NUSA DUA – Asian Development Bank (ADB) diminta mengembangkan program pembangunan infrastruktur desa. Upaya ini dinilai menjadi kunci bagi upaya pengurangan kemiskinan di Asia.
Emil menegaskan, jika ADB masih berkomitmen mengurangi kemiskinan, program itu harus secepatnya dilaksanakan. Ini mengingat desa merupakan bagian kantong-kantong kemiskinan. Dia berharap program pembangunan infrastruktur desa akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa dan memiliki risiko kecil terhadap kerusakan lingkungan.
Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini juga mengkritik model pembangunan yang keliru, terutama yang disponsori oleh lembaga-lembaga keuangan internasional seperti ADB, Bank Dunia maupun organisasi perdagangan dunia (WTO). “Karena itu, mereka sudah seharusnya meninggalkan model yang salah itu,” imbuhnya.
Koordinator Program lembaga Independent Energi dan Perubahan Iklim Institute for Essential Service Reform (IESR) Erina Mursanti justru mencurigai adanya kepentingan terselubung negara maju di balik rencana ADB dalam mewujudkan paradigma baru pembangunan di Asia.
Menurut Erina, ADB memiliki kepentingan mengembangkan skema perdagangan karbon dengan mengucurkan dana USD40 juta untuk perubahan iklim melalui program pendanaan respons bencana. “ADB itu tidak tidak tulus alias memiliki kepentingan di balik pinjaman itu. Mereka masih mau membeli emisi dari negara berkembang dan tidak perlu menurunkan emisi di negaranya,” ujarnya.
(Miftachul Chusna/Koran SI/ade)
sumber: http://economy.okezone.com.