Bali Menuju Kemandirian Energi dan Pembangunan Berkelanjutan

Catatan Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2024

Provinsi Bali dapat menjadi contoh konkret bagaimana wilayah dengan ketergantungan tinggi pada pariwisata dapat bertransisi ke pembangunan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Inisiatif Bali Net Zero Emission (NZE) atau Bali Emisi Nol Bersih 2045 yang telah dideklarasikan oleh Pemerintah Provinsi Bali pada 4 Agustus 2023 dengan kolaborasi bersama beragam pemangku kepentingan merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa pembangunan ekonomi dan sektor pariwisata Bali tetap mempertahankan kelestarian lingkungan dan budaya lokal. Dengan kebijakan yang tepat, Bali dapat menyelaraskan agenda pembangunan berkelanjutan, menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan.

Usaha penurunan emisi karbon melalui transisi energi bersih, seperti penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan transportasi rendah karbon, dapat secara langsung berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim dan perbaikan kualitas lingkungan. Inisiatif Bali NZE 2045 ini juga mendukung pariwisata berkelanjutan dengan mendorong akomodasi dan aktivitas wisata yang lebih ramah lingkungan serta meningkatkan daya saing global Bali. Selain itu, penerapan NZE berpotensi menciptakan peluang ekonomi hijau yang inklusif, memperkuat ketahanan energi, dan mendukung kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi kebijakan yang akan dijalankan oleh Gubernur Bali terpilih 2024-2029 untuk mengintegrasikan tujuan NZE dalam langkah-langkah implementasi yang terarah.

Pilkada Gubernur Bali 2024 menjadi momentum krusial dalam menentukan pemimpin daerah dan arah pembangunan Pulau Dewata. Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali menyajikan visi misi kedua pasangan calon dan memperdalam tujuan serta rencana strategis mereka sebagai bagian dari penyampaian informasi publik. Dalam tiga seri debat terbuka, kedua Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Bali, Made Muliawan Arta dan Putu Agus Suradnyana (Nomor urut 1) serta Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta (Nomor urut 2) beradu visi dan misi serta gagasan dengan tema yang mencakup keberlanjutan lingkungan, ketangguhan ekonomi, tata kelola pemerintahan, dan pelestarian budaya. Diskusi yang tajam melibatkan panelis dari berbagai bidang, menghadirkan visi konkret dari kedua paslon untuk Bali yang berkelanjutan dan inklusif.

Catatan Debat Pertama: Membentuk Bali Menuju Pariwisata Berkelanjutan

Isu pariwisata menjadi tema strategis mengingat posisinya sebagai pilar utama perekonomian Bali. Pasangan calon nomor urut 1, Mulia-PAS, mengusung pendekatan berbasis komunitas (bottom-up), dengan desa adat sebagai aktor kunci dalam transisi energi terbarukan. Program unggulan mereka, Bali Metaksu, mencakup inisiatif strategis seperti subsidi pendidikan dan dukungan bagi seniman lokal untuk melestarikan kearifan budaya. Pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber, pengendalian daya dukung lingkungan (carrying capacity), dan peningkatan nilai belanja wisatawan untuk menjaga keberlanjutan kualitas pariwisata Bali. Namun, tantangan terkait kesiapan infrastruktur desa adat serta kebutuhan pendanaan yang signifikan menjadi perhatian kritis.

Sementara itu, pasangan calon Gubernur nomor urut 2, Koster-Giri, mengedepankan perlindungan kawasan konservasi sebagai inti kebijakan pariwisata berkelanjutan, selaras dengan inisiatif Bali Emisi Nol Bersih 2045. Rekam jejak yang dipaparkan mencakup keberhasilan dalam pengurangan plastik sekali pakai dan penerapan pengelolaan sampah berbasis sumber. Program strategis lainnya meliputi restorasi pura dan pelestarian artefak budaya sebagai bagian integral dari pariwisata yang inklusif dan berorientasi lingkungan.

Dalam debat kedua ini, IESR menyoroti pendekatan berbasis komunitas (bottom-up) Mulia-PAS melalui desa adat sebagai aktor transisi energi terbarukan yang memiliki potensi besar, namun membutuhkan kesiapan sumber daya manusia, perencanaan yang matang, dan fasilitasi sumber pembiayaan beragam agar implementasi tidak parsial dan berkelanjutan. Untuk pemaparan pasangan calon Koster-Giri, dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan, transisi energi seharusnya turut disampaikan sebagai salah satu bagian dalam mewujudkan program pariwisata berkelanjutan secara utuh, mengingat kegiatan pariwisata dan komersial menggunakan energi dalam jumlah yang tidak sedikit dan perlu beralih ke sumber energi terbarukan.

IESR telah menyelesaikan peta jalan Nusa Penida 100% energi terbarukan sebagai bagian upaya mendorong Nusa Penida sebagai pulau berbasis energi terbarukan. Integrasi peta jalan ini dengan strategi pariwisata dapat mendukung pengurangan jejak karbon, optimalisasi energi bersih di sektor akomodasi, dan pengelolaan limbah organik menjadi suatu langkah penting dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan. 

