Dekarbonisasi Industri: Adaptasi dan Peningkatan Daya Saing

Jakarta, 8 Agustus 2024 – Industri menjadi satu komponen penting dari ekonomi Indonesia. Sepanjang tahun 2023 kontribusi sektor industri pada pendapatan nasional Indonesia mencapai 17-20 persen. Kontribusi ekonomi ini juga diikuti dengan kontribusi pada penyerapan tenaga kerja yang mencapai 19,11 juta tenaga kerja. Kontribusi ekonomi ini juga dibarengi dengan naiknya emisi dari sektor industri.

Upaya dekarbonisasi industri menjadi penting dilakukan untuk menjaga kontribusi ekonomi sektor industri tanpa memperburuk kenaikan emisi. Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) pada Lokakarya dalam Rangka Kajian Peta Jalan Dekarbonisasi Sektor Industri di Indonesia menyatakan bahwa dekarbonisasi sektor industri merupakan upaya menjaga daya saing produk, karena pasar internasional saat ini sudah menuntut produk yang lebih hijau dan rendah emisi.

“Menurut IESR, salah satu menaikkan daya saing dan daya tarik menaikkan investasi pada industri dan manufaktur adalah perencanaan dan upaya serius didukung dengan kebijakan untuk melakukan dekarbonisasi industri selain tentunya diberikan insentif untuk industri yang mau dan siap untuk melakukan langkah dekarbonisasi,” kata Fabby.

Faricha Hidayati, Koordinator Proyek Dekarbonisasi Industri, IESR menyoroti langkah strategis yang perlu diambil untuk menekan emisi sektor industri dan komitmen serta kebijakan pemerintah harus dibuat lebih ambisius dari yang ada sekarang.

“Dekarbonisasi kawasan industri (dekarbonisasi terintegrasi) akan mengurangi emisi operasional hingga 50%, mengamankan pasokan energi, meminimalkan profil risiko investasi adopsi teknologi (bundling projects). Industri bersedia untuk dekarbonisasi asal sudah ada aturan dan kebijakan yang pasti dari pemerintah, kepastian adanya playing fields yang sama. Jika dua hal ini sudah ada maka industri akan mulai bergerak,” kata Faricha.

Indonesia mencanangkan target net zero emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Disampaikan Apit Pria Nugraha, Kepala Pusat Industri Hijau, Kementerian Perindustrian bahwa sektor industri ditargetkan untuk mencapai NZE 10 tahun lebih cepat dari target nasional yakni pada tahun 2050.

“Indonesia berpeluang meningkatkan suhu global sekitar 4 derajat celcius lebih tinggi pada tahun 2030, dibandingkan dengan suhu level pra-industri, apabila hanya melakukan business as usual. Maka kami di sektor industri ditargetkan untuk mencapai NZE lebih cepat,” jelasnya.

Untuk mewujudkan dekarbonisasi industri, sejumlah Kementerian antara lain energi, lingkungan hidup, dan perindustrian. Perencanaan komprehensif dan mekanisme yang ringkas dan efektif dibutuhkan untuk memastikan prosedur yang ada tidak juga memberatkan pelaku usaha. 

Wahyu Wijayanto, Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas menjelaskan saat ini pihaknya sedang menyusun strategi pengembangan industri hingga tahun 2029.

“Kerangka strategi industrialisasi 2025-2029 meliputi 1) pengembangan industri prioritas sebagai pengungkit pertumbuhan ekonomi, 2) aglomerasi industri di Kawasan Industri/Kawasan Ekonomi Khusus, 3) akselerasi ekspor produk dan jasa industri, 4) penguatan IKM sebagai rantai pasok, serta 5) mendorong industri hijau,” jelasnya.

Endra Dedy Tamtama, Koordinator Pengawasan Konservasi Energi, ESDM menyampaikan dari sektor energi mendukung dekarbonisasi industri salah satunya melalui PP 33/2023 yang mengatur tentang manajemen energi.

“Dalam PP 33/2023 mengatur kewajiban manajemen energi untuk pengguna energi (sektor industri) 4000 TOE per tahun, transportasi 4000 TOE, bangunan gedung 500 TOE, pemerintah,” kata Endra.

Otoritas Jasa Keuangan memberi perhatian khusus pada sektor energi karena sektor ini merupakan sumber perekonomian sekaligus penyumbang emisi terbesar. R. Joko Siswanto Direktur Keuangan Berkelanjutan OJK menyebutkan bahwa dalam Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI), sektor energi akan menjadi salah satu fokusnya.

“TKBI memiliki 4 tujuan yang ditambahkan berupa perlindungan ekosistem yang sehat dan keanekaragaman hayati, dan mempromosikan ketahanan sumber daya dan transisi menuju sirkular. Hal ini agak berbeda dari taksonomi keuangan sebelumnya yaitu Taksonomi Hijau Indonesia yang tujuannya hanya dua yaitu mitigasi dan adaptasi,” katanya.

Joko melanjutkan pembaruan ini dilakukan agar definisi dan kriteria aktivitas hijau di Indonesia tidak berbeda jauh dari taksonomi yang diterapkan oleh negara lain.

Penggunaan energi terbarukan secara langsung juga menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan daya saing produk industri dan mendukung agenda dekarbonisasi industri. Hamzah, Vice President Pengamanan Pendapatan PT PLN menjelaskan bahwa sektor industri sebagai salah satu porsi pelanggan PLTS atap terbesar.

“Saat ini jumlah pelanggan PLTS atap mencapai 9.324 pelanggan dengan kapasitas terpasang sebesar 197 MW on grid. Dari jumlah kapasitas ini sekitar 120 MW adalah pelanggan PLTS atap dari sektor industri,” katanya.

Rizal Tanzil Rakhman, Sustainability & Government Relation Manager, PT Pan Brothers Tbk, membagikan bahwa jika bisnisnya tidak mau berubah ke arah yang lebih sustainable, maka bisnis tersebut akan punah. 

“Dalam konteks kami sebagai supplier untuk brand-brand global, terdapat target-target sustainability yang akan berdampak juga pada kami, dan harus kami penuhi,” katanya.

Share on :

Leave a comment