Jakarta, 29 September 2025 – Menteri Keuangan Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, sesuai dengan visi misi Presiden Prabowo.Menanggapi optimisme tersebut, CEO Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menegaskan bahwa Indonesia perlu berinvestasi besar di sektor energi terbarukan agar dapat meraih pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Fabby menekankan pentingnya investasi yang cerdas dan terencana, melalui pembangunan industri energi terbarukan dalam negeri.
“Indonesia harus berfokus pada produksi lokal dan tidak hanya mengandalkan impor teknologi seperti panel surya dan baterai. Jika Indonesia terus bergantung pada impor, negara lain yang akan meraih keuntungan. Kita perlu mendorong pertumbuhan industri energi terbarukan dalam negeri sehingga transisi energi yang menjadi visi presiden dapat terlaksana,” kata Fabby dalam siniar GASPOL Kompas.com yang tayang pada Sabtu (27/9).
Fabby menyoroti, beberapa negara, seperti Vietnam, telah menunjukkan bahwa target besar dalam transisi energi dapat dicapai dalam waktu singkat. Vietnam berhasil membangun kapasitas energi surya hingga 15-20 gigawatt hanya dalam satu tahun. Berkaca dari kondisi tersebut, Indonesia sebagai negara tropis dengan potensi besar proyek energi terbarukan yang layak finansial sekitar 333 GW mengutip studi IESR, juga dapat mengejar target serupa, terutama dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang modular dan dapat dipasang di berbagai lokasi.
“Vietnam berhasil membangun kapasitas energi terbarukan yang besar berkat kebijakan yang mendukung, seperti memberikan insentif untuk penggunaan energi surya. Selain itu, mereka membuka akses jaringan listrik untuk mempermudah pengembang energi terbarukan dalam menjual listrik mereka ke sistem jaringan nasional. Kebijakan ini dilakukan melalui kontrak Direct Power Purchase Agreement (DPPA), yang memungkinkan konsumen listrik membeli listrik dari sumber energi terbarukan. Indonesia dapat belajar dari kebijakan Vietnam ini dan menciptakan kebijakan serupa yang dapat mendukung pengembangan energi surya dan sumber energi terbarukan lainnya di dalam negeri,”papar Fabby.
Tidak hanya itu, Fabby menekankan agar pemerintah dapat memutuskan langkah-langkah yang tepat hari ini untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju, menggunakan sepenuhnya energi terbarukan, dan mencapai Net Zero Emission (NZE) 2050. Menurutnya, selain memperkuat komitmen politik, perlu pula perencanaan yang matang secara detail, hingga pelibatan publik. Pemerintah harus memikirkan cara menggantikan energi fosil dengan energi terbarukan secara bertahap untuk mengurangi dampak sosial ekonomi.
“Tantangan terbesar adalah perubahan politik dan ekonomi yang akan terjadi dalam perjalanan menuju transisi energi. Banyak sektor yang akan terpengaruh, termasuk industri batu bara yang selama ini menjadi sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, strategi yang matang dan terkoordinasi diperlukan untuk mengelola peralihan ini tanpa menimbulkan guncangan sosial-ekonomi,” tegas Fabby.