JAKARTA (Suara Karya): PT PLN (Persero) harus mempertimbangkan kredibilitas, pengalaman, dan profesionalisme kontraktor dalam menentukan pemenang tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa Tengah. Tender PLTU berkapasitas 2×1.000 megawatt (MW) ini akan dilakukan pada awal bulan depan.
Ini guna mengantisipasi munculnya sejumlah masalah yang bisa membebani PLN di masa mendatang. Pasalnya, terdapat sejumlah perusahaan peserta tender yang memiliki riwa yat buruk dalam pemba ngunan pembangkit listrik di dalam negeri.
Demikian rangkuman pendapat yang disampaikan secara terpisah oleh anggota Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana dan peng amat kelistrikan Fabby Tumiwa di Jakarta, Selasa (26/4).
Menurut Sutan Bhatoegana, banyak rekam jejak dari para investor yang harus menjadi pertimbangan PLN dalam menentukan pemenang tender. “PLN harus selektif, konsisten, dan proporsional. Jadi, jangan terbuai dengan harga murah dan janji para kontraktor asing,” katanya.
Sutan mengatakan, PLN memiliki pengalaman dalam memilih kontraktor China untuk membangun PLTU karena mempertimbangkan harga yang murah. Namun, pada akhirnya justru menyulitkan PLN sendiri dalam penyedian pasokan bahan bakar. Ini dikarenakan teknologi yang dipilih tidak sesuai dengan ketersedian batu bara yang ada di dalam negeri.
Selain itu, ada pula riwayat terkait perusahaan Marubeni Corporation yang memenangkan tender PL TU Cirebon berkapasitas 2×300 MW pada 2006. Namun, baru bersedia menandatangani power purchase agreeent (PPA) pada akhir 2007 karena meminta jaminan pemerintah.
“Saat tender, mereka tidak mempersoalkan jaminan pemerintah, tapi sesudah menang meminta jaminan. Akibatnya, pembangunan PLTU Cirebon tertunda satu tahun. Kasus yang seperti ini jangan sampai terulang lagi,” ujarnya.
Sementara itu, Fabby Tumiwa mengatakan, tujuan tender yakni mencari investor yang paling kredibel, memiliki akses terhadap teknologi terkini, kemampuan untuk membangun secara tepat waktu, dan kemampuan dalam menyediakan modal maupun mencari pendanaan. Sedangkan untuk jaminan pemerintah, perlu ditentukan bentuk konkretnya. “Jangan sampai jaminan pemerintah menjadi semacam bumper (menutupi) karena investornya tidak kredibel,” katanya.
Fabby lantas meminta PLN benar-benar mempertimbangkan semua aspek dalam menentukan pemenang tender PLTU Jawa Tengah. Dengan ini, pada akhirnya dapat memilih satu investor yang paling baik dan bonafide di antara para peserta tender. “Ini proyek yang cukup besar dan mendapat sorotan dari banyak pihak,” tuturnya.
Sebelumnya, PLN memproses tender pembangunan PLTU Jateng senilai sekitar 3 miliar dolar AS dan diikuti tujuh perusahaan/ konsorsium perusahaan asing yang sudah lolos proses prakualifikasi, meliputi China Shenhua Energy Company Limited, CNTIC-Consortium Guandong Yudean, Japan Power Konsorsium, Korea Electric Power Company (KEPCO), Marubeni Corporation, Mitsubishi Corporation, dan Mitsui-Intemational Power.
Masing-masing perusahaan tersebut harus menggandeng mitra lokal sesuai persyaratan yang ditentukan PLN. (A Choir)
sumber: http://www.suarakarya-online.com.