Latar Belakang
Komunikasi merupakan pendorong penting bagi transisi energi yang adil dan inklusif di Asia Tenggara. Seiring dengan upaya negara-negara di seluruh kawasan untuk beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, peran narasi publik—yang dibentuk melalui komunikasi—menjadi semakin penting. Narasi memengaruhi cara masyarakat memandang tantangan dan solusi, membentuk wacana publik, prioritas politik, dan perilaku pasar. Seperti yang dicatat oleh Hermwille (2015), narasi yang tertanam dalam upaya komunikasi membantu orang memahami isu-isu yang kompleks dan menumbuhkan pemahaman dan tindakan kolektif. Tanpa strategi komunikasi yang efektif, bahkan kebijakan dan inovasi energi yang paling progresif pun berisiko disalahpahami, ditentang, atau diabaikan.
Oleh karena itu, melalui intervensi ini, urgensi pendekatan komunikasi strategis menjadi sangat jelas. Kawasan ini terus bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil lainnya, meskipun energi terbarukan semakin layak secara ekonomi dan perlu bagi lingkungan. Pada saat yang sama, kebijakan transisi energi sering kali menghadapi penolakan karena pertimbangan ekonomi, sosial, dan politik. Dalam konteks ini, komunikasi bukan hanya tentang meningkatkan kesadaran—melainkan tentang membangun kepercayaan, mengubah pola pikir, mendorong dialog inklusif, dan menginspirasi tindakan di antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, investor, jurnalis, dan masyarakat luas. Komunikasi yang efektif juga dapat membantu melawan misinformasi, membangun dukungan untuk reformasi, dan memperkuat legitimasi jalur transisi energi.
Jaringan Kolaboratif Transisi Energi Asia Tenggara (SETC) didirikan sebagai platform multi-pemangku kepentingan dari lembaga pemikir dan organisasi masyarakat sipil yang didedikasikan untuk mendukung masa depan energi yang lebih bersih dan lebih adil di kawasan tersebut. Dengan anggota di Singapura (2), Malaysia (2), Filipina (1), Kamboja (1), dan Thailand (1), jaringan ini menyatukan beragam keahlian kebijakan dan pengetahuan di lapangan. Meskipun mitra SETC dianggap baik atas penelitian dan keterlibatan kebijakan mereka, masih ada kesenjangan dalam memahami kedalaman dan integrasi strategis dari pekerjaan komunikasi mereka, terutama dalam hal memengaruhi narasi publik, memperkuat perspektif keadilan energi, dan menjangkau audiens target di luar lingkaran kebijakan.
Menyadari kebutuhan ini, Institute for Essential Services Reform (IESR), atas nama SETC, menugaskan penilaian komunikasi regional. Penilaian ini akan meninjau kemampuan komunikasi yang ada dari organisasi anggota SETC, termasuk perangkat, strategi, metode keterlibatan audiens, hubungan media, dan kehadiran digital mereka. Penilaian ini juga akan mengidentifikasi kekuatan, kesenjangan, dan peluang untuk memperkuat dampaknya melalui koordinasi yang lebih baik, penyampaian pesan yang lebih konsisten, dan upaya pengembangan kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mitra. Penilaian ini selanjutnya akan membantu menyelaraskan strategi komunikasi jaringan dengan lanskap kebijakan dan media yang dinamis di kawasan tersebut.
Pada akhirnya, tujuannya adalah untuk meningkatkan visibilitas, koherensi, dan pengaruh suara kolektif SETC dalam wacana transisi energi regional. Dengan upaya komunikasi yang lebih strategis dan terkoordinasi, jaringan dapat lebih efektif mengadvokasi energi bersih, mempromosikan narasi transisi yang inklusif, dan membentuk dialog kebijakan di tingkat nasional dan regional. Temuan penilaian ini akan memandu desain program dukungan komunikasi dan kampanye kolaboratif, yang berkontribusi pada kehadiran yang lebih kuat dan lebih bersatu bagi masyarakat sipil dan lembaga pemikir dalam membentuk masa depan energi Asia Tenggara.
Tujuan
Proposal ini bertujuan untuk:
- Menilai kapasitas komunikasi kelembagaan mitra SETC dalam hal strategi, staf, perangkat, konten, jangkauan audiens, dan pengaruh.
- Mengidentifikasi kesenjangan komunikasi, kekuatan, dan kebutuhan khusus untuk wacana transisi energi dalam konteks nasional dan regional mereka.
- Memberikan rekomendasi praktis untuk peningkatan kapasitas dan koordinasi dalam SETC untuk mendukung tujuan komunikasi kolektif.
Timeline Proposal :
Seluruh peserta lelang juga diwajibkan untuk menyampaikan dokumen penawaran administratif, yang dapat diunduh melalui tautan berikut (s.id/rfpcomssea).
Proposal akan diterima paling lambat pukul 20:00 Waktu Indonesia Barat (WIB, GMT+07) pada hari Senin, 7 Juli 2025. Setiap pengajuan yang diterima setelah tanggal dan waktu tersebut akan dianggap tidak dapat diterima.
Peserta lelang harus mengirimkan salinan digital proposal dan semua dokumen yang diperlukan melalui email ke:
- Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan (citra@iesr.or.id)
- Uliyasi Simanjuntak, Manajer Komunikasi (uliyasi@iesr.or.id)
- Agung Marsallindo, Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara (agung@iesr.or.id)
- Turas Nur V., Petugas Program Akses Energi Berkelanjutan (turas@iesr.or.id)
Tolong cantumkan “RFP Response – Assessment of Communication Capability of Southeast Asia Energy Transition Collaborative Network (SETC) Partners” pada subjek Email.
RFP-Communication-Consultant-Southeast-Asia-Energy-Transition-Collaborative-Network-SETC.docx-1
Download