Oleh Nurseffi Dwi Wahyuni
29-03-2011
Bali membutuhkan pasokan listrik dari Jawa saat beban puncak. (IFT/STANLIE)
JAKARTA (IFT) – Bank Pembangunan Asia (ADB) siap memberikan pinjaman kepada PT PLN (Persero) untuk proyek pembangunan kabel listrik atas laut (overhead crossing) yang menghubungkan pulau Jawa dan Bali senilai US$ 200 juta, kata direktur perusahaan.
PLN saat ini mengalokasikan dana sebesar US$ 70 juta dari kas internal untuk pelaksanaan proyek kabel listrik atas laut tersebut. Kabel ini akan membawa listrik dari Jawa ke Bali sebesar 1.600 megawatt.
Nasri Sebayang, Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, menjelaskan pembangunan kabel listrik atas laut dilakukan untuk memperkuat kehandalan pasokan listrik di Bali, yang merupakan salah satu tujuan pariwisata wisatawan mancanegara. Selain itu, mulai 2013 akan ada kelebihan kapasitas pembangkit listrik di Jawa seiring dengan mulai beroperasinya proyek-proyek dalam 10 ribu megawatt tahap I.
Proyek Jawa-Bali overhead crossing 500 kilovolt high voltage alternating current yang menghubungkan Paiton–Banyuwangi–Gilimanuk–New Kapal dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, perseroan akan membangun dua menara setinggi 376 meter yang masing-masing berada di Jawa dan Bali.
Setelah menara terbangun, PLN akan mengoperasikan transmisi 150 kilovolt yang sudah ada agar bisa masuk ke sistem kelistrikan gardu induk Gilimanuk, Bali. Ini bertujuan agar pasokan listrik dari Jawa ke Bali sebesar 300 megawatt bisa segera masuk.
Tahap kedua, PLN akan membangun kabel 500 kilovolt yang menghubungkan Paiton di Jawa Timur ke Bali. Saat ini proses tender rekayasa, pengadaan, dan konstruksi untuk proyek ini masih berlangsung.
Menurut rencana, PLN akan mengumumkan pemenang tender pada Juni mendatang. IGA Ngurah Adynana, Direktur Operasi Jawa Bali PLN, sebelumnya menyatakan Sumitomo Corp, perusahaan asal Jepang, memenangi konstruksi proyek tersebut. Pembangunan akan dimulai akhir kuatal III atau kuartal IV. Pembangunan tahap pertama kabel listrik atas laut itu selesai pada 2013 dan tahap kedua 2015.
Adnyana menjelaskan kehadiran kabel bawah laut ini dapat memperkuat interkoneksi Jawa Bali yang sudah ada. Saat ini beban puncak Bali sebesar 550 Megawatt, sementara pasokan listrik dari pembangkit di Bali hanya 200 megawatt. Sisa pasokan listrik sebesar 350 megawatt untuk Bali berasal dari Jawa karena kedua pulau ini masuk dalam bagian sistem listrik Jawa, Madura, DAN Bali.
Pasokan listrik tersebut disalurkan melalui kabel listrik interkoneksi Jawa Bali yang sudah ada. Daya mampu listrik sistem Jawa Bali mencapai 22.500 megawatt, sedangkan beban puncaknya mencapai 18.365 megawatt.
Nasri Sebayang mengungkapkan, selain membangun kabel listrik atas laut, PLN juga akan membangun kabel listrik bawah laut Jawa Bali dengan total investasi Rp 450 miliar. Kabel itu akan membawa listrik dari Banyuwangi (Jawa Timur) ke Gilimanuk (Bali) sebesar 200 megawatt. “Kami perkirakan akhir tahun ini pembuatan kabel listrik bawah laut akan selesai,” ujarnya.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, menjelaskan jika dilihat secara teknis dan ekonomis, penyaluran listrik dari Jawa ke Bali melalui kabel listrik jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dibangun pembangkit listrik tenaga uap di Bali.
Bila PLN memilih membangun pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit jenis itu akan dibangun di Bali bagian utara. Padahal, daerah itu jauh dari pusat beban yang berada di Selatan, sehingga harus dibangun transmisi yang cukup panjang seperti pembangkit di Celukan Bawang. Lokasi pembangkit itu ada di utara Bali. “Karena itu harus dibangun transmisi ke Denpasar, Sanur, dan Kuta yang merupakan pusat beban,” kata dia.
Namun, lanjut Fabby, pembangunan kabel listrik baik di atas maupun di bawah laut tetap saja memiliki risiko. Dia mencontohkan, kabel listrik bawah laut Jawa Bali yang sudah ada, dari yang awalnya berjumlah lima buah kabel, kini hanya tersisa dua kabel karena terkena jangkar kapal atau terdorong arus laut.
Begitupun dengan kabel atas laut, PLN perlu memperhitungkan kekuatan menara dan kabel yang akan dibangun, serta besar kecepatan angin di wilayah yang dilewati kabel itu. “Memang menyambungkan kabel di atas laut, secara teknis akan lebih menantang,” ujarnya.