Indonesia akan merayakan kemerdekaannya yang ke-79 tahun ini, yang merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dalam pembangunan negara ini. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mampu menumbuhkan ekonominya secara bertahap. Dari tahun 1967 hingga 2023, pertumbuhan PDB Indonesia telah meningkat lebih dari 24.000% menjadi USD 1,37 triliun (Bank Dunia, 2024). Untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, Indonesia telah memanfaatkan sumber daya alamnya yang kaya, termasuk di sektor energi. Sebagai contoh, sektor ekstraksi bahan bakar fosil menyumbang 7,84% atau Rp 1.637 triliun terhadap PDB Indonesia di tahun 2023 (BPS, 2024). Meskipun bukan merupakan mayoritas ekonomi, data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil secara ekonomi.
Di luar sektor ekonomi, bahan bakar fosil masih menjadi sumber utama bauran energi Indonesia. Batu bara merupakan sumber utama energi Indonesia (40%), diikuti oleh minyak bumi (40%) dan gas bumi (17%) (KESDM, 2024a). Akibatnya, emisi Indonesia dari sektor energi terus meningkat setiap tahunnya. Dari tahun 2000 hingga 2022, emisi Indonesia dari sektor energi terus meningkat sebesar 126%, sementara emisi dari kontributor utama lainnya (yaitu kehutanan dan tata guna lahan) mengalami penurunan (KLHK, 2024). Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kita harus bergantung pada bahan bakar fosil untuk perekonomian kita dan, yang lebih penting, untuk energi kita.
Kita harus menyadari bahwa ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dapat menjadi sangat besar. Pada titik tertentu, bahan bakar fosil memang dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan, terutama karena Indonesia memiliki sumber daya bahan bakar fosil yang melimpah. Sebagai contoh, Indonesia masih memiliki cadangan batu bara sebesar 31,71 miliar ton pada tahun 2023 (KESDM, 2024b), di mana Indonesia masih bisa mengeksplorasi lebih banyak dan menggunakan cadangan tersebut untuk tahun-tahun mendatang. Namun, waktu telah berubah. Dunia harus mulai mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin parah. Faktanya, situasi ini dapat memojokkan Indonesia karena masih menggunakan bahan bakar fosil untuk berbagai aspek kehidupan.
Ini memang posisi yang sulit bagi negara seperti Indonesia, mengingat sumber daya bahan bakar fosil yang kaya. Namun, situasi telah berubah dan ilmu pengetahuan telah menunjukkan cara lain agar negara seperti Indonesia dapat mulai beralih dari ketergantungan bahan bakar fosil. Daripada melihat momen ini sebagai ancaman bagi perekonomiannya, Indonesia seharusnya berpikir lebih dalam tentang apa yang bisa diubah dengan transisi energi ke energi bersih dan terbarukan. Di masa lalu, fokus kita terhadap penggunaan energi adalah pada kontribusinya terhadap perekonomian. Namun, kita sering melupakan dampak dari sistem energi bahan bakar fosil yang tidak inklusif dan tidak ramah lingkungan. Sebagai contoh, pengoperasian pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) telah menyebabkan penyakit dan bahkan kematian bagi banyak orang akibat polutan (IESR & CREA, 2023). Dengan melakukan transisi menuju energi bersih dan terbarukan, Indonesia sebenarnya dapat mengurangi dampak buruk dari situasi ini.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya bahan bakar fosil, tetapi juga memiliki potensi energi terbarukan yang besar. Indonesia memiliki lebih dari 3.000 GW potensi energi surya dan 75 GW potensi tenaga air (IRENA, 2022). Pengembangan energi terbarukan pada tahun 2050 memang dapat menyebabkan hilangnya 1,3 juta lapangan pekerjaan, tetapi juga menawarkan peluang yang lebih besar untuk menciptakan 3,2 juta lapangan pekerjaan (IESR, Agora Energiewende, & LUT University, 2021). Memahami situasi ini, Indonesia harus mulai mempercepat pengembangan energi terbarukan di dalam negeri, bukan hanya berfokus pada mempertahankan posisi bahan bakar fosil.
Dalam momentum perayaan kemerdekaan Indonesia, semangat untuk bangun dari bahan bakar fosil dan eksternalitas negatifnya seharusnya muncul. Semangat tersebut harus digantikan dengan semangat untuk mendukung transisi energi yang dapat berkontribusi secara komprehensif terhadap pembangunan berkelanjutan Indonesia dan mitigasi perubahan iklim yang semakin parah. Demi kemajuan generasi masa depan Indonesia, kita harus mulai memperkuat semangat ini.