Transisi Energi Berkeadilan: Pemulihan Lingkungan dan Ekonomi Masyarakat Pasca Tambang Harus Jadi Kewajiban Perusahaan

Jakarta,  24 Januari 2024 – Energi telah menjadi kebutuhan primer manusia. Oleh karena itu, transisi energi beralih dari energi fosil ke energi terbarukan akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang pelibatan seluruh masyarakat perlu dilakukan untuk memastikan bahwa transisi energi berlangsung secara berkeadilan.

Selama ini, industri batubara menjadi penyumbang besar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah penghasil batubara. Namun ke depannya, tren transisi energi diprediksi akan mempengaruhi penurunan permintaan batubara Indonesia dari negara tujuan ekspor.

“Sektor pertambangan batubara memang berkontribusi terhadap perekonomian daerah, terutama melalui dana bagi hasil. Namun sektor ini juga memiliki eksternalitas negatif, tidak hanya pada lingkungan, namun juga bagi masyarakat. Perusahaan batubara juga harus dilibatkan dalam transisi berkeadilan, tidak hanya pada daerah penghasil batubara, namun juga daerah lainnya,” ujar Wira dalam sambutannya pada Dialog Transisi Berkeadilan: Mengidentifikasi Peran Sektor Swasta dalam Pemberdayaan Sosial-Ekonomi Masyarakat, yang diselenggarakan di Jakarta (24/01).

Menurutnya, perusahaan berperan dalam mengurangi eksternalitas negatifnya, melakukan reklamasi dan kegiatan pasca tambang serta pengembangan masyarakat untuk penciptaan ekonomi baru setelah operasi tambang batubara berakhir.

Sulistiyohadi, Inspektur Tambang Madya/Koordinator PPNS Mineral dan Batubara memaparkan kegiatan reklamasi telah dimulai sejak tahap eksplorasi dan operasi produksi. Sementara rencana pasca tambang diajukan sejak tahap operasi produksi. Ia menjelaskan beberapa teknik reklamasi, di antaranya penatagunaan lahan, revegetasi, dan pemeliharaan  lahan. 

“Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mereklamasi lubang bekas tambang yang meliputi; stabilisasi lereng, pengamanan lubang tambang (void), Pemulihan atau pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang void, dan pemeliharaan lubang bekas tambang,” ungkap Sulistiyo. 

Sebagai percontohan strategi reklamasi pasca tambang, Yulfaizon, General Manager PT Bukit Asam Tbk Unit Pertambangan Ombilin berbagi pengalaman agar wilayah bekas tambang dapat bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Tambang Ombilin merupakan tambang tertua di Indonesia, yang telah beroperasi sejak 1892 pada zaman penjajahan Belanda dan berakhir pada tahun 2016. 

Yulfaizon memaparkan beberapa kegiatan pasca tambang yang telah dilakukan oleh PT Bukit Asam antara lain pembangunan kebun binatang Sawahlunto, membuka pusat studi tambang batubara bawah tanah, pusat wisata Museum Lobang Mbah Soero.

Tukar Wawasan Pengembangan Manufaktur Industri Surya Lokal di Indonesia dan Vietnam

Ha Noi, 14 Desember 2023 – Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vietnam menyelenggarakan acara tahunan: Forum Teknologi dan Energi 2023, bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan proyek Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia di Vietnam. Dalam beberapa tahun terakhir, tren transisi energi di Vietnam mengalami perkembangan yang besar, terutama pada PLTB dan PLTS. Pada akhir tahun 2022, total kapasitas dari PLTB dan PLTS mencapai 20.165 MW, yang berkontribusi 25,4% dari total kapasitas daya dalam sistem.

Namun, terlepas dari kemajuan tersebut, 90% peralatan untuk proyek energi terbarukan di Vietnam diimpor dari negara-negara seperti Cina, Jerman, India, dan Amerika Serikat. Ketergantungan ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan negara untuk melakukan tugas-tugas spesifik selama fase penilaian dan pengembangan proyek dan ketergantungan yang tinggi pada teknologi impor. Faktor yang berkontribusi terhadap situasi ini, di antaranya kapasitas teknologi lokal yang tidak memadai, tingkat produksi yang tidak memenuhi persyaratan, dan kurangnya dukungan dari kebijakan dan mekanisme industri untuk mendorong listrik terbarukan.

