Keputusan Iran Bisa Ganggu Suplai Minyak Dunia

JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menilai aksi Iran menghentikan ekspor minyak mentah ke Inggris dan Perancis berisiko tinggi terhadap kondisi penawaran dan permintaan dunia. Aksi itu juga berpeluang besar mengangkat harga minyak mentah dunia ke 120 dollar AS per barrel.

“Bisa lebih dari 120 dollar AS per barrel. Apalagi jika terjadi krisis beneran (di Selat Hormuz yang menjadi jalan pengiriman minyak mentah dari sejumlah negara Timur Tengah termasuk Iran),” ucap Fabby, Senin (20/2/2012).

Menurut Fabby, angka permintaan dan penawaran minyak dunia cukup ketat. Selisih keduanya hanya sekitar 1,5-2 juta barrel per hari. Sekitar 30-40 persen pasokan minyak dunia pun berasal dari Timur Tengah. Iran juga merupakan negara pengekspor terbesar kedua di antara negara-negara anggota OPEC. Jadi, jika Iran benar-benar menghentikan ekspor emas hitamnya, maka pasokan dunia akan terganggu.

Sekalipun negara Timur Tengah lainnya, seperti Arab Saudi, meningkatkan produksi minyaknya yang sekarang berada di angka 10 juta barrel per hari, tetap tidak bisa menjaga kestabilan permintaan dan penawaran minyak mentah. “Ketegangan yang terjadi di Selat Hormuz akan mengganggu suplai minyak mentah dari Timur tengah,” tambah Fabby.

Jadi, kata dia, peluang naiknya harga minyak akan terus terjadi seiring dengan ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat. “Jadi risiko cukup tinggi,” tegas Fabby.

Harga minyak mentah pada perdagangan Senin pagi ini menembus level 105 dollar AS dalam sembilan bulan terakhir seiring dengan pernyataan Iran menghentikan ekspor emas hitam ke Inggris dan Perancis. Harga minyak mentah pengiriman Maret melonjak 1,97 dollar AS menjadi 105,21 dollar AS per barrel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Posisi ini merupakan level perdagangan harian tertinggi sejak 5 Mei 2011.

Sumber: Kompas.com.

Share on :