Apakah Kendaraan Listrik Kurangi Emisi?
Apakah Lebih Baik Kendaraan Hybrid Dibandingkan Kendaraan Listrik?

Adanya Anggapan:
“Kendaraan hybrid lebih baik untuk situasi Indonesia yang masih didominasi infrastruktur energi fosil.”
Namun:
Penggunaan kendaraan hybrid berarti akan memperpanjang usia bahan bakar fosil di Indonesia, sedangkan Indonesia ingin mencapai net zero di 2060 atau lebih cepat. Sehingga jika ada perubahan dari bahan bakar yang digunakan, bahan bakar fosil akan tidak lagi digunakan.
Penjelasan:
- Untuk mengurangi emisi GRK Indonesia, diperlukan peran serta seluruh sektor seperti ketenagalistrikan, transportasi, dan industri. Elektrifikasi kendaraan menjadi salah satu strategi yang dapat dijalankan di sektor transportasi.
- Tentu hal ini harus dibarengi dengan ‘membersihkan’ bagian hulu yakni pembangkitan listrik yang saat ini didominasi oleh pembangkit fosil.
- Dua strategi ini (mengubah pembangkit menjadi berbasis energi terbarukan dan akselerasi penetrasi kendaraan listrik) harus dilakukan bersamaan. Jika kita menunggu sumber listrik kita menjadi berbasis energi terbarukan dulu baru adopsi kendaraan listrik kita akan terlambat untuk mengejar kesempatan untuk menekan emisi GRK dari sektor transportasi.
- Emisi kendaraan listrik lebih rendah dibandingkan kendaraan BBM, (dengan asumsi diisi listrik dari batubara)
- Kendaraan BBM menghasilkan emisi 179,2 grCO2/km(IESR, 2023). Dengan perhitungan jarak tempuh yang sama, kendaraan listrik hybrid yang menggunakan bensin dan listrik batubara sebagai bahan bakar menunjukkan emisi sekitar 76,8 grCO2/km.
- Sementara kendaraan listrik (bukan hybrid) yang diisi listrik batubara sebagai sumber daya utama mengeluarkan emisi sebesar 67,8 grCO2/km.

Kata IESR
“Suka tidak suka, akan ada peralihan bisnis dari pemain pemain besar, dan ini tidak hanya terjadi di sektor transportasi melainkan sektor sektor lain seperti pembangkit energi terbarukan. Ada solusi lain yang lebih murah dan lebih berdampak, yaitu menggunakan transportasi umum. Penggunaan transportasi umum akan lebih berdampak karena kapasitasnya untuk menampung orang yang lebih banyak serta dapat mengurangi masalah kemacetan juga.”
– Faris Adnan Padhilah, Koordinator Riset Manajemen Permintaan Energi, IESR
Penjabaran untuk
Anak (14-18 tahun):

Idealnya, upaya pengurangan emisi bagian transportasi terjadi di semua bagian sehingga emisi yang dikurangi pun signifikan. Selain penggunaan kendaraan listrik, sumber listriknya juga harus dibersihkan dengan beralih ke sumber-sumber energi terbarukan.
Jika listrik masih berasal dari batubara, polusi dari kendaraan listrik tetap lebih rendah dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak. Namun, polusi bisa menjadi nol jika kendaraan listrik menggunakan energi terbarukan.
Penjabaran untuk
Dewasa (19 tahun ke atas):
- Dekarbonisasi transportasi sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir. Namun bukan berarti kita harus menunggu satu sektor selesai dulu dekarbonisasinya, baru melangkah ke proses lain.
- Adopsi kendaraan listrik dapat dilakukan berbarengan dengan upaya percepatan adopsi energi terbarukan dalam grid.
- Adopsi kendaraan listrik juga harus dibarengi dengan upaya lain seperti adopsi prinsip ASI (Avoid-Shift-Innovate) dalam merencanakan perjalanan dan mempromosikan moda-shifting, yakni mendorong warga untuk beralih pada transportasi umum.