Peluncuran IETD 2019

Sejumlah anggota dari Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) dan Sekretariat IESR meluncurkan The 2nd Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD), di Pullman Hotel, Thamrin Jakarta, Rabu, 18 September 2019 lalu. Pertemuan ini menghadirkan sejumlah wartawan senior diantaranya, Kompas, The Jakarta Post, Reuters, dan Gatra. Prof. Dr. Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Dewan Pengarah ICEF, membuka sesi dengan menyampaikan apresiasinya atas kehadiran rekan-rekan pewarta untuk meliput acara peluncuran IETD kedua tahun ini.

Dalam pembukaannya, Menteri Pertambangan dan Energi tahun 1998-1999 memperkenalkan ICEF dan IETD lebih dalam ke publik. ICEF merupakan sebuah platform dialog yang konstruktif dan berbasis fakta untuk meningkatkan pemahaman mengenai transisi energi dan praktik-praktik terbaik di kerangka kerja kebijakan, peraturan, dan kelembagaan untuk mendukung transisi energi yang adil di sektor energi nasional. Dengan beranggotakan 23 individu prominen dari pelbagai latar belakang: lembaga pemerintah, bisnis, utilitas, LSM, dan pakar, forum ini bertemu secara teratur untuk membahas topik-topik kebijakan terkait dengan mengadopsi aturan Chatham House, serta merumuskan rekomendasi kepada pembuat kebijakan utama.

ICEF secara resmi diluncurkan pada 15 November 2018 oleh Menteri ESDM, Bapak Ignasius Jonan. Peluncuran ini diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan IETD pertama. Sebagai bagian dari kegiatan ICEF, IETD dirancang untuk menjadi sebuah konferensi tahunan yang terbuka untuk membahas dan mendialogkan tema-tema yang relevan dengan situasi transisi energi baik yang sedang berlangsung di tingkat global maupun nasional ke pelbagai pemangku kepentingan. Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk mengembangkan komunitas epistemis yang mendorong agenda transisi energi Indonesia menuju sistem yang rendah karbon.

Peluncuran IETD 2019 kemudian di jelaskan lebih lengkap oleh Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR.

“Yang membedakan tahun lalu dan sekarang, tahun lalu itu konsep energy transition itu dikenalkan, dan ini sudah dibahas di seluruh dunia. Di banyak negara termasuk G20 itu dibahas, pathways-nya seperti apa, bagaimana transisi energi akan direncanakan di Indonesia, kita tahu dalam kebijakan energi, batu bara masih akan tumbuh dan sebagai penghasil devisa dan penambal defisit transaksi berjalan, bagaimana kita bisa mengatasi tantangan ini itu adalah bagian dari energy transition.” Terang Fabby Tumiwa, merespon pertanyaan dari wartawan ketika ditanya tentang konsep IETD ke-2.

Wacana transisi energi di Indonesia kini telah berkembang dan di bahas secara internal, bahkan di sektor non-energi. Kementerian ESDM sadar bahwa transisi ini harus dipersiapkan, dirancang dan direncanakan. IETD diharapkan sebagai forum untuk mendorong agar pengertian transisi energi diterapkan dalam perencanaan dan kebijakan energi, secara lebih robust.

Di tahun kedua ini, IETD akan diselenggarakan pada 13-14 November 2019 di The Tribrata Meeting and Convention Center. Adapun fokus pada dialog kedua ini menitikberatkan pada pendalaman pemahaman transisi energi dengan mempelajari skenario transisi energi global, tren teknologi, potensi disrupsi sektor energi, dan kebijakan-kebijakan untuk memfasilitasi transisi energi yang adil di tanah air.

Pada hari pertama, format acara IETD diset dalam bentuk konferensi yang terdiri dari 3 sesi utama. Ketiga tema sesi utama tersebut adalah transisi energi global; hambatan, tantangan, dan peluang transisi energi Indonesia; serta ancaman dan peluang dari disrupsi teknologi. Sesi-sesi tersebut akan diisi oleh 7 pembicara prominen dengan 15 topik materi terkait.

