Listrik Naik, Frekuensi Pemadaman Harus Dikurangi

1727045-pri-rencana-kenaikkan-tarif-listrik--620X310JAKARTA, KOMPAS.com –Kenaikan tarif listrik memang tidak dapat dihindarkan untuk menekan subsidi listrik. Dampaknya terhadap inflasi juga telah diperhitungkan aman. Namun, pelayanan PT PLN perlu ditingkatkan agar tidak terjadi lagi pemadaman listrik tahun depan.

Menteri Perindustrian MS Hidayat, Kamis (27/12/2012), di Jakarta, menyatakan perekonomian harus realistis. ”Ekonomi tanpa subsidi itu tujuan kita,” kata Hidayat.

Sehari sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengumumkan kenaikan tarif tenaga listrik rata-rata 15 persen dan dilaksanakan bertahap tiap triwulan mulai 1 Januari 2013. Kenaikan tidak berlaku untuk pelanggan listrik 450 volt ampere (VA) dan 900 VA. Dengan kenaikan tarif listrik tersebut, subsidi listrik yang dihemat Rp 14 triliun.

Kepala Divisi Niaga dan Pemasaran PT PLN Benny Marbun, di Jakarta, Kamis, menyatakan, saat ini jumlah pelanggan listrik PT PLN mencapai 49,09 juta. Dari total jumlah itu, 10,24 juta pelanggan terkena dampak kenaikan tarif tenaga listrik. Sebanyak 79,41 persen pelanggan tidak terkena kenaikan tarif listrik, yakni 21,4 juta pelanggan golongan 450 VA dan 17,4 juta pelanggan golongan 900 VA.

Mengenai dampaknya, berdasarkan perhitungan Bank Indonesia, kenaikan tarif listrik akan menambah tekanan inflasi. Namun, BI memperkirakan, sepanjang tahun 2013 inflasi dapat terkendali pada kisaran 4,9 persen. Perkiraan itu sudah memasukkan kenaikan tarif listrik.

Namun, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengingatkan, keandalan pasokan dan pelayanan PT PLN perlu ditingkatkan. Hal ini seiring dengan penambahan jumlah pelanggan yang mencapai 2,5 juta setiap tahun.

Dari sisi konsumen, kata Fabby, PT PLN harus dapat memperbaiki layanan terkait tagihan dan pencurian listrik yang merugikan pelanggan. Saat ini kualitas infrastruktur secara keseluruhan, baik pasokan listrik jaringan transmisi maupun distribusi, masih memprihatinkan dan perlu dibenahi.

Menurut Fabby, selama ini realisasi investasi di sektor kelistrikan belum memadai, khususnya untuk perluasan jaringan transmisi dan distribusi. Karena keterbatasan kemampuan investasi, PT PLN cenderung lebih fokus pada peningkatan pasokan tenaga listrik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.

Direktur Utama PT PLN Nur Pamudji menjelaskan, PT PLN berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi dari 75 persen pada tahun ini menjadi 77,5 persen tahun 2013. Rasio elektrifikasi pada 2014 ditargetkan bisa mencapai 80 persen. Perusahaan tersebut juga menargetkan bisa menambah 3 juta pelanggan pada 2013.

”Peningkatan rasio elektrifikasi dan sambungan baru ini juga merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kepada pelanggan,” kata Nur Pamudji.

Perbaikan layanan bagi pelanggan, ujarnya, tidak terkait dengan kenaikan tarif tenaga listrik. PT PLN terus berupaya memperbaiki pelayanan tiap tahun, misalnya meluncurkan pusat pelayanan bagi konsumen yang bisa diakses pelanggan melalui internet, telepon, datang langsung ke kantor PT PLN, dan pembayaran tagihan bisa melalui jasa perbankan. ”Tidak ada lagi calo di kantor PLN jika ada konsumen minta sambungan listrik,” kata Nur Pamudji.

Gangguan listrik

Terkait durasi dan kekerapan gangguan listrik, Nur Pamudji mengakui bahwa saat ini angka gangguan listrik masih bervariasi di setiap daerah karena tergantung dari perkembangan sarana kelistrikan yang ada di daerah tersebut. Untuk menekan angka gangguan listrik, PT PLN terus memperluas jaringan transmisi dan distribusi serta membangun jaringan interkoneksi, antara lain di Sulawesi. ”Karena wilayah Indonesia luas, tidak sekaligus semua wilayah bisa merasakan perbaikan yang signifikan,” kata Nur Pamudji.

Pemadaman secara bergilir kerap terjadi di daerah. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sikka Rafael Raga, di Maumere, Nusa Tenggara Timur, meminta agar pemadaman secara bergilir di wilayahnya setiap malam tidak terjadi lagi. ”Pelayanan listrik tetap buruk, ditandai dengan pemadaman bergilir secara rutin setiap malam di setiap lokasi,” kata Rafael.

Rina Noverya (28), ibu rumah tangga pelanggan PT PLN di Padang, Sumatera Barat, mengatakan, pemadaman bergilir yang dalam sebulan bisa terjadi lebih dari lima kali sangat mengganggunya. ”Apalagi saya baru punya anak bayi berumur 6 bulan. Kadang kala listrik padam pada saat Maghrib ketika hari sudah gelap,” tuturnya.

Rina menambahkan, saat ini kebijakan pemutusan aliran listrik untuk pelanggan yang terlambat membayar juga tidak didahului peringatan. Ia mengatakan, aliran listrik di rumahnya nyaris diputus karena ia terlambat membayar selama lima hari.

”Biasanya, paling telat saya bayar listrik tanggal 20 setiap bulan, tetapi bulan ini saya bayar tagihan tanggal 25, dan itu pun sudah ada petugas datang untuk memutus aliran listrik. Padahal, biasanya ada surat peringatan untuk memutus aliran listrik itu,” ujar Rina.

Keluhan kenaikan tarif umumnya dilontarkan pengusaha. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi berharap kenaikan tarif listrik pada 2013 maksimal 10 persen. Kenaikan tarif di atas itu akan menimbulkan banyak dampak.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, kontribusi listrik bagi struktur biaya produksi di industri pemintalan mencapai 18,5 persen. Di industri tenun, kontribusinya mencapai 14,4 persen, sementara di industri garmen sebesar 1,3 persen. ”Jika tarif listrik naik, imbas ke tekstil akan sangat besar,” ujar Ade.(IDR/EVY/ENY/KOR/INK/ETA/SIR)

 

Sumber :

 

Kompas

 

Editor :
Erlangga Djumena

 

 

Share on :