Akibatnya, perusahaan-perusahaan Vietnam dan rantai pasokan lokal mengalami partisipasi yang terbatas. Demikian pula, Indonesia menghadapi tantangan yang sama dalam pengadaan energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Meskipun kedua negara ini memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar, pasar domestik mereka belum siap untuk manufaktur tenaga surya. Kekurangan ini berasal dari ketidakpastian dalam permintaan lokal dan kurangnya daya saing dalam rantai pasokan lokal.

Fabby menjelaskan mengenai regulasi konten lokal yang dapat meminimalisir ketergantungan pada produk impor.

“Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah pasar domestik, produk-produk lokal ini menghadapi kesulitan untuk masuk ke pasar. Kurangnya jalur pengembangan yang kredibel membatasi kelayakan finansial untuk fasilitas manufaktur modul surya baru. Untuk PLTS atap, PLN membatasi kapasitas instalasi hingga 15%. Peraturan ini semakin menghambat pasar modul surya dalam negeri,” kata Fabby.

Fabby kemudian menyoroti beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari penerapan Tingkat Kemampuan Dalam Negeri di Indonesia (TKDN), yang berpotensi mempercepat pengembangan konten lokal energi surya Vietnam. Pertama, terlepas dari proyeksi pertumbuhan tenaga surya, tersedianya jalur distribusi modul surya yang jelas akan mengirimkan sinyal pasar yang cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan industri modul surya. Kedua, ketidakkonsistenan dalam kebijakan di seluruh badan pemerintah dapat menghambat investasi di pasar tenaga surya karena meningkatnya ketidakpastian. Ketiga, dukungan untuk industri modul surya dalam negeri harus mencakup industri bahan baku hilir untuk mengurangi ketergantungan impor dan meningkatkan daya saing produk akhir. Terakhir, pemerintah harus memberikan insentif, baik fiskal maupun non-fiskal, untuk mendorong pengembangan fasilitas manufaktur modul surya. Fabby menekankan bahwa TKDN, tanpa iklim investasi yang kondusif untuk industri, mungkin akan menghambat, bukannya mendorong pengembangan tenaga surya.

Road to ISEW 2023: Ajak Masyarakat Untuk Berpartisipasi Dalam Pengurangan Emisi Karbon di Indonesia

Melihat Indonesia yang bebas emisi melalui cermin masa depan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui Kalkulator Karbon, Program CASE for Southeast Asia yang merupakan konsorsium antara Kementerian PPN/Bappenas, GIZ Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR) menggelar kampanye publik Road to Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2023 di Car Free Day (CFD) Jakarta (17/09/2023). 

“Program CASE bertujuan untuk merubah narasi transisi energi di Indonesia. Salah satu caranya adalah melalui peningkatan pemahaman publik terhadap isu transisi energi dan perubahan iklim. Melalui kampanye publik #IniMasaDepanKita, CASE ingin masyarakat lebih mengetahui bahwa Indonesia yang bebas emisi, akan lebih menguntungkan untuk semua pihak,” kata Agus Tampubolon, Manajer Program Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia. 

Kampanye ini ingin menggaungkan penggunaan energi bersih di Indonesia, menuju Indonesia bebas emisi di tahun 2050. IESR melalui  Kalkulator Karbon yang dapat diakses di jejakkarbonku.id memperkenalkan pada masyarakat bahwa kegiatan sehari-hari yang kita lakukan juga menghasilkan emisi, sehingga dengan mengetahui jejak karbon diri sendiri, masyarakat bisa ikut mengurangi emisi karbon di Indonesia.

“Anak muda serta keluarga yang datang ke CFD ini punya semangat menjaga kesehatan, menjaga lingkungan. Lewat www.jejakkarbonku.id, mereka dengan mudah menghitung emisi karbon masing-masing kemudian mendapatkan saran pengurangan serta kesempatan berkomitmen langsung melakukan pengurangan,” jelas Irwan Sarifudin, Koordinator Generasi Energi Bersih IESR. 