Catatan Debat Kedua: Menyikapi Dinamika Otonomi Daerah

Dalam tema strategi diversifikasi ekonomi, pasangan calon Gubernur Mulia-PAS mengusulkan pengembangan sektor ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada pariwisata. Mereka juga mengajukan program dukungan bagi UMKM, padat karya di desa, serta platform digital untuk mempertemukan pencari dan pemberi kerja. Tantangan utama yang dihadapi adalah infrastruktur digital yang belum memadai khususnya di wilayah terpencil, pentingnya investasi infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Pasangan calon Gubernur Koster-Giri menekankan kebijakan berbasis regulasi untuk mendukung Bali Emisi Nol Bersih. Transformasi energi menjadi prioritas utama, termasuk percepatan adopsi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di desa adat, insentif untuk penggunaan PLTS atap, dan penerapan kebijakan wajib energi terbarukan di sektor pariwisata. Selain itu, mereka mengusulkan pengelolaan limbah berbasis sumber dan zona emisi rendah untuk transportasi publik berbasis kendaraan listrik. Tantangan seperti kebutuhan investasi besar dan resistensi teknologi, dengan solusi berupa kolaborasi internasional dan pelibatan desa adat.

Dalam debat kedua ini, IESR menggarisbawahi potensi transformasi energi terbarukan yang diusung Koster-Giri, seperti adopsi PLTS dan transportasi listrik, namun kurang menyoroti langkah konkret untuk mempercepat integrasi teknologi ini ke dalam sistem energi Bali secara komprehensif dan bentuk dukungan pemerintah untuk publik. Sementara itu, Mulia-PAS menunjukkan visi ekonomi kreatif berbasis lokal yang berpotensi mendorong sektor ekonomi non-pariwisata dan pemerataan ekonomi, namun tidak memasukkan potensi penggunaan energi terbarukan secara tersebar yang dapat menyediakan akses energi berkualitas untuk infrastruktur pendukung yang diperlukan – seperti akses internet.

Energi terbarukan yang tersedia di berbagai lokasi, mulai dari energi surya (PLTS), mini- dan mikrohidro, hingga biomassa; memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara lokal untuk kegiatan produktif. Provinsi Bali memiliki potensi energi terbarukan sejumlah 143 Gigawatt (GW), dengan potensi terbesar dimiliki oleh PLTS dan dapat dimanfaatkan di seluruh wilayah Bali. 

Catatan Debat Ketiga: Ngardi Bali Santhi lan Jagadhita (Mewujudkan Bali Damai dan Sejahtera)

Isu ketenagakerjaan menjadi sorotan pada debat terakhir, dengan Mulia-PAS mengidentifikasi tiga akar masalah: kurangnya pembinaan, terbatasnya lapangan kerja, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sebagai solusi, mereka mengusulkan pendidikan berbasis keterampilan, pelatihan digital, fasilitasi sertifikasi kompetensi, serta dukungan bagi tenaga kerja migran melalui program kerja luar negeri dan akses modal usaha.

Di sisi lain, Koster-Giri menyoroti ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja serta rendahnya produktivitas tenaga kerja. Solusi mereka mencakup peningkatan pelatihan vokasional dan pendidikan berkualitas yang terintegrasi dengan komitmen terhadap ekonomi hijau. Langkah ini mencakup sertifikasi hijau untuk destinasi wisata, diversifikasi ekonomi berbasis kearifan lokal, serta pengembangan rantai pasok energi terbarukan, menciptakan ekosistem kerja yang berkelanjutan dan adaptif.

IESR menyoroti debat ketiga yang mulai mengangkat isu ketenagakerjaan, tetapi diskusi tentang green jobs sebagai bagian dari ekonomi hijau masih kurang mendalam. Koster-Giri telah menyentuh pengembangan rantai pasok energi terbarukan, namun implementasi konkritnya dan potensi penciptaan lapangan kerja hijau belum dapat dijabarkan dengan baik. Sementara itu, solusi Mulia-PAS terkait pembinaan keterampilan dan akses modal masih belum secara eksplisit terhubung dengan peluang kerja ramah lingkungan yang mendukung Bali NZE 2045.

Kesimpulan

Transisi energi dan pembangunan berkelanjutan telah menjadi agenda mendesak dan relevan dengan Bali, tidak hanya terkait dengan pariwisata sebagai motor pertumbuhan Bali, melainkan juga mendorong peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan lingkungan yang lebih bersih dan lestari. 

IESR mendesak para calon Gubernur Bali untuk mempertegas rencana dan komitmen untuk memprioritaskan transisi energi dan pembangunan rendah karbon, dengan mengintegrasikan target Bali Emisi Nol Bersih 2045 ke dalam semua sektor pembangunan, termasuk dan tidak terbatas pada pendidikan, ekonomi, dan pariwisata. Rekomendasi IESR bagi Gubernur terpilih adalah:

  1. Integrasi inisiatif Bali Emisi Nol Bersih 2045 dalam rencana pembangunan jangka menengah dan dalam rencana sektoral
  2. Pelibatan inklusif masyarakat, akademisi, tokoh adat, lembaga non-pemerintah, hingga sektor swasta untuk mengupayakan kolaborasi yang produktif dan berkelanjutan
  3. Menginisiasi program-program prioritas transisi energi, misalnya dukungan untuk pemanfaatan PLTS atap di berbagai bangunan, desa mandiri energi, kawasan wisata berwawasan lingkungan, dan Nusa Penida 100% energi terbarukan – dengan kolaborasi terbuka dengan berbagai pihak
  4. Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui berbagai program pendidikan, peningkatan kesadaran publik, dan penciptaan lapangan kerja hijau (green jobs)

 

Referensi lanjutan:

  1. Peta Jalan Nusa Penida 100% Energi Terbarukan, IESR, 2024
  2. Mendorong Bali menjadi pulau dewata berbasis energi terbarukan
  3. Satu tahun Inisiatif Bali NZE 2045

Share on :

Leave a comment