BOGOR, KOMPAS.com — Anggaran subsidi listrik terus membengkak setiap tahun. Namun, subsidi tersebut ternyata malah hanya dinikmati oleh orang kaya. Benarkah?
Pengamat kelistrikan dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan tingkat ketergantungan subsidi listrik dari masyarakat saat ini semakin tinggi. Sebab, tarif tenaga listrik (TTL) belum menjadi sumber pendapatan utama PLN.
Padahal, PLN sendiri juga harus mengeluarkan biaya investasi untuk membiayai pembangkitnya. Akibatnya, PLN terus meminta tambahan subsidi listrik untuk menutupi operasionalnya, khususnya apabila TDL tidak dinaikkan.
“Masalah yang terjadi adalah subsidi listrik itu malah tidak tepat sasaran. Yang menikmati itu malah orang kaya,” kata Fabby saat workshop “Rasionalisasi Tarif Listrik Menuju Subsidi Tepat Sasaran” di Hotel Harris Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/10/2012) malam.
Berdasarkan data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 2011, Fabby menjelaskan bahwa tarif tenaga listrik dan subsidi listrik ini menunjukkan ketidakadilan. Ini dibuktikan dengan kesenjangan subsidi yang diterima pelanggan per bulan.
Khusus untuk golongan rumah tangga 1 (R1) untuk daya 450 VA, dengan jumlah 19.821.375 pelanggan, maka subsidi per tahun mencapai Rp 19,046 triliun. Namun, subsidi yang diterima per pelanggan per bulan hanya Rp 80.073.
Sementara pelanggan dengan daya 900 VA, dengan jumlah 15.180.302 pelanggan, memiliki subsidi Rp 17,439 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 95.730. Khusus untuk pelanggan dengan daya 1.300 VA, dengan jumlah 5.201.529 pelanggan, memiliki subsidi Rp 6,807 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 109.061.
Khusus untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA, dengan jumlah 1.688.262 pelanggan, memiliki subsidi Rp 4,001 triliun dengan subsidi per pelanggan per bulan Rp 197.467. Di sisi lain, khusus untuk pelanggan dengan daya 3.500-5.500 VA, dengan jumlah 568.912 pelanggan, memiliki subsidi Rp 2,158 triliun. Namun, mereka justru mendapat subsidi per pelanggan per bulan Rp 316.037.
Begitu juga dengan pelanggan dengan daya di atas 6.600 VA, dengan jumlah hanya 135.705 pelanggan, memiliki subsidi Rp 562 miliar. Namun, mereka justru mendapat subsidi per pelanggan per bulan Rp 344.983. “Di sini sudah jelas letak ketidakadilan dalam pemberian subsidi yang diberikan,” jelasnya.
Terkait dengan hal itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, ada empat golongan pelanggan listrik yang akan dicabut subsidinya. Hal ini dilakukan sebagai awal kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) sebesar 15 persen.
Jarman menyebutkan, golongan tersebut adalah yang dicabut subsidinya seperti golongan rumah tangga I berkapasitas 6.600 VA ke atas, golongan bisnis II dan bisnis III berkapasitas 6.600 VA ke atas, serta golongan pemerintah. “Sebenarnya semua masih dapat subsidi yang akan datang di 2013, R1 6.600 VA ke atas, b2 6.600 VA, dan b3 tegangan menengah, sama p1 6.600 VA yang dicabut subsidinya,” jelas Jarman.
Sumber: Kompas.com
Editor: Erlangga Djumena
Penulis: Didik Purwanto