Buleleng, 25 Mei 2025 – Terletak di tengah ladang warga Banjar Kaja Kangin, berdiri kokoh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumur Bor Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, yang menjadi sumber pembangkit untuk menggerakan sumur bor desa. Untuk mencapai lokasi PLTS tersebut, tim Jelajah Energi Bali harus menyusuri jalan sempit yang hanya muat satu mobil, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dengan menanjak sedikit ke arah bukit.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Buleleng, I Putu Adiptha Ekaputra menjelaskan Desa Bondalem dikenal memiliki tantangan besar dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Namun sejak tahun 2017, perubahan besar dimulai ketika Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Buleleng bersama Unit Pengelola Sarana (UPS) Air Minum Bondalem memasang PLTS di lahan seluas 10,5 are. Panel surya tersebut saat ini menjadi sumber utama energi listrik untuk menggerakkan salah satu dari lima titik sumur bor yang dimiliki desa.
Menurut Adiptha, pembangkit ini menghasilkan listrik sebesar 23 kVA dan beroperasi efektif selama enam jam per hari, dari pukul 09.00 hingga 16.00 WITA. Air dari sumur bor kemudian dialirkan untuk melayani sekitar 700 sambungan rumah (SR) di tiga wilayah: Celagi Bantas, Celagi Batur, dan Kelod Kangin. Total pelanggan yang menikmati manfaat air bersih mencapai lebih dari 2.500 orang.
Sementara itu, Perbekel Desa Bondalem, I Gede Arya Ordantara, menjelaskan bahwa sumur bor yang ada di desa tidak hanya menyediakan air bersih, tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi desa. Hal ini karena pengelolaannya dilakukan oleh Unit Penyedia Sarana (UPS) Air Minum yang berada di bawah Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
“Keberadaan PLTS atap sangat membantu operasional sumur bor. Dengan energi dari panel surya, biaya listrik berkurang sekitar 30 persen, khususnya untuk kebutuhan di wilayah Banjar Kaja Kangin. Penghematan ini membuat anggaran desa untuk operasional dan pemeliharaan menjadi lebih ringan,” tegasnya ditemui rombongan Jelajah Energi Bali pada Kamis (22/5).
Sebelum ada sumur bor, warga Desa Bondalem harus mengambil air dari sumber di Desa Tejakula yang terletak di dekat pegunungan, sekitar 5 kilometer jauhnya. Selain aksesnya jauh, kualitas airnya pun kurang baik. Berkaca dari kondisi itu, pada tahun 2018, pemerintah desa memutuskan untuk membangun sumur bor dengan menggunakan dana desa. Setelah itu, pembangunan ini mendapat dukungan tambahan dari Pemerintah Kabupaten Buleleng.
“Dulu kami harus mengambil air dari Tejakula yang jaraknya cukup jauh, sekitar 5 kilometer. Sekarang dengan adanya sumur bor di desa sendiri, kebutuhan air jadi jauh lebih mudah terpenuhi,” jelas Ordantara.
Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, Institute for Essential Services Reform (IESR), menyatakan bahwa penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengoperasikan pompa air di Desa Bondalem merupakan contoh nyata bagaimana inisiatif dari pemerintah kabupaten bisa berperan penting dalam mendorong transisi energi yang relevan dan berdampak langsung bagi masyarakat.
“Ini adalah praktik baik yang bisa direplikasi di desa-desa lain. Selain itu, upaya ini menjadi bagian penting dari kontribusi desa dan pemerintah daerah dalam mendukung target Bali Net Zero Emission 2045,” ujar Marlistya.