Briefing paper ini menganalisis transisi hijau Indonesia, sebuah perjalanan kompleks yang menawarkan peluang sekaligus tantangan signifikan. Indonesia berupaya menyeimbangkan target pembangunan dengan kelestarian lingkungan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif, dengan fokus pada energi terbarukan dan ketahanan iklim. Meskipun potensi inovasi dan investasi hijau terbuka lebar, negara ini masih bergulat dengan hambatan seperti kerangka peraturan, keterbatasan infrastruktur, dan dampak sosial-ekonomi, merefleksikan perjuangan global dalam harmonisasi pembangunan dan keberlanjutan.
Pergeseran Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dipengaruhi oleh dinamika lokal dan global. Secara internal, perubahan dalam pemerintahan menimbulkan ketidakpastian institusional dan regulasi, diperparah oleh ketergantungan tinggi pada bahan bakar fosil. Di kancah internasional, ketegangan geopolitik yang meningkat dan proteksionisme strategis kian mempersulit lanskap global, mendorong Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan luar negerinya agar lebih selaras dengan kepentingan negara berkembang.
Mengingat kondisi ini, paper ini mengeksplorasi bagaimana keanggotaan Indonesia dalam BRICS dapat mendukung transisi hijaunya. Keanggotaan ini diharapkan dapat mempercepat inisiatif energi terbarukan, mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, dan memperkuat peran Indonesia dalam Kerjasama Selatan-Selatan. Studi ini akan menyoroti platform BRICS, termasuk akses ke pendanaan dan investasi hijau alternatif melalui New Development Bank (NDB) dan peluang akuisisi teknologi hijau. Selain itu, paper ini juga akan mengkaji bagaimana BRICS dapat menjadi forum bagi Indonesia untuk menyuarakan pandangan Global Selatan mengenai transisi hijau, serta menyajikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi tantangan dalam memanfaatkan keanggotaan ini.
