Cerita Energi Surya dari Berbagai Kelompok di Indonesia

ISS 2025 - Solar for All

Jakarta, 11 September 2025 – Energi surya termasuk energi demokratis yang dapat digunakan oleh siapa saja, di berbagai tempat di Indonesia, untuk berbagai keperluan, dan skala kapasitas. Meskipun perkembangan energi surya di Indonesia mengalami berbagai dinamika dan momentum, kapasitasnya perlahan menunjukkan penambahan dari tahun ke tahun.  

Salah satu pemanfaatan energi surya adalah pompa air tenaga surya. Mustika Wijaya, Direktur Eksekutif Solar Chapter, sebuah yayasan yang fokus untuk membangun akses air bersih melalui pompa air tenaga surya di Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam sesi Solar for All, Indonesia Solar Summit (ISS) 2025 menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah membantu 34 desa di Pulau Timor, Flores, dan Sumbawa membangun pompa air tenaga surya berskala desa. Perawatan dan operasional setelah proses pembangunan selesai menjadi tantangan tersendiri bagi proyek pembangunan infrastruktur di komunitas.  

“Kami mengamati bahwa desa/komunitas harus memiliki keterlibatan dan kepemilikan yang besar sejak awal berjalannya suatu proyek. Desa yang memiliki kontribusi besar (co-ownership) dari proyeknya memiliki kepedulian yang lebih besar daripada desa yang mendapatkan hibah,” kata Mustika. 

Upaya percepatan energi surya secara komunal juga dilaksanakan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memiliki pengalaman mendorong penetrasi PLTS atap menggunakan insentif non fiskal.  

Eni Lestari, Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Dinas ESDM Jawa Tengah mengatakan bahwa Jawa Tengah menerbitkan peraturan gubernur, surat edaran, dan melakukan edukasi tentang energi surya. 

“Kami juga melakukan upaya mainstreaming energi surya, dengan mendesain bantuan sosial (pada masa Covid) berupa PLTS atap bagi UMKM dan pesantren. Dengan pemasangan PLTS atap ini UMKM dan pesantren dapat menghemat tagihan listrik dan berdampak secara jangka panjang,” kata Eni. 

Hening Parlan, Direktur Program 1000 Cahaya Muhammadiyah menyetujui poin edukasi publik dan pengarusutamaan isu menjadi poin krusial untuk mendorong orang atau komunitas untuk ikut serta pada misi transisi energi. 

Penting untuk mengemas narasi menjadi istilah yang dekat dengan umat. Pengalaman kami, narasi “energi surga” lebih mudah dipahami dan diterima oleh umat Muhammadiyah dibandingkan istilah “energi terbarukan”. Kami juga menjelaskan bahwa listrik yang kita pakai sekarang berasal dari proses pertambangan yang praktiknya kerapkali menyakiti alam dan tidak adil bagi rakyat. Dari pemahaman ini maka kebutuhan untuk berubah bukan hanya demi tagihan listrik yang lebih murah, namun demi ideologi yang lebih mendasar,” jelas Hening. 

Energi surya juga dapat menjadi strategi membuka akses listrik bagi daerah-daerah terluar dan terdepan Indonesia. Hasan Maksum, Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional,  Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM mengatakan bahwa strategi pemerintah untuk melistriki tempat-tempat terluar di Indonesia di antaranya  pembangunan mini grid untuk daerah yang jauh dari jaringan distribusi. dan pembangunan pembangkit energi terbarukan di daerah dengan penduduk yang tersebar, seperti PLTS komunal, untuk melistriki wilayah yang belum teraliri listrik, serta perluasan jaringan listrik untuk daerah yang dekat dengan sistem  yang beroperasi atau eksisting.

“Pada program Listrik Perdesaan, kami (Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan) berkoordinasi dengan PLN unit setempat agar proses serah terima aset dan operasional serta perawatan berjalan baik, lancar, dan terdapat institusi yang mendampingi warga,” kata Hasan. 

Edisi keempat Indonesia Solar Summit 2025 diselenggarakan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian ESDM, dengan dukungan Pertamina New & Renewable Energy, Tenggara Strategics, serta Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI).

Share on :

Leave a comment