Pembangkit Listrik Tenaga Air Hoa Binh Sebagai Contoh Transisi Energi yang Adil di Asia Tenggara

The Hoa Binh Hydroelectric Dam/Hydropower Plant seen on top of Ong Truong Hill in Hoa Binh Province, Vietnam. (Photo: Project CASE Indonesia)

Hoa Binh, 27 November 2024 – Sebagai bagian dari Lokakarya Konsorsium Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR) menjelajahi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) kedua terbesar di Vietnam, PLTA Hoa Binh.  

PLTA Hoa Binh Sebagai Percontohan Perencanaan Yang Matang

PLTA dan Bendungan Hoa Binh mulai dibangun pada November 1979 untuk menahan arus Sungai Hitam yang membelah Vietnam Selatan dan Utara. Pemerintah Vietnam bekerja sama dengan Pemerintah Uni Soviet untuk membangun PLTA terbesar di Vietnam pada masa tersebut, yang menghabiskan waktu lebih dari 15 tahun dan mulai beroperasi pada Desember 1994. PLTA Hoa Binh mempertahankan gelar PLTA terbesar hingga tahun 2012, saat tergantikan oleh PLTA di Provinsi Son La.

Namun, pertanyaan yang paling sering muncul, mengapa PLTA Hoa Binh dibangun hingga 15 tahun dari perkiraan waktu normal 4-5 tahun? 

Jawabannya terletak pada kondisi geografis Provinsi Hoa Binh yang rawan gempa bumi. Para insinyur dari Vietnam dan Soviet meluangkan waktu dalam perencanaan dan konstruksi bendungan dan pembangkit listrik untuk memastikan infrastruktur PLTA dan bendungan kuat menahan gempa bumi, hingga berkekuatan 8-9 magnitudo. Turbin-turbin PLTA juga dibangun di kedalaman 30 meter di bawah gunung agar terlindung dari guncangan gempa dan perawatan yang lebih mudah.

Pemerintah Vietnam dan Soviet juga memastikan bahwa bendungan Hoa Binh memiliki standar keamanan dan keselamatan tertinggi karena dalam perencanaannya telah diproyeksikan bencana yang dapat menimpa Vietnam. Setidaknya enam provinsi di bantaran utara Sungai Hitam akan terendam banjir, termasuk kota Hanoi dan diperhitungkan sekitar 12 juta orang akan kehilangan nyawa. 

Karena infrastruktur yang sangat kuat, para insinyur yakin bahwa PLTA dan bendungan Hoa Binh akan bertahan lebih dari satu abad. Perencanaan yang matang dan memperhitungkan mitigasi harus menjadi contoh bagi proyek-proyek pengembangan pembangkit listrik lainnya di masa depan, terutama bagi Asia Tenggara yang memiliki potensi energi terbarukan yang luas.

Melayani lebih dari sekadar menghasilkan listrik

Pada awal konstruksi, Pemerintah Vietnam mengambil keputusan sulit untuk merelokasi ribuan orang dari area seluas 13 hektar untuk membangun PLTA dan bendungan Hoa Binh. Meskipun pada awalnya mereka menghadapi perlawanan dari masyarakat setempat, relokasi harus tetap dilakukan karena kondisi daerah tersebut memang rawan akan banjir karena arus yang deras.

PLTA dan bendungan Hoa Binh dibuat untuk memenuhi beberapa tujuan selain membangkitkan listrik. Bendungan Hoa Binh dibangun untuk menahan arus Sungai Hitam yang deras dan sejak saat itu telah menghindarkan banjir dari berbagai wilayah, termasuk Kota Hanoi. Tujuan kedua adalah untuk menjaga debit air di Sungai Hitam selama kemarau panjang dan untuk memberikan keseimbangan pada jaringan listrik di Vietnam. 

 

Menjelajahi PLTA Hoa Binh

Eight hydro turbines, each generates 280 MW of electricity underneath a Mountain in Hoa Binh Province (Photo: Project CASE Indonesia)

IESR sebagai bagian dari Konsorsium CASE for SEA mengunjungi PLTA dan Bendungan Hoa Binh, termasuk menjelajahi bagian turbin yang dibangun sedalam 30 meter di bawah gunung. 

PLTA Hoa Binh memiliki delapan turbin dan masing-masing menghasilkan listrik sebesar 280 MW. Total kapasitas terpasang adalah 1920 MW dan saat ini sedang memperluas kapasitas pembangkitnya. Pada akhir tahun 2024, akan ada dua turbin tambahan dengan kapasitas masing-masing 480 MW dan total kapasitas terpasang akan mencapai 2400 MW.

Pada tahun 1990an, PLTA Hoa Binh dapat menyediakan 30-50% kebutuhan listrik bagi seluruh wilayah Vietnam. Namun seiring pengembangan pembangkitan listrik lainnya, pada tahun 2016, PLTA Hoa Binh hanya menyumbang sekitar 6% dari kebutuhan listrik total. 

Untuk mengamati bendungan Hoa Binh secara luas, tim IESR diajak untuk mendaki bukit Ong Tuong dan menikmati pemandangan dari atas bukit. Selain itu, di puncak bukit yang sama, terdapat monumen  Paman Ho (Ho Chi Minh), Presiden pertama Vietnam. 

Anggota Konsorsium CASE dari Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam (2024)

Share on :

Leave a comment