Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, Kamis lalu (11/8) berbicara mengenai Efisiensi Energi di sektor transportasi di Indonesia di hadapan peserta pelatihan “1 Hour University”, sebuah forum pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan SDM, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Dalam pemarannya Fabby menjelaskan bahwa efisiensi energi di sektor transportasi menjadi sangat penting, karena sektor trasportasi menyerap konsumsi energi cukup besar sekaligus berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca.
Sayangnya, dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), efisiensi energi belum banyak dibahas, padahal kebutuhan energi di sektor transportasi akan meningkat secara tajam, diperkirakan dalam jangka waktu 30 tahun mendatang kebutuhan energi di sektor transportasi akan naik lima kali lipat.
Efisiensi energi di sektor transportasi menurut Fabby menjadi sangat penting untuk diterapkan mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan baik terhadap lingkungan dan kualitas hidup manusia Indonesia.
Fabby mengutip laporan yang dikeluarkan oleh Internasional Energy Agency pada pertengahan July lalu, yang menyebutkan bahwa polusi udara dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama terjadinya kasus kematian prematur. Di Indonesia sendiri, kasus kematian prematur mencapai angka 70.000.
Untuk mengatasi tantangan ini, menurut Fabby, penting bagi Indonesia untuk mulai menerapkan kebijakan mengenai perbaikan kualitas bahan bakar dan perbaikan keekonomian bahan bakar (fuel economy).
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Australia dan Thailand kini telah menerapkan kebijakan fuel economy dengan menetapkan target dan standar yang jelas. Penerapan kebijakan ini terbukti tak hanya mampu mengurangi biaya penyediaan bahan bakar dan menurunkan onsumsi bahan bakar, tetapi juga mendorong investasi pengembangan kendaraan bermotor yang lebih inovatif dan ramah lingkungan.
Kebijakan fuel economy sendiri, menurut Fabby bukanlah sebuah kebijkan sektoral, tetapi multisektor, sehingga dibutuhkan kapasitas yang memadai dalam merancang kebijakan dan menetapkan standar serta target yang terukur secara akuntabel.
Dan untuk penerapannya dibutuhkan sejumlah perangkat kebijakan kunci yang mendukung seperti penggunaan standar fuel economy, pajak kendaraan bermotor, harga bahan bakar serta pelabelan.
Kebijakan ini juga perlu dikomunikasikan secara transparan guna mencapai target yang ditetapkan yaitu pengurangan penggunaan bahan bakar, peningkatan kualitas lingkungan serta pengembangan industri yang kompetitif.
Indonesia, ujar Fabby, sangat berkepentingan terhadap kebijakan fuel economy. Sebab di masa depan, kerjasama ekonomi ASEAN akan menerapkan industri otomotif yang lebih ketat. Negara yang memiliki standar fuel economy lebih tinggi bisa melakukan ekspor ke negara manapun, sementara negara dengan standar yang lebih rendah hanya bisa mengekspor ke negara dengan standar sama atau lebih rendah.
Tag: efisiensi energi, transportasi, fuel economy.