Youth Climate Conference 2024
Latar Belakang
Anak-anak yang lahir di tahun 2020 akan 3.4 kali lebih sering mengalami bencana alam dibandingkan dengan kakek-nenek mereka yang lahir di tahun 1960 menurut studi Save the Children di tahun 2020. Bencana-bencana alam tersebut akan berkaitan dengan perubahan iklim, seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, kebanjiran, dan gagal panen. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi lingkungan yang dibutuhkan anak-anak dan pemuda butuhkan untuk tumbuh, berkembang, belajar, dan mendapat rasa aman. Studi lain yang dilakukan oleh UNICEF menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman terbesar yang dihadapi oleh anak-anak dan orang muda di seluruh dunia. Perubah iklim menjadi ancaman bagi kesehatan, nutrisi, pendidikan, dan masa depan anak-anak. Anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dari cuaca ekstrim dan lebih rentan terhadap bahan-bahan kimia beracun, perubahan temperatur, dan wabah penyakit. Menurut UNICEF, anak-anak dan pemuda di Indonesia masuk dalam kategori ‘risiko tinggi’ terhadap dampak dari krisis iklim (UNICEF, 2021).
Dalam situasi mendesak dimana aktivitas manusia memberikan dampak negatif terhadap krisis iklim, aksi cepat dapat dilakukan untuk memastikan bahwa dampak krisis iklim dapat dikurangi dan di tahap selanjutnya, kehidupan miliaran anak-anak di bumi ini dapat dikembangkan. Usaha kolektif dan juga keputusan yang tepat dari pemimpin nasional dan global dibutuhkan segera. Menunda untuk merespons keadaan serius ini hanya akan memperparah masalah lingkungan dan kehidupan yang bergantung padanya, terutama bagi anak-anak dan orang muda. Alasan untuk mengikutsertakan pemuda dalam gerakan ini adalah: a) pemuda harus menjadi bagian dari diskusi; b) peningkatan layanan membutuhkan konsultasi dan konsiderasi dari pemuda melalui partisipasi yang tepat; c) pemuda harus menyadari dan mendapatkan bagian dari manfaat pertumbuhan berkelanjutan; dan d) pemuda harus menjadi bagian dari diskusi yang seringkali didominasi oleh orang dewasa (Borojevic, Petrovic, and Vuk, 2012).
Dalam rangka memahami krisis iklim dan juga memanfaatkan peluang untuk mengubah kondisi krisis menjadi situasi yang lebih baik, kolaborasi dengan berbagai pihak diperlukan untuk menyuarakan kekhawatiran ini kepada pemimpin masa depan Indonesia dan global. Dengan harapan bahwa pemimpin masa depan Indonesia akan menyadari situasi genting ini dan mengintegrasikannya ke rencana pembangunan nasional, Youth Climate Conference akan dihadirkan dengan partisipasi yang berarti dan aktivitas lain untuk meningkatkan kesadaran mengenai krisis iklim dan pentingnya agenda transisi energi.
Tujuan
Tujuan dari keseluruhan konferensi ini maupun aktivitas lanjutannya adalah untuk menyatukan suara dari anak-anak dan pemuda seluruh Indonesia untuk isu iklim dan memastikan bahwa suara mereka didengar oleh pemimpin masa depan Indonesia. Para pemimpin ini dapat menjadikan suara-suara anak muda ini menjadi kebijakan. Salah satu permasalahan yang perlu dimasukkan ke dalam rencana pembangunan kedepannya adalah bagaimana cara mengurangi dampak krisis iklim terhadap anak-anak dan orang muda.
Saat pembacaan deklarasi, perwakilan dari pemuda akan menyerahkan hasil deklarasi kepada perwakilan pemerintah (i.e. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian PPN/Bappenas). Alasan memilih kementerian-kementerian tersebut adalah karena kedua kementerian tersebut saat ini sedang menyiapkan rencana pembangunan dan juga kerangka kebijakan perubahan iklim di tingkat nasional. Kami berharap aspirasi yang disampaikan pada saat deklarasi dapat diintegrasikan ke dalam dokumen pembangunan nasional berikutnya.
Speakers
-
Taufiq Hidayat Putra Ph.D - Direktur Ketenagalistrikan Telekomunikasi dan Informatika Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
-
Immakulata Soraya - Communications Officer Project CASE for SEA - IESR
-
Maya Lynn - National Chairperson Generasi Energi Bersih Indonesia (Gen-B)
-
Eulis Utami - Program Manager Koalisi KOPI
-
Fadhila Salsabila - Duta Kepemudaan DKI Jakarta 2024
-
Kynan Tegar - Sutradara Muda dari Kalimantan Barat
-
Dwi Tamara - Staf Kebijakan dan Advokasi - Koaksi Indonesia
-
Kiara Putri Mulia - Program Manager - FPCI Climate Unit
-
Muhammad Ziaulhaq Syafahri - Policy & Advocacy Associate - New Energy Nexus
-
Ahsania Aghnetta - Filmmaker of Degayu: Against the Shore
1 Comment
Dirga Akbar
be better and better