SesiProgram
Transisi Energi Global
- 100% Renewable Energy Systems by 2050: Myth or Real? – Prof. Dr. Christian Breyer, LUT University, Finland
State of Energy
- Transitions in G20 Countries – David Turk, Head of the Strategic Initiatives Office, International Energy Agency (IEA)*

- German Model of a Just Energy Transition – Dr. Felix Christian Matthes, Research Coordinator for Energy & Climate Policy, Öko-Institut, Germany
Danish Energy Transition Model – Danish Energy Agency*

- Energy Policies in a Time of Transition – Dr. Rabia Ferroukhi - Director of Knowledge, Policy and Finance Centre, International Renewable Energy Agency (IRENA)*
Transisi Energi
Indonesia: Hambatan,
Tantangan, dan
Peluang
- Energy Transition at Work: Lessons Learned From Bali – Dr. I Wayan Koster, Governor of Bali*

- The Future of Coal in the Era of Energy Transition – Garibaldi Thohir, President Director, Adaro Energy*

- Low Carbon Transportation – Julius Christian, Clean Fuel Specialist, IESR

- Unlocking Green Finance in Indonesia – Darwin Djajawinata, Director, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)*

- Low Carbon Development Strategy for Indonesia – Josaphat Rizal Primana - Director of Energy, Mineral and Mining Resources, Ministry Of National Development Planning (Bappenas)*
Disrupsi Teknologi:
Ancaman atau
Peluang?
- Distributed Generation: From Consumers to Prosumers – Pamela Simamora, Renewable Energy/Power System Specialist, IESR

- Battery Storage: A Key Enabler of the Clean Energy Transition – Vincent Wiguna, Senior Sales Engineer Asia Pacific, Tesla Singapore

- Hydrogen: The Missing Link in the Energy Transition – Mathieu Gèze, Head of Asia Business Development, HDF Energy, France
Blockchain Revolution in the Power Sector – Jack Smies, Director of Energy Web Foundation, Switzerland

- Electric Vehicles: Moving Without Polluting – Dr. Alief Wikarta, Executive Director, Center of Excellence for Automotive Control & System, Sepuluh Nopember Institute of Technology (ITS)

*masih dalam konfirmasi


Hari kedua IETD diset dalam bentuk lokakarya teknis yang terdiri dari 4 topik utama. Keempat topik tersebut adalah sistem energi masa depan; kebijakan energi dalam periode transisi; membuka kanal keuangan hijau di Indonesia; dan teknologi blockchain dalam mendukung utilitas masa depan. Sesi-sesi tersebut akan diisi oleh 18 pembicara prominen dengan topik materi terkait.

SesiProgram
1. Sistem Energi Masa Depan- Policies Igniting a Rapid Development of Renewables in Indonesia – Pamela Simamora,

- Renewable Energy/Power System Specialist, IESR

- Coal in the Era of Energy Transition – Deon Arinaldo,Energy System/Coal Specialist, IESR

- The Role of Local Governments in the Energy Transition – Dr. Marlistya Citraningrum, Program Manager for Sustainable Energy Access, IESR

- Policies Supporting Renewables-based Transportation Systems – ADB*
Energy Efficiency:

- The Low-hanging Fruit – Totok Sulistiyanto, Green Building Council Indonesia*
2. Kebijakan Energi
Dalam Periode
Transisi
- 100% Renewable Energy in Indonesia – Prof. Christian Breyer, LUT University, Finland

- Integrating Variable Renewable Energy in Islanded Systems: Challenges and Solutions – Peerapat Vithayasrichareon, International Energy Agency (IEA)

- Grid Planning for High Shares of Variable Renewable Energy – Phillipp Godron, Senior Associate Global Energy Transition, Agora Energiewende, Germany

- Electrification of Transportation Systems – Zainal Arifin, Head of Electric Vehicle Task Force, PT Perusahaan Listrik Negara*

- Energy Storage Systems – Dr. Chairul Hudaya, Department of Electrical Engineering, University of Indonesia*
3. Membuka Kanal
Keuangan Hijau di
Indonesia
- ADB Sovereign and Private Sector Financing for Sustainable Energy Projects in Indonesia – Florian Kitt, Energy Specialist, Asian Development Bank (ADB)

