Membangun Kerjasama Energi untuk Transisi Energi ASEAN yang Terintegrasi

Malaysia, 19 Februari 2025 – ASEAN menjadi satu kawasan strategis dengan pertumbuhan ekonomi dan kepadatan penduduk tinggi. Aktivitas yang tinggi ini membuat permintaan energi di kawasan ASEAN terus bertumbuh. Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi selaras dengan kebutuhan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable), perlu upaya sistematis untuk mentransformasi sistem energi. 

Institute for Essential Services Reform (IESR) melalui melalui Koalisi Transisi Energi di Asia Tenggara (Southeast Asia Energy Transition Coalition, SETC) memandang sebagai pemegang keketuaan ASEAN pada tahun 2025, Malaysia memiliki peran strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan energi terbarukan dan transisi energi di ASEAN.

Dr. Norasikin Ahmad Ludin, Deputi Direktur Solar Energy Research Institute (SERI), Universiti Kebangsaan Malaysia, menjelaskan pertemuan anggota koalisi SETC dengan perwakilan pemerintah Malaysia ini bertujuan untuk memperkuat komitmen transisi energi di kawasan Asia Tenggara.

“Kita juga akan mendengar dan mencermati agenda prioritas Malaysia dalam keketuaan ASEAN tahun ini, khususnya yang berkaitan dengan energi,” kata Norasikin.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) mengusulkan empat pilar yang dapat dilakukan untuk mentransformasi ASEAN agar tujuan pertumbuhan ekonomi rendah karbon dapat menjadi sistem ekonomi yang kompetitif. Empat pilar ini meliputi pertama, akselerasi target energi terbarukan termasuk percepatan ASEAN Power Grid dan memulai inisiasi ASEAN Just Energy Transition Partnership untuk meningkatkan daya saing ASEAN. Kedua, menjadikan ASEAN sebagai hub manufaktur energi bersih mengingat terdapat potensi mineral kritis pada negara-negara ASEAN. Ketiga, penguatan investasi dan pendanaan hijau. Empat, penguatan angkatan kerja menyongsong era transisi energi. Hal ini penting mengingat saat ini belum ada mekanisme sistematis untuk mempersiapkan angkatan kerja untuk berkarir pada bidang sustainability.

Dr. Sufian Jusoh, Direktur International Trade and Investment, Institute of Malaysia and International Study, menjelaskan beberapa prioritas Pemerintah Malaysia saat ini antara lain pengembangan kendaraan listrik termasuk studi terkait penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan pribadi (private vehicle).

“Kami juga membuat studi tentang potensi ASEAN sebagai hub untuk industri semikonduktor, serta terus mendorong terciptanya interkoneksi ASEAN Power Grid,” jelasnya.

Sufian juga menyoroti tren perkembangan industri teknologi seperti pusat data (data center) dan masifnya kecerdasan buatan (artificial intelligent) yang membutuhkan energi yang lebih besar lagi.

Share on :

Leave a comment