IESR menilai Second NDC Indonesia berisiko mahal dan tidak efisien karena menunda puncak emisi hingga 2035. Baca selengkapnya di Bisnis Indonesia.
IESR menilai Second NDC Indonesia berisiko mahal dan tidak efisien karena menunda puncak emisi hingga 2035. Baca selengkapnya di Bisnis Indonesia.
Share on :