Webinar Tren Komoditas Batubara dan Implikasi pada Transisi Energi Indonesia
Siaran Ulang
Bauran energi fosil Indoensia masih mendekati 90% di akhir 2021. Bauran energi primer batubara merupakan yang terbesar sampai Q3 2021 disusul minyak dan gas, yaitu mencapai 38%, 32% dan 20% secara berurutan. Jika bauran ini terus berlanjut maka sektor energi akan menjadi penyumbang emisi terbesar di Indonesia sebelum dekade ini berakhir. Batubara, sebagai sumber energi dengan kontribusi besar pada emisi gas rumah kaca perlu dikendalikan konsumsinya sebagai salah satu strategi mitigasi jangka pendek.
Di sektor ketenagalistrkan sendiri, bauran listrik dari PLTU batubara mencapai 66%, dan menyumbang 90% emisi dari sektor ketenagalistrikan di tahun tersebut. RUPTL 2021-2030 masih merencanakan 13,8 GW PLTU baru untuk dibangun menuju tahun 2030, dan berpotensi meningkatkan emisi GRK sektor ketenagalistrikan sebesar 50%. Hal ini bertentangan dengan Persetujuan Paris yang mengisyaratkan puncak emisi tercapai dalam dekade ini.
Di sisi lain, sektor batubara juga merasakan fluktuasi harga komoditas di tahun 2022 ini, yang dipengaruhi oleh faktor pasar internasional dan diluar kendali negara. Harga batubara acuan (HBA) Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2021 yang sekitar ~100 USD/ton, mencapai puncaknya pada April 2022 dengan harga 288 USD/ton Hal ini memberikan implikasi yang dilematis bagi Indonesia. Sektor pendapatan negara dari ekspor komoditas mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan kenaikan harga batubara. Di sisi lain, suplai batubara ke domestik sempat terancam terganggu akibat disparitas harga jual dalam negeri (DMO yang mematok harga jual tertinggi di level 70 USD/ton) sehingga memberikan disinsentif bagi perusahaan batubara untuk menyuplai pasar dalam negeri. Walau dampak kenaikan harga batubara dapat diminimalisir dengan DMO, kebijakan ini juga menghambat transisi energi ke energi terbarukan dan proses dekarbonisasi dikarenakan harga energi batubara yang “dibuat” murah dan tidak merefleksikan keadaan sebenarnya.
Menimbang tren harga batubara yang tidak berubah jauh dalam waktu dekat, adalah penting mengkaji lebih lanjut bagaimana strategi yang tepat untuk tetap mendorong transisi energi dan proses dekarbonisasi di Indonesia.
Materi Presentasi
Deon Arinaldo – Program Manager Transformasi Energi IESR
220630-IESR-Webinar-IESR-Analisis-biaya-pembangkitan-listrik-PLTU-dengan-berbagai-skenario-biaya-dan-teknologi-dekarbonisasi-DA-30-Juni-2022Tri Winarno – Deputi Direktur Pengawasan Penerimaan Negara Bukan Pajak Mineral dan Batubara Ditjen Minerba
220630-Minerba-IESR-Analisis-Tren-Harga-Batubara-dan-Implikasinya-pada-PNBPAhmad Ali Rifan – Analis Kebijakan PKAPBN BKF
220630-04_Kebijakan-Fiskal-untuk-Mendukung-Transisi-Energi-Menuju-NZE-compressed
Speakers
-
Dr. Lana Saria - Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Dirjen Minerba KESDM
-
Satya Widya Yudha Anggota DEN
-
Dian Lestari -Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral BKF