Oleh karena itu, anak muda menjadi tulang punggung yang bisa mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam hal ini, serta menggerakkan masyarakat untuk lebih sadar tentang pentingnya isu industri ekstraktif dalam memengaruhi kondisi sosial, ekonomi, dan politik di suatu negara.

Sementara itu, meski belum fokus terhadap isu industri ekstraktif, Indonesia juga cukup sadar bahwa pemuda merupakan tulang punggung yang bisa diandalkan bagi masa depan perindustrian di Indonesia.

Hal ini diungkapkan sendiri oleh pemerintah, melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, yang memaparkan berbagai capaian pembangunan yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah, terutama dalam hal pembangunan sumber daya manusia.

Dalam pemaparan tersebut, Moeldoko menyebutkan bahwa generasi muda sudah saatnya dituntut untuk dapat menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang berpusat pada mekanisasi dan tenaga listrik. Dalam revolusi tersebut, penggunaan sistem berbasis siber fisikal menjadi kunci utama yang harus dimiliki oleh sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya alam yang ada.

Lebih lanjut lagi, Moeldoko juga menyebutkan bahwa pada 2045 mendatang, Indonesia akan menghadapi banyak perubahan di bidang industri, seperti halnya industri otomotif bertenaga listrik, menurunnya kebutuhan minyak bumi, berkembangnya teknologi cetak tiga dimensi, serta teknologi robot dan kecerdasan buatan. Oleh karena itu, generasi mudalah yang nantinya dituntut untuk berinovasi dan berkreasi dalam menghadapi berbagai peluang, permasalahan, dan perubahan yang berlangsung sangat cepat tersebut.

Nah, hal-hal yang saat ini bisa kamu lakukan untuk mendukung terciptanya pembangunan industri ekstraktif yang inklusif dan berkelanjutan adalah dengan senantiasa menjaga kelestarian lingkungan, memberikan kontribusi bagi lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan di bidang terkait isu industri ektraktif, serta mendukung berbagai forum dan gerakan sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang inklusif.

Ganti BBM dengan Biodiesel

Salah satu kontribusi yang bisa kamu lakukan dalam bidang industri ekstraktif adalah mengganti BBM dengan sumber energi terbarukan, seperti bahan biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan yang diproduksi dari minyak nabati, lemak hewani, atau sampah daur ulang untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan diesel atau peralatan apa pun yang biasanya beroperasi dengan menggunakan bahan bakar diesel. Secara fisik, biodiesel mirip dengan diesel minyak bumi.

Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan berpotensi untuk meningkatkan keamanan energi, meningkatkan kualitas udara dan lingkungan, dan memberikan manfaat keamanan bagi penggunanya.

Biodiesel bisa mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan nitrogen oksida (NOx) hingga tingkat nol. Hal ini disebabkan oleh pelepasan karbon dioksida pada saat menggunakan biodiesel diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh bahan-bahan pembentuk biodiesel.

Berdasarkan analisis siklus hidup yang dilakukan oleh Argonne National Laboratory, ditemukan bahwa penggunaan biodiesel 100 persen (B100) dapat mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 74 persen dibandingkan dengan minyak solar.

Selain itu, penggunaan biodiesel juga memiliki potensi kerusakan lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak bumi. Hal ini disebabkan oleh bahan-bahannya yang tidak mudah terbakar.

Tapi, sebelum menggunakannya, periksa dulu rekomendasi original equipment manufacturer (OEM) mesin kendaraan yang kamu punya untuk menentukan bauran apa yang optimal digunakan pada kendaraan kamu.

Sudah tahu kan apa saja hal yang bisa kamu lakukan untuk mendorong industri ekstraktif di Indonesia? Yuk, dorong pemerintah untuk menerapkan prinsip-prinsip dan tata kelola yang baik dan transaparan dalam bidang industri ekstraktif!