Sekaligus juga mempromosikan acara Indonesia Sustainable Energy Week yang akan diselenggarakan di Hotel Kempinski, 10-13 Oktober 2023. ISEW 2023 mengambil tema “Bersatu menuju Sistem Energi yang Rendah Emisi” yang akan menjembatani dialog antara Pemerintah dengan akademisi, organisasi masyarakat sipil, orang muda dan pemangku kepentingan non-energi lainnya. Pendaftaran ISEW 2023 bisa dilakukan melalui: www.isew.energy-transition.id.

Indonesia Perlu Sinergi Kebijakan dan Strategi untuk Mempercepat Transisi Energi

press release

Bali, 29 Agustus 2023 – Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama konsorsium Energy Transition Policy Development Forum (ETP) menyelenggarakan diskusi untuk menjembatani antara kebijakan dan praktis dalam transisi energi di Indonesia. Diskusi ini merupakan bagian dari ASEAN Energy Business Forum yang diselenggarakan pada 25 Agustus 2023 di Nusa Dua, Bali, Indonesia. 

Terdapat perwakilan sejumlah entitas bisnis antara lain Quantum Power Asia, Suncable, PT TML Energy dan  Asosiasi Produsen Biofuel di Indonesia (APROBI). Sedangkan perwakilan dari Pemerintah Indonesia antara lain; Kementerian Keuangan, Kementerian Investasi/BKPM, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Pemerintah Provinsi Bali dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). 

Perwakilan bisnis dan pembuat kebijakan yang hadir berdiskusi bersama akan tantangan, ekspektasi dan bagaimana mereka bisa bekerja sama untuk mensukseskan transisi energi di indonesia. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kedua pihak adalah pendanaan. Di satu sisi, bisnis belum mendapatkan insentif dalam proyek-proyek energi terbarukan dan subsidi energi di Indonesia menyebabkan energi terbarukan tidak bisa berkompetisi dengan harga bahan bakar fosil. Di lain sisi, pemerintah juga membutuhkan pendanaan untuk mengadakan proyek energi terbarukan. 

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil contoh kebijakan dan strategi terbaik yang pernah dilakukan oleh negara lain untuk mengakselerasi energi terbarukan. Namun strategi atau kebijakan tersebut masih harus diadaptasi dengan kearifan-nasional untuk mengakomodasi situasi yang kompleks di sektor energi di Indonesia. 

“Indonesia membutuhkan ekosistem energi yang bisa mendukung investasi dan kerjasama. Kita harus cerdik dan kita membutuhkan inovasi dan pendekatan yang berbeda dari PLN untuk mendukung transisi energi. Dalam posisinya saat ini PLN yang harus mempersiapkan ekosistem dan didukung dengan kebijakan dan regulasi yang disediakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menarik lebih banyak investasi dan pendanaan publik dan swasta. Meskipun sektor swasta dan pemerintah kerap memiliki ekspektasi yang berbeda, tetapi kita harus tetap melangkah maju dengan berbagai keterbatasan yang ada,” ujar Fabby. 

Dalam laporan Indonesia Sustainable Finance Outlook (ISFO) 2023, IESR menilai masih ada resiko investasi dari pengadaan proyek energi terbarukan yang diakibatkan oleh tarif yang kurang menarik. Hal ini disebabkan rendahnya minat  investor swasta pada proyek energi terbarukan, serta kurangnya transparansi. Indonesia memerlukan reformasi pada lingkungan investasi yang bisa mendukung proyek energi terbarukan, salah satunya kebijakan dan regulasi yang transparan, berdampak jangka panjang dan memberikan kepastian berusaha. Reformasi ini akan meningkatkan  kepercayaan investor swasta dan lembaga keuangan  internasional atas proyek energi terbarukan di Indonesia. 

“Bisnis di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk mendukung pengembangan energi terbarukan. Namun, stabilitas dan konsistensi kebijakan harus ditetapkan terlebih dahulu untuk mempersingkat proses negosiasi antara pemerintah dan investor swasta. Hal lainnya yang harus direformasi yaitu menyelaraskan agenda transisi energi antara satu badan dengan yang lain, harmonisasi kebijakan transisi energi antara pemerintah pusat dan daerah, serta inter-konektivitas,” terang Fabby Tumiwa.

