Jakarta, 8 September 2025 – Sektor industri adalah sektor yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Namun, sektor industri juga menjadi sektor yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Sebanyak 20% emisi di Indonesia pada tahun 2024 berasal dari sektor industri.
Sektor industri perlu memiliki agenda dekarbonisasi dengan mengeksplorasi berbagai teknologi dan strategi untuk menurunkan emisinya. Hal tersebut disampaikan Juniko Nur Pratama, Manajer Program Dekarbonisasi Industri, Institute for Essential Services Reform (IESR), dalam webinar ‘Mempercepat Dekarbonisasi Semen di Indonesia Menuju 2050: Wawasan dari India dan Tiongkok’. Ia menambahkan bahwa Kementerian Perindustrian Indonesia menargetkan untuk sektor industri mencapai status net zero emission (NZE) pada tahun 2050, lebih cepat dari target NZE nasional tahun 2060 atau lebih cepat.
“Target yang ambisius ini tentu menemui tantangan dari sisi teknis dan pendanaan, namun kita dapat mengubah sudut pandang dan melihat bahwa di balik tantangan ini terdapat peluang untuk percepatan pengunaan teknologi rendah karbon dan utilisasi energi terbarukan pada sektor industri,” kata Juniko.
Untuk mendukung percepatan ini, pembelajaran dan berbagi pengalaman dari negara-negara yang telah terlebih dulu melangkah, penting untuk dilakukan.
V Kannan, Senior Counsellar, the Confederation of Indian Industry membagikan pengalaman perjalanan India yang menerapkan target jangka panjang hingga tahun 2070, serta mengerjakan hal-hal yang bersifat low-hanging fruits, seperti efisiensi energi dan substitusi bahan bakar sebagai langkah strategis jangka pendek. Secara umum, dekarbonisasi industri di India dilakukan dengan mengacu pada strategi PATH (Perform, Achieve, Trade) dimana industri menetapkan target pengurangan emisinya pada rentang waktu tertentu, dan kemungkinan melakukan perdagangan karbon antar entitas industri.
“Kami menerapkan strategi menyeluruh meliputi efisiensi energi dan bahan bakar, eksplorasi berbagai teknologi yang tersedia saat ini, serta melihat peluang penggunaan bahan bakar alternatif seperti biomassa, mengingat India merupakan negara agrikultur,” katanya.
Olav Øye, Senior adviser for Climate and Industry, Bellona Foundation, Norwegia menjelaskan bahwa saat ini strategi Norwegia dalam dekarbonisasi industri adalah fokus pada dampak penurunan emisi gas rumah kaca. Untuk tujuan ini, Norwegia sangat mempertimbangkan penggunaan teknologi rendah karbon yang dipilih. Meski saat ini, Norwegia banyak bergantung pada penggunaan CCS, namun dalam fase riset dan pengembangan, faktor waktu menjadi salah satu faktor kunci yang dikaji. Terdapat teknologi yang akan berkembang dan beradaptasi, dan ada pula teknologi yang hanya akan berlangsung selama 10-40 tahun.
“Perencanaan dan target jangka panjang memberikan kepercayaan diri dan kepastian untuk investor untuk terlibat pada proyek CCS yang membutuhkan modal investasi tinggi,” kata Olav.
Lilik Unggul, Ketua Asosiasi Semen Indonesia menyatakan untuk konteks Indonesia, berbagai perkembangan teknologi maupun kebijakan global dan nasional turut mendorong arah dekarbonisasi industri semen.
“Instrumen berbasis pasar (market-based instrument) seperti salah satunya karbon kredit yang akan mulai berlaku (di Indonesia) tahun 2026, dibutuhkan untuk mendorong pelaku industri semen mempercepat langkah dekarbonisasinya,” kata Lilik.
Liu Shujuan, Engineer China Building Material Federation (CBMF), menyatakan bahwa pengurangan penggunaan energi fosil pada produksi semen menjadi kunci utama dekarbonisasi semen di Tiongkok. Produksi semen Tiongkok saat ini termasuk salah satu yang paling efisien di dunia dalam penggunaan energi.
“Mulai dari energi efisiensi hingga penggunaan berbagai teknologi seperti penggantian bahan bakar, penggunaan teknologi otomasi digital, hingga terobosan teknologi CCUS, hidrogen, dan clinker semen,” kata Liu.
Liu menambahkan penggunaan hidrogen dan CCUS untuk mendorong produksi semen rendah karbon juga digalakkan dan diperkirakan akan menghasilkan penurunan emisi GRK sebesar 39% pada tahun 2050. Selain itu, penggunaan energi terbarukan pada industri semen diperkirakan akan berkontribusi pada pencapaian target pengurangan emisi global.
Dari pengalaman ketiga negara, penetapan target jangka panjang menjadi kunci penentu keberhasilan dekarbonisasi di sektor industri. Target penurunan emisi jangka panjang akan memberikan keyakinan bagi industri untuk menempuh berbagai upaya seperti investasi pada teknologi untuk menurunkan emisinya. Target jangka panjang yang konsisten juga akan memberikan pertimbangan komprehensif dalam memilih teknologi seperti penggunaan hidrogen yang kurang cocok untuk dekarbonisasi industri semen.