Belanja Gas PLN Naik 63,4%

JAKARTA (IFT) – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor kelistrikan, mengalokasikan dana sebesar US$ 2,01 miliar atau setara Rp 18,49 triliun untuk membeli gas sepanjang tahun ini, atau naik 63,4% dari tahun lalu US$ 1,23 miliar. Suryadi Mardjoeki, Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN, mengatakan kenaikan itu dipicu oleh peningkatan harga beli dan volume gas yang digunakan di pembangkit milik perseroan.

PLN memproyeksikan volume konsumsi gas di pembangkit PLN mencapai 347 triliun british thermal unit (tbtu) pada 2012, atau naik 21% dari realisasi tahun lalu 286 tbtu. “Harga rata-ratanya saya belum hitung, tapi memang naik karena beberapa produsen meminta kenaikan harga,” ungkap dia kepada IFT, Jumat.

Menurut Suryadi, pihaknya telah menyetujui kenaikan harga gas untuk sejumlah kontrak jual beli gas. Salah satu perusahaan yang sudah menaikkan harga jual gas ke PLN adalah PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor minyak dan gas bumi. Kedua belah pihak telah menyetujui kenaikan harga gas dari US$ 3 per juta british thermal unit menjadi US$ 6,05 per juta british thermal unit.

Berdasarkan kontrak, perseroan akan mendapat pasokan gas sebesar 123 milia British thermal unit per hari dari Blok West Madura untuk pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Gresik, di Jawa Timur dengan kapasitas sekitar 2.000 megawatt. “Sementara jika PLN memakai lebih tinggi dari kontrak, perseroan akan membayar US$ 5,8 per juta British thermal unit untuk gas yang di atas kontrak,” ujar dia.

Selain Pertamina Hulu, perseroan juga telah menyetujui kenaikan harga untuk untuk PLTGU Indralaya dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Borang di Sumatera Selatan.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), perusahaan energi yang dimiliki pengusaha nasional Arifin Panigoro, memasok gas ke PLTG Borang dengan volume 20 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Harga beli beli gas untuk pembangkit tersebut awalnya sekitar US$ 2,7 per mmbtu dan akan dinaikkan menjadi US$ 4,75 per mmbtu. Pada pembangkit Indralaya, Medco akan menambah pasokan gas dari 19 mmscfd menjadi 24 mmscfd.

“Untuk yang 19 mmscfd itu harganya naik dari US$ 2,7 per mmbtu menjadi US$ 4,75 per mmbtu, sementara tambahan 5 mmscfd harganya US$ 5,1 per mmbtu,” ujar Suryadi.

 

Dia menjelaskan, perseroan memang telah merevisi target volume gas pada tahun ini karena adanya keterlambatan pasokan dari beberapa pemasok gas. Salah satunya adalah pasokan gas sebesar 200 juta kaki kubik per hari dari terminal penampungan terapung dan regasifikasi (floating storage regassification unit/FSRU) gas alam cair (LNG) di Teluk Jakarta. Awalnya pasokan dari terminal tersebut mulai April 2012, namun batu akan masuk ke pembangkit perseroan mulai Juli 2012.

Keterlambatan lainnya adalah pasokan dari lapangan Terang Sirasun Batur yang dikelola Kangean Energy sebesar 130 mmscfd, yang awalnya diproyeksikan pada Mei 2012, mundur menjadi Juni.”Kami membeli gas dari Kangean Energy sekitar US$ 5,14 per mmbtu. Itu belum termasuk toll fee US$ 0,8 per mmscf dengan lama pasok 12 tahun,” ujarnya.

Imam Agustino, Direktur Utama PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), mengatakan Kangean Energy akan segera memasok gas sebesar 300 juta kaki kubik ke PLN dan konsumen industri di Jawa Timur.”Volume gas dari lapangan Terang di blok Kangean PSC (production sharing contract) akan mendominasi volume produksi Perusahaan dalam 24 bulan ke depan,” kata Imam.

Blok Kangean terletak di Jawa Timur dan pada saat ini dioperasikan oleh Kangean Energy Indonesia limited. Blok Kangean PSC dimiliki 50% secara tidak langsung oleh Energy, 25% olehMitsubishi Corporation (Jepang), dan 25% oleh JAPEX (Jepang). Blok Kangean memiliki jumlah cadangan terbukti dan terukur sebesar 9,6 juta barrel minyak dan 1,3 triliun kaki kubik gas per 31 Desember 2011.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Indonesia, menyatakan tambahan pasokan gas akan berdampak positif bagi biaya pokok produksi PLN. Mengacu pada data PLN 2010, biaya pokok listrik PLN untuk pembangkit listrik tenaga gas sekitar Rp 800 per kilowatt hour dan pembangkit listrik tenaga gas uap sebesar Rp 1.600 per kilowatt hour. Sementara rata-rata biaya pembangkitan PLN dengan berbahan bakar minyak Rp 4.000 per kilowatt hour.

Fabby khawatir rencana tambahan pasokan gas untuk PLN itu hanya sebatas wacana namun tidak bisa direalisasikan, sehingga subsidi listrik kembali membengkak. Untuk itu diperlukan kepastian dari pemerintah dan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) untuk menjamin ketersediaan pasokan gas tersebut di tahun depan. Apalagi, jika melihat harga minyak pada 2012 yang diperkirakan berada di kisaran US$ 110-US$ 120 per barel, tambahan pasokan gas ini perlu diamankan agar subsidi listrik tidak kembali membengkak tahun depan.

“Saya juga memperkirakan penyelesaian proyek 10 ribu megawatt tahap I tahun ini juga akan meleset lagi,” katanya. (*)

Sumber: Indonesia Finance Today.

Share on :