BY IGNASIUS LAYA & NURSEFFI DWI WAHYUNI
JAKARTA (IFT) – PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, menyatakan proyek kabel listrik bawah laut Jawa Bali senilai Rp 450 miliar yang dikerjakan Sumitomo Corp, perusahaan asal Jepang, akan beroperasi pada akhir tahun ini. Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi PLN, menyatakan pengoperasian kabel listrik tersebut akan menambah pasokan listrik Bali sebesar 240 megawatt.
“Saat ini kontruksinya sudah mencapai 80%. Kalau tidak November, paling lambat Desember selesai,” kata Nasri.
Selain membangun kabel bawah laut, PLN tengah mengembangkan kabel listrik atas laut (overhead crossing) yang menghubungkan Jawa dan Bali senilai US$ 240 juta. Kabel ini akan membawa listrik sampai 1.800 megawatt ke Bali.
Kabel berdaya 500 kilovolt tegangan tinggi arus bolak balik (high voltage alternating current/HVAC) itu akan menghubungkan jalur Paiton-Banyuwangi-Gilimanuk-New Kapal. Pembangunan kabel bawah laut yang diperkirakan tuntas pada 2015 itu dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, perseroan akan membangun dua menara setinggi 376 meter yang masing-masing berada di Jawa dan Bali. Tahap berikutnya, PLN mengoperasikan transmisi 150 kilovolt yang sudah ada dan bisa masuk ke gardu induk Gilimanuk. “Kontruksinya dimulai September ini,” ungkapnya.
Bagyo Riawan, Direktur Pengadaan Strategis dan Energi Primer PLN, menyatakan saat ini pihaknya masih menunggu izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan untuk melakukan penggelaran kabel bawah laut tersebut. “Kabel dan kapal untuk gelar kabel sudah siap dan saat ini parkir di Singapura,” jelas dia.
Mutakhsor, anggota Dewan Energi Nasional, mengatakan pembangunan kabel listrik bawah laut dan atas laut Jawa-Bali hanyalah solusi jangka pendek namun tidak akan menciptakan jaminan pasokan yang berkelanjutan. Menurut dia, kebutuhan listrik di Jawa akan terus meningkat seiring dengan pertumbugan jumlah penduduk dan industri di wilayah. Dengan memasok listrik ke Bali, sistem Jawa akan semakin dibebani. Untuk itu, PLN seharusnya membangun pembangkit listrik di Bali.
“Proyek pembangkit panas bumi juga harus serius dipikirkan oleh PLN dan pemerintah daerah di Bali karena tidak bijak jika hanya mau menerima energi dari tempat lain tetapi menolak untuk mendirikan pembangkit di tempatnya sendiri,” ujar Mutakhsor.
Tri Mumpuni, pengamat kelistrikan dari Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan, menyatakan seharusnya PLN meningkatkan kapasitas pembangkit di Bali daripada membangun kabel listrik antarpulau. Dengan menambah pembangkit di sana, Bali tidak perlu bergantung pada pasokan listrik dari Jawa. PLN diminta untuk mengoptimalkan sumber energi alternatif di Bali untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah tersebut.
“Perseroan harus memiliki langkah antisipasi jika sewaktu-waktu ada gangguan di kabel itu. Bali itu salah satu sumber devisa negara, kalau listrik mati akan sangat mengganggu aktivitas di sana,” jelasnya.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan pembangunan kabel bawah dan atas laut Jawa Bali membuat pasokan listrik Bali lebih terjamin. Apalagi beban puncak listrik di Bali dalam 10 tahun mendatang bisa mencapai 1.000 megawatt.
Pembangunan kabel listrik merupakan opsi yang paling ekonomis dan handal untuk memperkuat pasokan listrik di Bali karena pembangunan pembangkit di Bali masih terkendala ketersediaan lahan. “Rencana bangun pembangkit listrik tenaga uap di Celukan Bawang saja sudah dua tahun belum dapat direalisasikan,” ungkapnya.
Namun, dia juga menyarankan agar PLN tetap membangun pembangkit di Bali, khususnya saat beban menengah dan puncak untuk mengurangi resiko gagal pasok dari interkoneksi Jawa Bali. (*)
Sumber: Indonesia Finance Today.