Menilik Potensi dan Tantangan dalam Perjalanan Indonesia Capai Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Jakarta, 27 Juli 2023 – Institute for Essential Services Reform (IESR) dan International Clean Energy Forum (ICEF) mengadakan diskusi daring bersama pakar energi untuk membahas strategi-strategi untuk mencapai target 23% energi terbarukan pada tahun 2025. Diskusi daring ini merupakan bagian dari Road to Indonesia Energy Transition Dialogue 2023 yang akan diadakan pada tanggal 18-20 September 2023. 

Deon Arinaldo, Manajer Transformasi Energi IESR menjelaskan,  Indonesia Energy Transition Dialogue merupakan sebuah acara tahunan yang  secara konsisten mendorong dialog rekomendasi kebijakan bagaimana sebenarnya transisi energi di Indonesia tercapai. Lebih lanjut, Deon menekankan pentingnya membahas tentang strategi untuk mencapai target 23% bauran energi terbarukan di tahun 2025.

“Indonesia memiliki strategi untuk mencapai target energi terbarukan (ET), salah satunya membangun pembangkit ET di sektor supply (tenaga listrik) dan meningkatkan bauran biofuel untuk mengganti biodiesel. Namun sekarang dalam bauran lebih menggunakan hydro dan panas bumi, sedangkan untuk mencapai keduanya dalam waktu dua tahun agak sulit untuk terealisasi. Maka kita butuh strategi lainnya,” ujar Deon.

His Muhammad Bintang, Peneliti IESR menyampaikan kondisi perkembangan energi terbarukan di Indonesia. Meskipun telah memiliki target, penggunaan potensi energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah dan sejak tahun 2018 belum ada target yang tercapai.

“Dari tahun 2018, target bauran energi terbarukan di Indonesia belum tercapai, namun setiap tahunnya, targetnya selalu ditambah. Salah satu penyebabnya adalah pemanfaatan energi terbarukan yang masih rendah. Pemanfaatan energi surya dan bayu, jika dibandingkan dengan potensinya hanya mencapai 0,02% (0,03%  apabila ditambah dengan bioenergi,red),” kata Bintang.

Herman Daniel Ibrahim, mewakili Dewan Energi Nasional (DEN) yang menyatakan bahwa target 23% sudah ditentukan dari perhitungan DEN dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Namun angka ini hanya bisa tercapai dengan asumsi Indonesia telah menggunakan energi terbarukan, yaitu bioenergi dan bioetanol. Sayangnya penggunaan bioetanol tidak pernah terealisasi. 

“Apabila targetnya hanya untuk sektor listrik, Indonesia sudah mencapai 15-20%, namun target ini untuk bauran energi primer, sedangkan yang bisa dipercepat adalah sektor listrik saja. Teknologi yang paling mudah dan cepat untuk mengejar 23% adalah PLTS atap,” ujar Herman.

Mustaba Ari Suryoko, Koordinator Penyiapan Aneka Program EBT, Kementerian ESDM, menyampaikan bahwa dalam 5 tahun terakhir, meskipun bauran EBT bertambah, bauran energi fosil lebih tinggi penambahannya, sehingga penambahan EBT tidak terlihat. Mustaba juga menyatakan, untuk mencapai 23% di tahun 2025 dibutuhkan pembangkit yang tepat dan bisa cepat dikembangkan seperti tenaga surya. 

“Dari sisi pemerintah, target tersebut bisa dicapai dengan adanya kolaborasi antar pemangku kepentingan. Selain itu, kita juga harus memastikan implementasi PLTS atap dan harmonisasi kebijakan,” kata Mustaba.

Saat ini, pengembangan energi terbarukan masih terhalang adanya proyek 35000 GW dan hal tersebut sedang disesuaikan dengan Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL). Zainal Arifin, EVP Aneka EBT Perusahaan Listrik Negara mengaku pihaknya tengah mencoba untuk menyesuaikan target pembangkitan dengan Nationally Determined Contribution (NDC) yang sudah ditetapkan Indonesia. Karena mengalami delay, PLN memperpanjang tenggat waktu hingga 2030 untuk mebangkitkan 20,9 GW EBT.

