Neraca Gas RI Dinilai Belum Konkret dan Minim Antisipasi

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja meluncurkan Neraca Gas Bumi Indonesia (NGI) 2018-2027, yang dapat menjadi acuan bagi pengambilan kebijakan, baik Pemerintah Pusat, Daerah, masyarakat juga badan usaha.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menjelaskan, berbeda dengan neraca gas sebelumnya, kali ini pihaknya membagi neraca gas bumi Indonesia menjadi enam region dengan tiga skenario, dan dengan perhitungan yang cermat dan data yang akurat dengan memperhitungkan supply dan demand serta dinamika yang menyertainya.

Berikut tiga skenario neraca gas yang diluncurkan

Pengamat energi Fabby Tumiwa menyambut baik hal tersebut, akan tetapi, menurutnya, masih ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Ia menjelaskan, hal pertama yang harus diperhatikan yakni, bagaimana sebenarnya skenario yang paling masum akal dari tiga skenario untuk Indonesia. Ia menilai, tiga skenario itu dibangun dengan basis parameter-parameter yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM.

“Tapi skenario bisa saja berbeda dengan kondisi yang plausible (masuk akal),” ujar Fabby saat dihubungi Selasa (2/10).
Lebih lanjut, hal kedua yang harus diperhatikan yakni, bagaimana respon pemerintah untuk menghadapi skenario-skenario tersebut. Ia menilai hal ini tidak terlalu jelas digambarkan oleh pemerintah.

“Skenario memberikan gambaran tapi apa yang akan dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian ESDM untuk merespon skenario terburuk?” Katanya.

Adapun, jika dilihat dari sisi investasi, ia juga berpendapat, neraca gas ini belum memberikan gambaran yang konkrit. Menurutnya, neraca gas ini lebih berguna bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dalam mengelola demand-supply gas nasional. “Ada potensi kenaikan permintaan gas di masa depan dan pemerintah justru perlu menyampaikan apa yang akan dilakukan,” tambah Fabby.

“Apa yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi potensi defisit gas tersebut saya rasa merupakan faktor yang lebih menarik bagi investor untuk menilai apakah ada peluang berinvestasi,” ucap Fabby.

Kendati demikian, ia mengapresiasi upaya pemerintah untuk memperbaiki neraca gas dengan skema baru ini. Ia berpendapat, dengan pendekatan baru untuk mengembangkan sejumlah skenario supply dan demand, berbasis wilayah merupakan pendekatan baru yang cukup menarik.

“Menurut saya ini bisa membantu pemerintah merumuskan rencana aksi berbasis wilayah. Kedua, pendekatan dalam neraca gas ini sepertinya lebih akurat,” pungkasnya.

Sumber CNBC Indonesia