- Financing RE: Lessons Learned From The Philippines – Eunjoo Park-Minc, Chief Advisor at Banco De Oro (BDO) Philippines*
Green Finance Instruments: Viability Gap Fund (VGF), Green Bonds, Green Sukuk – Dr. Luky Alfirman, Director General of Budget Financing and Risk Management, Ministry of Finance*

- Financing Sustainable Development With Carbon Pricing – Dr. Felix Matthes, Öko-Institut, Germany

- Renewable Energy Fund – Dr. Hidayat Amir - Head of State Budget Policy Center, Fiscal Policy Agency of Ministry of Finance*
4. Teknologi Blockchain Dalam Mendukung Utilitas Masa Depan- Peer-to-peer Technology in the Power Sector: Concepts, Applications, and Business Models – Jack Smies, Director of Energy Web Foundation, Switzerland

- Policy Supports for Digitizing the Power Sector – Fabby Tumiwa, Executive Director of IESR

- New Ideas for Blockchain Startups in Indonesia – Steven Suhadi, Chairman of The Indonesian Blockchain Association*

*masih dalam konfirmasi

Informasi lebih detail mengenai IETD kedua, dapat diakses melalui laman: 

https://www.ietd.info/

Tanggapan IESR mengenai langkah strategis transisi energi Indonesia

Kontributor: Jannata Giwangkara, Erina Mursanti

Merespon tiga langkah strategi transisi energi di Indonesia versi Menteri ESDM dalam Energy Action Forum “Accelerating the Energy Transition on the Road to 2020 and Beyond” yang dihelat di New York, Minggu (22/9)  (sumber: EBTKE ESDM)

Ketiga langkah yang disampaikan oleh Menteri Jonan dalam pertemuan tersebut adalah:

  1. Kemudahan akses energi dan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan energi
  2. Mempercepat pengembangan energi terbarukan dan meningkatkan porsinya dalam bauran energi nasional
  3. Pemanfaatan kemajuan teknologi untuk memperluas akses energi, namun tetap mempertahankan keterjangkauan dan mengakomodasi energi terbarukan ke dalam sistem

Penulis berpendapat bahwa:

  1. Penyediaan akses energi yang terjangkau dapat dilakukan melalui pembangkit listrik berbasis energi terbarukan (misal surya, mikrohidro, biomassa atau bayu skala kecil) yang mana tidak hanya dapat memberikan akses energi yang lebih terjangkau dari pembangkit berbasis diesel, tetapi juga dapat menciptakan nilai-nilai ekonomi baru bagi masyarakat setempat. Alhasil tidak hanya bisa menyasar target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDG) #7, tetapi juga menjadi aksi untuk target TPB #13. Lebih lanjut, disamping biaya pembangkitan listrik dari energi terbarukan (capital cost yang tinggi tapi marginal cost yang hampir nol) yang lebih kompetitif dibandingkan dengan skenario bisnis seperti biasa dengan membangun PLTD (capital cost yang rendah tapi marginal cost yang tinggi), membangun energi terbarukan juga akan menghindari/meminimalisir adanya polusi udara yang ditimbulkan akibat pembangunan sumber energi berbasis fosil.

Sejak 2016, CAFOD, IEED dan IESR mengembangkan model penyediaan energi berbasis perencanaan dari bawah (bottom up energy planning) yang dikenal sebagai Energy Deliver Model. Percontohan metode EDM di Desa Boafeo di Kabupaten Ende dilakukan bersama-sama dengan AMAN. Simak laporan percontohan pertama EDM di Indonesia di Desa Boafeo, Ende, NTT berikut:

2. Akselerasi pembangunan energi terbarukan nasional tidak hanya membutuhkan regulasi yang responsif dan mendukung instrumen pasar yang diperlukan dalam meningkatkan investasi energi terbarukan, tetapi juga peraturan yang konsisten dan stabil. Peranan swasta dalam membantu pemerintah mencapai target energi bauran energi terbarukan sangat krusial dan menjadi tumpuan pemerintah mengingat kapasitas fiskal pemerintah dan BUMN/BUMD dalam membangun infrastruktur energi terbarukan terbatas. Untuk itu, ekosistem pendukung dalam pengembangan energi terbarukan perlu didesain multipihak dan terintegrasi.