“RUPTL mencoba menyesuaikan dari dampak 35000 GW dari RUEN, kita melihat end golnya di 2030. Yang sudah dalam tahap konstruksi tahun ini 5,3 GW dan akan ditambah 1,3 GW. Sedangkan yang sudah COD tambahan dari tahun 2021-2022 835 MW, kira kira akan tercapai 7-8 GW pada tahun 2025,” ujar Arifin.

Dari sisi masyarakat, Aris Prasetyo, Wakil Kepala Desk Ekonomi dan Bisnis, Harian Kompas, menyatakan bahwa transisi energi masih menjadi isu yang ekslusif, salah satunya diakibatkan karena bahasa yang terlalu baku sehingga sulit dipahami oleh masyarakat secara umum. .  

“Dengan penggunaan bahasa yang terlalu teknis membuat pesan-pesan tentang transisi energi ini belum tersampaikan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk media untuk membumikan narasi transisi energi. Misalnya saja mengenai istilah pemanasan global, tidak semua kalangan masyarakat memahami hal tersebut padahal dampaknya begitu terasa. Lantas bagaimana kita bisa beraksi jika pesan–pesannya saja tidak bisa dipahami masyarakat secara umum?,” ujar Aris Prasetyo. 

Setali tiga uang dengan Aris, Peneliti Senior IESR, Dr Raden Raditya Yudha Wiranegara juga mengakui, penggunaan bahasa dalam studi transisi energi yang kerap kali bersifat teknis dan kurang dipahami masyarakat secara awam. Untuk itu, Raditya menyarankan agar penyampaian narasi transisi energi dengan menggunakan analogi tertentu dan contoh yang dekat dengan lingkungan masyarakat sehingga pesan tersebut bisa dimengerti. Mengingat, transisi energi ini menjadi hal penting dalam mengatasi perubahan iklim. 

“Dalam melakukan transisi energi, kita perlahan perlu menaikkan bauran energi terbarukan dan menghentikan operasional PLTU batubara. Namun, perlu diingat  dalam pemenuhan supply chain diperlukan infrastruktur dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai,” papar Radit.  

 

Menyingkap Tantangan Pasar Energi Bersih di Asia Tenggara

Jakarta, 21 Juni 2023 – Asia Tenggara memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, namun pemanfaatannya belum dimaksimalkan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, kawasan Asia Tenggara bergantung terhadap penggunaan energi yang tinggi untuk mendukung aktivitas perekonomian. Untuk itu, energi terbarukan memiliki peran strategis bagi perkembangan ekonomi kawasan yang lebih rendah emisi dan biaya. 

Marlistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan, IESR memaparkan,  bahwa investasi yang diperlukan untuk transisi energi di ASEAN dalam jangka pendek sampai 2030 mencapai USD 987 miliar untuk skenario net-zero 2050, mengutip analisis IRENA yang dilakukan di tahun 2022. Dari angka tersebut, 40%-nya diperlukan untuk pembangkitan listrik, terutama peningkatan penetrasi energi terbarukan.

“Untuk mempercepat transisi energi dan investasi energi terbarukan di Asia Tenggara, diperlukan upaya-upaya yang lebih terkonsolidasi, misalnya mendorong pasar untuk pembiayaan berkelanjutan regional dengan taksonomi hijau ASEAN, menyediakan fasilitas manajemen risiko pengembangan proyek energi terbarukan, hingga adanya sinergi kebijakan dan peraturan yang memungkinkan tumbuhnya skema-skema pembiayaan inovatif,” ungkap Citra dalam webinar bertajuk “Unlocking Renewable Energy Investment in Southeast Asia”.

Adam Adiwinata, Konsultan International Renewable Energy Agency (IRENA) menyatakan dengan mengakselerasi transisi energi, pada tahun 2030, 26% dari total energi di Asia Tenggara akan terpenuhi oleh energi terbarukan, dari hanya 14% tahun ini, dan ⅔ dari total energi pada tahun 2050 yang akan mengurangi 75% emisi karbon.

“Beberapa kesempatan investasi yang dapat dipertimbangkan antara lain investasi pada sektor pembangkitan energi, elektrifikasi dan efisiensi energi, serta grid and flexibility. Total investasi yang bisa dibutuhkan mencapai USD 822 miliar,” ungkap Adam.

