JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan pemerintah hendaknya segera mengubah asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2012 yang dipatok 90 dollar AS per barrel. Pasalnya, kini kondisi harga minyak sudah jauh dari harga asumsi.
“Saya pikir pemerintah harus cepat mengubah asumsi. Asumsi makro semua meleset. Tidak ada yang sesuai realita,” ujar Fabby, Senin (20/2/2012).
Harga minyak mentah dunia pada Senin pagi ini telah menembus 105 dollar AS dalam sembilan bulan terakhir, seiring pernyataan Iran menghentikan ekspor emas hitam ke Inggris dan Perancis. Bahkan, kecenderungan harga minyak tetap tinggi terbuka, seiring ketegangan yang belum mereda antara Iran dan negara-negara Barat.
Fabby memperkirakan harga minyak mentah dunia bisa di atas 120 dollar AS per barrel seiring kondisi Iran. Dengan realisasi ICP riil di atas asumsi APBN, yakni 15-20 persen, ia berharap pemerintah segera mengubah asumsi ICP di APBN 2012.
Fabby berharap pemerintah tidak lagi mematok asumsi di angka yang konservatif yakni 90 dollar AS per barrel. Pemerintah harus berani mematok asumsi ICP pada angka 100 dollar AS per barrel. “Kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pun tidak bisa ditunda lama-lama. Minimal Rp 6.000 seperti yang sudah pernah dilakukan,” kata Fabby terkait langkah lain yang harus dilakukan pemerintah selain mengubah asumsi ICP.
Anggota Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha, pun mengatakan, DPR tinggal menunggu pemerintah untuk membahas APBN Perubahan 2012. Menurutnya, pembahasan APBN-P tidak hanya akan membuka opsi kenaikan harga BBM bersubsidi, tetapi termasuk juga mengubah asumsi makro, seperti harga ICP.
“Masalah kenaikan harga minyak itu pasti akan membengkakkan subsidi,” ujar Satya. Ia menuturkan, asumsi ICP bisa saja akan dinaikkan dari angka asumsi saat ini. “Asumsi ICP bisa saja dibuat 100 dollar AS. Kita kan akan lihat seperti apa trennya dalam satu tahun,” tambah Satya.
Sumber: Kompas.com.