Ekosistem pendukung yang dibuat oleh Jerman, Tiongkok, dan India dalam menyukseskan transisi energi dinegaranya mencakup lima hal berikut: (1) Komitmen dan kepemimpinan yang kuat ditingkat nasional dan daerah; (2) Kebijakan dan regulasi yang saling mendukung dan menguatkan, serta adaptif dan fleksibel sesuai dengan tren dan kondisi pasar; (3) Sistem dan manajemen ketenagalistrikan yang dikelola secara terintegrasi; (4) Instrumen pendanaan yang mendukung bagi investor; dan (5) Konsisten dan fokus dalam meriset dan mengembangkan teknologi energi terbarukan dalam negeri. Laporan Igniting A Rapid Deployment of Renewable Energy in Indonesia: Lessons Learned from Three Countries dapat dijadikan referensi dalam mempercepat pembangunan energi terbarukan di Indonesia. Simak laporannya di:

3. Teknologi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan tentu harus terdesentralisasi dan memanfaatkan potensi energi terbarukan setempat. Dengan kombinasi energi terbarukan dari air, panas bumi, surya, dan biomassa, yang ada potensinya di setiap desa, kabupaten, dan provinsi di Indonesia, penulis yakin bahwa kebutuhan energi daerah dapat terpenuhi dan juga dapat lebih terjangkau dalam jangka panjang. Jadi pembangkit fosil yang besar dan tersentralisasi di pusat-pusat beban sudah tidak lagi terjangkau dan relevan untuk dibangun dalam peta jalan transisi energi Indonesia kedepan dengan harga teknologi energi terbarukan dan sistem penyimpanan yang akan semakin terjangkau.

Kedepan, konsep konsumen energi dari sektor rumah tangga (yang selalu disasar oleh PLN sebagai salah satu target pendapatan listrik utamanya), tidak akan lagi relevan karena berkat adanya kemajuan teknologi energi terbarukan yang demokratis. Panel surya misalkan, sekarang konsumen listrik bisa menjadi produsen listrik pada saat yang bersamaan, dimana listrik yang dibangkitkan bisa disalurkan ke jaringan transmisi PLN setempat. Efisiensi energi di sisi pengguna juga menjadi low hanging fruit yang selama ini kurang didorong oleh pemerintah, dan dilirik oleh pengguna rakus energi sebagai first fuel dalam memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut sejalan dengan tren penyediaan energi/listrik di masa depan yang terdesentralisasi, bidirectional, dan tidak mengenal base load/mengedepankan demand side management.

Infografis potensi dan kapasitas terpasang energi terbarukan Indonesia tahun 2018 bisa menjadi bahan evaluasi kita dalam mengevaluasi pembangunan energi terbarukan di Indonesia. Lihat infografisnya melalui:

https://iesr.or.id/galeri/potensi-dan-kapasitas-terpasang-energi-terbarukan-indonesia-tahun-2018/

Secara umum, melakukan #EnergyTransformation dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dapat mempercepat pengembangan energi terbarukan dan memperluas akses energi. Dengan demikian, masyarakat di daerah pedalaman dan terpencil mendapatkan keterjangkauan akses energi yang berkualitas #SustainableEnergyAccess.

Seperangkat regulasi dan peraturan yang kondusif vital dibutuhkan dalam menarik minat investor energi terbarukan untuk menempatkan sejumlah dananya dalam bentuk proyek pengembangan energi terbarukan di seluruh pelosok Indonesia. Dukungan pemerintah, baik pemerintah pusat dan daerah pun sangat berperan dalam percepatan #EnergyTransformation demi menjamin #SustainableEnergyAccess.

Pemerintah daerah dapat memberikan jaminan kepastian (contohnya kepastian skema pendanaan atau kepastian lahan) untuk investor yang akan melakukan investasi di daerahnya. Kepastian ini dapat dituangkan pemerintah dalam RUED. Seperangkat regulasi dan peraturan (baik teknis dan non teknis) serta dukungan pemerintah dapat mewujudkan #GreenEconomy di Indonesia sehingga Indonesia unggul tanpa melupakan lingkungan.