Sonal Agarwal, konsultan Ernst and Young, memaparkan beberapa tantangan yang harus dijawab dalam membuka pasar bagi energi terbarukan di Asia Tenggara, diantaranya pentingnya ambisi nasional tiap negara, kebijakan yang kuat dan bisa beradaptasi dan memperbanyak proyek-proyek energi terbarukan untuk menarik investor.

“Pasar di Asia  masih didominasi oleh pembeli tunggal, sehingga untuk membuka peluang investasi bagi pasar energi bersih di Asia Tenggara, pilihan untuk berinvestasi pada proyek energi terbarukan juga harus diberikan kepada perusahaan melalui Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik/PPA. Melalui PPA, perusahaan dapat menjadi investor bagi proyek-proyek energi terbarukan, terutama dalam mencapai ambisinya dalam menggunakan energi bersih dalam proses bisnisnya,” ujar Sonal.

Dari segi pendanaan, Lawrence Ang dari Climate Smart Venture mengungkapkan bahwa pendanaan alternatif sangat diperlukan untuk membuka peluang investasi. Beberapa pilihan pendanaan alternatif antara lain, green bonds, transition bonds, sustainable linked bonds, sustainable linked loans, dan lain sebagainya.

“Meskipun telah ada beberapa pilihan pendanaan alternatif, jumlah proyek hijau masih terbatas.  Proyek-proyek energi terbarukan harus tersedia terlebih dahulu, langkah selanjutnya adalah memilih pendanaan yang tepat, ” ujar Lawrence.

Sebagai salah satu contoh program energi terbarukan yang telah berhasil dilakukan, Jihan A. As-Sya’bani dari Yayasan Rumah Energi berbagi pengalamannya dalam menjalankan proyek dalam skala nasional. Jihan mengaku, pihaknya memberikan stimulasi kepada masyarakat dan komunitas lokal untuk bisa mengakses biogas domestik melalui pendekatan pasar dan ekonomi sirkuler. 

“Dalam proses tersebut, Yayasan Rumah Energi juga mengalami beberapa tantangan dimana harga teknologi energi terbarukan mahal, kurangnya dukungan dari segi kebijakan, awareness yang masih sedikit dari institusi keuangan mikro, dan pendapatan petani yang bergantung pada musim panen. Meski demikian, di balik tantangan tersebut, terdapat keuntungan dari proyek energi terbarukan yakni  lebih menarik permintaan pasar, institusi keuangan mikro lebih kooperatif, dan meningkatnya tren global bagi pendanaan hijau,” terang Jihan.

IESR Menerima Penghargaan dari Solar Week Indonesia 2023 Leadership Awards

Jakarta, 8 Juni 2023 – Institute for Essential Services Reform (IESR) menerima Honorary Award dari Solar Week Indonesia 2023 Leadership Awards untuk kontribusinya terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia, khususnya pembangkitan pasar energi surya di Indonesia pada Kamis (8/6/2023). Pemberian plakat diwakili oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna. 

IESR merupakan lembaga think tank yang berfokus pada isu energi dan lingkungan yang mendorong transformasi sistem energi di Indonesia. Transformasi sistem energi menuju sistem energi yang rendah karbon perlu didukung dan disuarakan oleh banyak kelompok masyarakat. Untuk itu, IESR mempublikasikan berbagai riset mengenai potensi energi terbarukan di Indonesia dan melakukan diplomasi terhadap berbagai pemangku kebijakan. 

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menekankan pentingnya penggunaan energi surya di Indonesia dalam pembukaan acara The Solar Week Indonesia 2023 Leadership Awards. Selain itu, Fabby mengajak pemangku kebijakan untuk mulai menggunakan panel surya dalam penurunan emisi karbon.

“Saya yakin bahwa energi surya memiliki peran penting dalam proses dekarbonisasi sektor energi Indonesia dan untuk mencapai target net zero emission. Berdasarkan laporan IESR berjudul Deep Decarbonization of Indonesia’s Energy System, energi surya akan menyediakan lebih dari 80% pasokan energi untuk ketenagalistrikan karena harga yang kompetitif dan teknologi yang fleksibel”, ujar Fabby.

