Denpasar, 15 Juli 2025 – Bali sebagai destinasi wisata global memiliki keindahan alam yang luar biasa, mulai dari pantai yang mempesona hingga pegunungan yang menakjubkan. Keindahan alamnya selain menjadi daya tarik wisata, juga memberikan manfaat penting bagi kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu, menjaga kelestarian alam Bali melalui inisiatif rendah emisi, seperti Bali Net Zero Emission (NZE) 2045, sangat penting untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi pulau ini.
Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari, Ketua Center for Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana mengatakan studi Peta Jalan Bali NZE 2045 dapat menjadi acuan yang sangat penting dalam pengembangan sistem ketenagalistrikan Bali. Peta jalan ini tidak hanya menunjukkan potensi besar Bali dalam pengembangan energi terbarukan, tetapi juga memberikan arah dan strategi yang jelas dalam mewujudkan Bali sebagai provinsi dengan emisi nol bersih pada tahun 2045.
“Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Bali dapat menjadi contoh yang inspiratif bagi daerah lain di Indonesia dalam mencapai tujuan energi berkelanjutan,” tuturnya dalam Peluncuran Peta Jalan Bali Emisi Nol Bersih 2045 Sektor Ketenagalistrikan pada Selasa (15/7/2025) di Sanur, Bali.
Eko Wahyu Purnomo, Analis Kebijakan Ahli Madya, Deputi Percepatan Transisi Energi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan langkah yang diambil oleh Bali bisa menjadi contoh baik bagi daerah lain yang juga ingin berkontribusi pada pencapaian target NZE. Namun, ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan agar upaya ini berjalan efektif dan terukur. Salah satunya adalah proyeksi pertumbuhan kebutuhan listrik yang harus mempertimbangkan skenario konservasi dan efisiensi energi.
“Jika konservasi dan efisiensi energi berhasil diterapkan, pertumbuhan permintaan listrik dapat ditekan, sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk dan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik diperkirakan akan menambah beban permintaan listrik di masa depan, yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kebutuhan energi,” katanya.
Eric Rosi Priyo Nugroho, General Manager PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Induk Distribusi Bali menyatakan salah satu tantangan besar dalam mengoptimalkan energi terbarukan adalah kebutuhan sistem penyimpanan energi yang efisien dan mampu menyeimbangkan pasokan dan permintaan energi. Dalam hal ini, perencanaan kebutuhan penyimpan daya berbasis baterai (Battery Energy Storage System, BESS) yang mencapai 21 GWh menjadi sangat krusial.
“Selain perhitungan teknis terkait kapasitas pembangkit dan penyimpanan energi, penyesuaian kapasitas institusi PLN juga diperlukan. Pengelolaan dan operasional jaringan pintar (smart micro grid) membutuhkan pengetahuan dan kemampuan teknis yang lebih tinggi, serta koordinasi yang baik antara berbagai jenis pembangkit energi dan sistem penyimpanan,” ujarnya.
Anggi Firmansyah, Manager Engineering PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali menuturkan inisiatif Bali dalam mendukung target NZE patut diapresiasi, mengingat pentingnya langkah-langkah konkret yang telah diambil dalam mendorong transisi menuju energi bersih. Forum seperti ini sangat penting yang menunjukkan komitmen dan sinergi antara berbagai pihak dalam mendukung kebijakan tersebut.
Sementara itu, Agus Puji Prasetyono, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Unsur Pemangku Kepentingan (AUPK) menyambut baik inisiatif yang telah diambil oleh Pemerintah Provinsi Bali dan mitranya dalam mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2045.
“Bali memerlukan pembangunan pembangkit baru dengan kapasitas sekitar 400-600 MW untuk memenuhi pertumbuhan permintaan energi. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan pengembangan sistem pembangkit berbasis energi terbarukan menjadi sangat penting untuk mencapainya. Hal ini juga akan mendukung upaya Bali dalam mencapai cita-cita NZE 2045 yang merupakan bagian dari komitmen Bali untuk menjadi pionir dalam transisi energi di Indonesia,” paparnya.