Mewujudkan Kampus Berkelanjutan di Sumatra Selatan

FGD “Akselerasi Transisi Energi Melalui Penerapan Green Campus di Sumatera Selatan

Palembang, 15 September 2025 – Transisi energi menuju energi terbarukan menjadi hal krusial seiring krisis iklim yang semakin nyata. Untuk itu, universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi dapat berperan dalam menciptakan solusi yang dapat diterapkan secara langsung di masyarakat. Dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya pengelolaan energi yang berkelanjutan, universitas dapat mempercepat transisi energi di masyarakat. Selain itu, universitas juga dapat menerapkan inisiatif yakni konsep green campus, yang mengintegrasikan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam operasional dan infrastruktur kampus.

Edison Siagian, Direktur SUPD I Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri menuturkan dalam rangka mendukung transisi energi yang berkeadilan, konsep transisi adil (just transition) harus diterapkan secara inklusif. Hal ini berarti tidak ada satu pun pihak yang tertinggal, baik di kota besar maupun di desa. Universitas sebagai lembaga pendidikan memiliki peran strategis untuk menjadi agen perubahan. Oleh karena itu, penerapan green campus menjadi sangat penting. Green campus bukan hanya soal menghemat energi, tetapi juga mengintegrasikan berbagai teknologi yang ramah lingkungan, seperti smart lighting yang dapat mengurangi konsumsi energi hingga 50%.

“Pada level implementasi, kampus dapat memulai langkah konkret dengan mengadopsi teknologi efisiensi energi, seperti penggunaan pencahayaan pintar, pengelolaan air yang efisien, dan penggunaan energi terbarukan di fasilitas-fasilitas kampus. Kampus juga dapat memperkenalkan kendaraan listrik dalam sistem transportasi kampus dan mendorong pengembangan proyek-proyek berbasis energi terbarukan untuk sektor lain, seperti pertanian,” ucap Edison dalam diskusi kelompok terpumpunbertajuk “Akselerasi Transisi Energi Melalui Penerapan Green Campus di Sumatra Selatan,” yang diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) pada Senin (15/9).

Ishaq Iskandar, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah II menegaskan agar kampus benar-benar dapat berperan dalam transisi energi, ada empat langkah strategis yang perlu dilakukan. Pertama, kampus perlu memasukkan pendidikan tentang keberlanjutan dan transisi energi dalam kurikulum. Dengan pendekatan berbasis dampak, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung terlibat dalam kegiatan praktis yang relevan dengan isu-isu keberlanjutan. Kedua, mendorong unit kegiatan mahasiswa (UKM) berfokus pada keberlanjutan lingkungan.  Misalnya, mahasiswa bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang perubahan iklim.

“Ketiga, mahasiswa perlu didorong untuk menggalang aksi-aksi lingkungan yang berdampak nyata. Aksi ini bisa berupa proyek pengurangan emisi karbon, kampanye edukasi tentang pemanasan global, atau inisiatif pengelolaan energi terbarukan di kampus. Kegiatan ini harus melibatkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu agar menghasilkan solusi yang lebih holistik. Keempat, selain kegiatan lokal, mahasiswa juga perlu didorong untuk berpartisipasi dalam forum internasional yang membahas perubahan iklim dan transisi energi. Contohnya, mengikuti Youth Climate Summits,” kata Ishaq.

Sementara itu, Vishnu Juwono, Ketua UI GreenMetric menuturkan inisiatif UI Green Metric yang bertujuan untuk menilai dan mendorong keberlanjutan di kampus-kampus di seluruh dunia. Melalui UI Green Metric, universitas dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan dengan mengelola berbagai aspek kampus, seperti energi, air, transportasi, pengelolaan sampah, dan lainnya. Program ini dimulai pada tahun 2010 dan kini sudah melibatkan lebih dari 1400 universitas dari berbagai negara.

“Keberlanjutan bukan hanya tentang membuat kampus terlihat hijau, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih ramah terhadap alam dan masyarakat. Partisipasi universitas di Indonesia dalam UI Green Metric terus meningkat, meskipun masih ada ruang untuk berkembang, terutama peran serta universitas swasta. Diharapkan, semakin banyak universitas di Indonesia yang berpartisipasi dan menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan,” kata Vishnu.

M Said, Ketua Tim Pengembangan Program Green Campus Universitas Sriwijaya (UNSRI) memaparkan sebagai kampus yang berfokus pada keberlanjutan, UNSRI merancang konsep Green-Agro-Eco-Edu-Tourism-Campus yang dibagi menjadi enam pilar utama, di antaranya menciptakan kurikulum yang berfokus pada keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan, penelitian yang mendukung inovasi dalam bidang lingkungan dan energi terbarukan, dan konservasi dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup.

“Kami juga telah mengadopsi konsep Triple-Bottom Line untuk memastikan ketahanan ekonomi, sosial, dan ekosistem di kampus. Ketahanan ini mencakup ekosisten dan lanskap dengan menjaga kelestarian alam di sekitar kampus untuk menciptakan ruang yang sehat bagi masyarakat kampus, ketahanan ekonomi dengan mendorong pengelolaan yang efisien dan berkelanjutan untuk mendukung perkembangan ekonomi kampus, dan ketahanan sosial serta  mata pencaharian dengan cara memastikan bahwa kampus dapat memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar, menciptakan inklusivitas dan keberagaman,” kata Said.

Share on :

Leave a comment