Dalam kesempatan yang sama, Fabby juga mewakili pihak Solar Week Indonesia untuk memberikan penghargaan bagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diwakilkan oleh Andriah Feby Misna, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan dan bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Icon Plus yang diwakilkan oleh Rahmat Handono, Wakil Presiden Layanan Ketenagalistrikan, PLN ICon Plus untuk kontribusi kedua pihak dalam percepatan transisi energi di Indonesia.

Menginspirasi Generasi Muda: CASE Indonesia Mengajar Tentang Pentingnya Transisi Energi di Sekolah Bogor Raya

Bogor, 4 April 2023 – Proyek Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE) bersama Sekolah Bogor Raya meluncurkan kegiatan Teaching for the Future (T4F) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya isu transisi energi sebagai mata pelajaran pada pendidikan formal.

Kegiatan Teaching for the Future (T4F) yang diselenggarakan oleh CASE Indonesia diadakan kedua kalinya di Sekolah Bogor Raya. T4F pertama kali diadakan di Sekolah Santa Ursula BSD tahun 2022. Tahun ini T4F hadir untuk memberikan pelatihan bagi murid kelas 7,8 dan 11 yang berjumlah 150 peserta dan difasilitasi oleh 15 mentor dengan tujuan utama untuk meningkatkan pemahaman serta memberikan tantangan bagi murid-murid untuk mencari solusi bagi permasalahan transisi energi yang dialami Indonesia. 

Akses energi berkelanjutan, efisiensi energi, transportasi berkelanjutan, pertanian berkelanjutan dan transisi energi berkeadilan merupakan 5 topik yang difasilitasi oleh mentor-mentor dalam diskusi yang berlangsung. Pada akhir kegiatan, seluruh peserta di setiap kelompok akan berikan tugas untuk membuat kampanye atau proposal kegiatan pada topik yang telah dipaparkan. Kampanye atau proposal kegiatan ini nantinya akan dipresentasikan oleh setiap kelompok tanggal 14 April 2023 pada acara Pameran Hari Bumi yang diselenggarakan oleh Sekolah Bogor Raya.

Dominic, salah satu peserta program T4F memberikan tanggapannya akan hal baru yang ia pelajari, “Satu hal baru yang saya pelajari dari sesi ini adalah kekeringan yang terjadi di Danau Toba. Saya pun berfikir bagaimana kekeringan ini sangat berdampak pada masyarakat di sana, terutama dalam mengakses air bersih. Pendidikan seperti ini sangat penting untuk kami (siswa), terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan isu energi berkelanjutan.”

Agus Tampubolon, Manajer Proyek CASE Indonesia, kembali menyuarakan pentingnya isu transisi energi sebagai salah satu mata pelajaran di pendidikan formal. 

“Pendidikan tentang perubahan iklim dan energi bersih harus diberikan pada generasi muda, karena mereka yang akan meneruskan perjuangan menuju transisi energi yang sukses di masa depan,” kata Agus.

Aditya Rao, Koordinator Kurikulum di Sekolah Bogor Raya bercerita bahwa hampir seluruh mata pelajaran yang ada di SBR didasarkan pada prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) dan sejak sekolah dasar, siswa-siswi telah diberikan mata pelajaran mengenai perubahan iklim dan transisi energi. Aditya menambahkan, melalui kegiatan T4F, Ia berharap siswa-siswi dapat memahami isu transisi energi dan perubahan iklim dari sudut pandang praktis, tidak hanya secara teori, dan dapat terinspirasi untuk memberikan solusi. 

Note: CASE for Southeast Asia merupakan program kolaborasi antara  Institute of Essential Services Reform (IESR), GIZ Indonesia dan Kementerian PPN/Bappenas yang memiliki mandat untuk merubah narasi transisi energi di Indonesia yang fokus pada dekarbonisasi pada sektor energi, meningkatkan bauran energi terbarukan dan efisiensi energi, mencapai transisi energi yang berkeadilan, serta keuangan berkelanjutan.

