JAKARTA (IFT) – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, memperkirakan konsumi gas pembangkit tahun depan mencapai 355 triliun British thermal unit (tbtu), naik 22,4% dari target tahun ini sebanyak 290 tbtu. M Suryadi Mardjoeki, Kepala Divisi Gas dan Bahan Bakar Minyak PLN, menyatakan bertambahnya pasokan gas ini akan membantu PLN menurunkan biaya pokok produksi listrik.
Proyeksi pasokan gas untuk pembangkit PLN itu lebih rendah dari proyeksi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Berdasarkan asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 subsektor ketenagalistrikan, Kementerian Energi memproyeksikan pasokan gas tahun depan mencapai 372,26 tbtu, naik dibandingkan target Anggaran 2011 sebanyak 320,37 tbtu.
PLN memprediksikan tambahan pasokan gas tahun depan akan berasal dari terminal penerima terapung dan regasifikasi (floating storage regasification unit/FSRU) di Teluk Jakarta sekitar 200 miliar British thermal unit per hari (bbtud). Terminal ini dibangun oleh PT Nusantara Regas, perusahaan patungan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Pertamina (Persero).
Tambahan pasokan gas sebesar 15 bbtud juga berasal dari lapangan Sengkang, Sulawesi Selatan yang dikelola PT Energy Sengkang. Pasokan gas juga berasal dari pertukaran (swap) gas dari lapangan gas Jambi Merang yang dikelola Joint Operating Body Pertamina Hulu Energi Hulu-Talisman Energy dan lapangan gas Gajah Baru di Laut Natuna yang dikelola Premier Oil Natuna Sea BV, anak usaha Premier Oil Plc, perusahaan minyak dan gas bumi yang berbasis di Inggris, sebesar 105 bbtud.
“Kami masih menunggu persetujuan dari BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi) untuk pembelian gas dari lapangan Sengkang, termasuk pertukaran gas Jambi Merang dan lapangan Gajah Baru. Sedangkan terminal terapung masih menunggu Nusantara Regas menyelesaikan fisiknya,” kata Suryadi kepada IFT, Senin.
Menurut rencana, pasokan gas dari Sengkang digunakan untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Sengkang ekspansi berkapasitas 120 megawatt. Perseroan menargetkan pasokan gas sebesar 15 bbtud itu dapat masuk ke pembangkit mulai Maret 2012. Harga jual gas yang sudah disepakati sekitar 15 juta British thermal unit (mmbtu).
Sedangkan gas dari terminal terapung Teluk Jakarta sebesar 200 bbtud rencananya digunakan untuk bahan bakar pembangkit Muara Karang dan pembangkit Tanjung Priok. PLN akan membeli gas dari Nusantara Regas dengan harga sekitar US$ 10-13 per mmbtu.
“Untuk swap Jambi Merang sebanyak 65 bbtud dengan harga US$ 6,98 per mmbtu dan lapangan Gajah Baru sekitar 40 bbtud dengan harga US$ 9,5 per mmbtu,” katanya.
Suryadi memperkirakan perseroan bisa hemat US$ 1,24 miliar per tahun apabila seluruh tambahan pasokan gas tersebut dapat terealisasi tahun depan.
Agus Amperianto, Manajer Humas PT Pertamina EP, anak usaha Pertamina, memproyeksikan pasokan gas perseroan ke PLN dan anak usahanya tahun depan sekitar 74 juta kaki kubik per hari (mmscfd)-79 mmscfd atau turun dari perkiraan tahun ini 84 mmscfd.
“Jika ditambah pasokan ke kontrak listrik swasta dan industri, pasokan gas kami akan ada tambahan 105 mmscfd tahun depan. Pasokan ke PLN turun karena ada beberapa lapangan yang produksi gasnya turun,” ujarnya.
Berdampak Positif
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, menyatakan tambahan pasokan gas akan memberikan dampak positif bagi biaya pokok produksi PLN. Mengacu pada data PLN 2010, biaya pokok listrik PLN untuk pembangkit listrik tenaga gas sekitar Rp 800 per kilowatt hour dan pembangkit listrik tenaga gas uap sebesarRp 1.600 per kilowatt hour. Sementara rata-rata biaya pembangkitan PLN dengan berbahan bakar minyak Rp 4.000 per kilowatt hour.
Fabby khawatir rencana tambahan pasokan gas untuk PLN itu hanya sebatas wacana namun tidak bisa direalisasikan, sehingga subsidi listrik kembali membengkak. Untuk itu, diperlukan kepastian dari pemerintah dan BP Migas untuk menjamin ketersediaan pasokan gas tersebut di tahun depan. Apalagi, jika melihat harga minyak pada 2012 yang diperkirakan akan berada di kisaran US$ 110-US$ 120 per barel, tambahan pasokan gas ini perlu diamankan agar subsidi listrik tidak kembali membengkak tahun depan.
“Saya juga memperkirakan tahun depan penyelesaian proyek 10 ribu megawatt tahap I juga akan meleset lagi,” katanya.
PLN menargetkan penjualan listrik tahun depan 173,8 triliun watt hour, naik 10,4% dari proyeksi tahun ini 157,4 triliun watt hour. Perseroan memproyeksikan tambahan kapasitas pembangkit tahun depan sebesar 7.604,5 megawatt. Dengan tambahan kapasitas pembangkit, PLN akan menyambungkan listrik ke 2,5 juta rumah tangga yang belum menikmati listrik, sehingga rasio elektrifikasi akan meningkat dari 70,4% tahun ini menjadi 73,6% pada 2012.
Sumber: IFT.