Jakarta-Tempo.co – Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) bekerja sama dengan Real Estate Indonesia (REI) untuk memasang energi surya atap (solar rooftoop) saat membangun rumah. Ketua Umum AESI, Andhika Prastawa mengatakan nantinya anggota REI bisa menjual rumah beserta dengan modul panel surya yang telah terpasang.
“Target kami dalam pembicaraan awal bakal ada sekitar 1.000 rumah pertama yang akan dipasang photovoltaic di atapnya dengan total kapasitas 500 sampai 1000 watt (1 kilo watt),” kata Andhika saat ditemui usai memandu diskusi bertajuk “Memanen Potensi Listrik Surya Atap untuk Pencapaian Target Energi Terbarukan” di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad, 1 Juli 2018.
Meskipun demikian kata Andhika, belum semua anggota REI bersedia membangun rumah berserta panel surya. Sebab, belum ada peraturan yang mendorong hal ini.
Hasilnya, kata Andhika, target tersebut masih terkendala dengan masih belum adanya aturan yang jelas dari pemerintah mengenai pemasangan energi surya atap. Terutama mengenai penyambungan hasil energi yang dihasilkan kepada jaringan milik perusahaan listrik negara (PLN).
“Karena kalau ada sesuatu mau nyambung ke PLN tidak ada izinnya atau tidak jelas mereka pasti tolak karena khawatir takut disalahkan,” kata Andhika.
Adapun aturan pemasangan energi surya atap saat ini hanya berdasarkan aturan yang telah dikeluarkan direksi PLN. Karena itu, Andhika berkeliling ke daerah-daerah bersama dengan PLN mensosialisasikan hal ini.
Direktur Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan potensi energi yang dihasilkan lewat pemasangan solar rooftop di Indonesia mencapai 3,2 sampai 4,2 kwh/kwp per hari. Menurut dia, jumlah ini jika dikalikan dalam kurun satu tahun dinilai cukup besar.
Selain itu data dari The International Renewable Energy Agency (IRENA) menunjukkan pemasangan solar rooftop memiliki potensi hingga 1 giga watts (GW) dari total 3,1 potensi energi surya. Namun, saat ini data dari Kementerian ESDM menunjukkan pemasangan solar rooftoop baru mencapai 90 mega watts (MW) hingga awal 2018.
“Jumlah ini tentu kecil jika dibandingkan dengan apa yang sekarang telah dicapai oleh Singapura, Malaysia maupun Thailand,” kata Fabby dalam acara yang sama.
Fabby mengatakan jika solar rooftop dilakukan juga bakal membantu pencapaian target peningkatan energi terbarukan yang dipatok pemerintah sebesar 23 persen pada 2025. Adapun jumlah bangunan rumah yang menggunakan pembangkit listrik ini telah meningkat dari 200 pada 2017 menjadi 400 unit hingga awal tahun 2018.
Sumber: Tempo.co