Kolaborasi Multisektoral di Teknologi Untuk Mempercepat Transisi Energi di Indonesia

Kolaborasi Multisektoral

Jakarta, 6 Maret 2023 –  Program Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) Indonesia bersama Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan  rangkaian diskusi dengan aktor multisektoral dalam persiapan menuju Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2023. Rangkaian diskusi dibuka dengan tema “Emerging New Technologies to Support Energy Transition in Indonesia” yang mendatangkan ahli-ahli pada bidang energi untuk membahas teknologi yang dapat digunakan Indonesia dan tantangan yang dihadapi dalam pengimplementasiannya.

Devi Laksmi, Koordinator Kelompok Kerja Pengembangan Usaha Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ia menerangkan tentang perkembangan energi terbarukan di Indonesia yang harus mencapai 23% pada bauran energi primer di tahun 2025, namun jarak target tersebut masih sangat besar dari apa yang sudah dicapai. Kementerian ESDM tengah menyusun strategi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan di Indonesia.

Sementara itu, Mentari Pujantoro, Manajer Proyek Transisi Energi, Agora Energiewende menyatakan, emisi karbon dunia telah mencapai tingkat baru di tahun 2022 yang disebabkan oleh konsumsi energi dan penggunaan bahan bakar fosil. Sumber energi terbarukan, efisiensi energi dan elektrifikasi berbasis energi terbarukan akan berkontribusi sekitar 70% pada penurunan emisi di seluruh dunia.

“Untuk itu, Indonesia perlu untuk mengidentifikasi teknologi yang sudah ada serta perannya, sebelum membicarakan tentang teknologi baru yang dapat digunakan,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Badariah Yosiana, Programme Officer International Renewable Energy Agency (IRENA) menuturkan, peluang pengembangan perekonomian Indonesia melalui penggunaan energi terbarukan. Teknologi energi terbarukan dapat membuka peluang, khususnya untuk sektor industri. 

“Misalnya saja hidrogen hijau bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih untuk sektor industri dan sebagai produsen nikel, Indonesia dapat berkembang menjadi produsen dan eksportir baterai yang dapat berkontribusi pada pasar kendaraan elektrik dan produksi panel surya,” paparnya. 

Beni Suryadi, Manajer ASEAN Center for Energy menerangkan, walaupun energi bersih seperti tenaga bayu atau surya akan mendominasi bauran energi di indonesia pada tahun 2031, namun, tidak ada negara yang bisa mencapai 100% energi terbarukan hanya dengan memanfaatkan keduanya. 

“Di bagian dunia lain, banyak negara yang berdebat tentang kesiapan nuklir sebagai pilihan yang aman dan dapat diandalkan sebagai pengganti batubara. Namun, karena alasan keamanan dan regulasi yang ketat, energi ini masih dianggap tidak fleksibel,” ujarnya.

Prof. Dr. Ir. Suwarno, M.T., Dosen Institut Teknologi Bandung, Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika menyatakan, pentingnya sumber daya manusia yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan, keterbukaan dan kesadaran dari masyarakat, badan penelitian,  serta regulasi untuk memastikan proses transisi energi di Indonesia dapat berjalan dengan baik.  

Sesi diskusi diakhiri oleh presentasi dari PLN yang diwakili oleh Zainal Arifin, Wakil Direktur Eksekutif Bidang Mesin dan Teknologi. Indonesia tengah mengalami beberapa isu di bidang energi seperti over kapasitas dan trilema energi untuk memastikan energi dapat memiliki harga terjangkau, dapat diandalkan dan berkelanjutan. Hingga saat ini, hanya pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Ia menambahkan, bahwa dalam pembahasan mengenai teknologi energi, fleksibilitas dan adaptabilitas harus diutamakan, karena pembahasannya tidak linier dan strategi implementasinya berjangka panjang.

Pada akhir acara ditutup oleh pernyataan Agus Tampubolon, Program Manajer CASE. Dia menyampaikan timeline seri diskusi yang akan diadakan empat kali dengan topik yang berbeda. 

“Keempat diskusi akan fokus pada satu topik yang berbeda di setiap bahasannya untuk menghasilkan pembahasan yang lebih dalam dan seluruh temuan akan dipresentasikan pada acara puncak Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) di bulan Oktober 2023”, kata Agus.