Buleleng, 26 Mei 2025 – Kabut tipis menggantung di antara rimbunnya pepohonan hutan, sementara angin pagi membawa hawa dingin khas pegunungan. Suasana pegunungan yang dingin menemani perjalanan Tim Jelajah Energi Bali menempuh jalan berkelok dan menerobos hutan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Muara Panji, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali yang berjarak 85 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 47 menit dari Kota Denpasar. Perjalanan pagi itu tak hanya menyegarkan, tetapi juga menyadarkan akan pentingnya sumber energi berkelanjutan.
Salim Warisman, Manajer Lapangan PT Panji Muara Raya sebagai pengelola menceritakan beroperasi sejak Oktober 2016, PLTMH Muara Panji bukan sekadar pembangkit listrik. Ia adalah pelopor. Dengan kapasitas 2 x 700 kiloWatt (kW), pembangkit ini menjadi mikro hidro komersial pertama dan satu-satunya di Bali yang memanfaatkan sumber daya air sebagai energi terbarukan. PLTMH Muara Panji ini dapat menjadi contoh nyata bahwa transisi energi bukan hal yang mustahil, bahkan di wilayah yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi.

“PLTMH Muara Panji memanfaatkan aliran air dari Tukad Buleleng. Prosesnya dimulai dari waduk berkapasitas 850 meter kubik yang menampung air sungai. Dari sana, air dialirkan melalui pipa sepanjang 526 meter menuju sistem centrifuga. Selanjutnya, air melewati sistem penyangga (support) dan kabel salur sepanjang 1,2 meter, sebelum masuk ke turbin yang akan mengubah energi air menjadi energi mekanik,” jelas Salim ditemui rombongan Jelajah Energi Bali pada Kamis (22/5).
Lebih lanjut, Salim menyatakan, dua buah generator yang disiapkan memiliki kapasitas maksimal hingga 2.300 kW. Energi listrik yang dihasilkan kemudian diterima oleh trafo di lokasi untuk disalurkan ke jaringan PLN, untuk menyokong kebutuhan listrik warga Bali utara.
“Namun, seperti semua sistem yang bergantung pada alam, PLTMH Muara Panji tidak bebas dari tantangan. Pada tahun 2020, terjadi kekeringan ekstrem menyebabkan turunnya debit air secara drastis. Kapasitas produksi listrik merosot hingga hanya mampu menghasilkan 420 kW, jauh dari kapasitas idealnya,” kata Salim.
Optimisme terhadap energi terbarukan di Bali tidak berhenti di PLTMH Muara Panji. Menurut Pintoko Aji, Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan hasil studi terbaru IESR bertajuk Unlocking Indonesia’s Renewables Future menunjukkan bahwa potensi energi hidro di Indonesia masih sangat luas.
“Setidaknya terdapat total 82,54 MW di 31 lokasi lainnya yang berpotensi secara teknis untuk mengikuti jejak PLTMH Panji Muara. Potensi ini menjadi peluang besar untuk meningkatkan kapasitas dan kontribusi energi terbarukan dalam sistem ketenagalistrikan Indonesia, yang selama ini masih cukup bergantung pada energi fosil,” kata Pintoko.