Saat ini, teknologi dan sistem energi terbarukan menjadi semakin terjangkau setiap harinya. Pesatnya pasar energi terbarukan secara global yang didorong oleh semakin pesatnya riset dan teknologi menjadikan harga listrik dari sumber energi terbarukan semakin dapat bersaing dengan pembangkit batubara dan minyak.
Momentum ini dimanfaatkan oleh negara-negara berkembang, khususnya sektor komersial dan industri untuk menggunakan energi terbarukan guna mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Mengutip dari Renewable Energy Buyers Alliance (REBA), 63% dari perusahaan yang masuk kedalam Fortune 100 sudah membuat target untuk menurunkan emisi GRK perusahaan dan membeli listrik dari energi terbarukan. Dalam sumber lain, sebanyak 131 perusahaan multinasional sudah bergabung dalam inisiatif global RE100 yang berkomitmen untuk menggunakan 100% energi terbarukan.
Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) merupakan sebuah inisiatif global yang digagas oleh Alletrope Partners, World Resources Institute (WRI) dan National Renewable Energy Laboratory (NREL) Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mengakselerasi kerangka kerja kebijakan dan pendanaan dalam mencapai kebutuhan energi terbarukan dari sektor komersial dan industri. Inovasi yang coba digagas dalam inisiatif ini adalah berupa kemitraan publik dan swasta (public-private partnership – PPP) yang dilakukan di beberapa negara di dunia, diantaranya Kolombia, Meksiko, Vietnam, Filipina, termasuk Indonesia. Dialog pertama kelompok kerja CEIA Indonesia yang dilakukan pada tanggal 19 April 2018 lalu dihadiri oleh 6 corporates baik multinasional dan nasional, yaitu: Astra Internasional, Astra Honda Motor, Procter & Gamble Indonesia, Nike Indonesia, Schneider Electric Indonesia, dan Tetra Pack. Dialog ini merupakan dialog pertama dari empat seri dialog yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemitraan publik dan swasta di Indonesia dalam memanfaatkan listrik dari energi terbarukan.
Dalam kesempatan tersebut, Institute for Essential Services Reform (IESR) yang diwakili oleh Jannata Giwangkara, berkesempatan untuk menjadi salah satu pemateri dalam sesi diskusi “navigating Indonesian regulations and policies related to renewable energy deployment in the commercial and industrial sectors”. Sesi diskusi tersebut menggali lebih jauh bagaimana peraturan-peraturan yang ada dapat mengakomodasi kebutuhan listrik dari energi terbarukan untuk sektor komersial dan industri di Indonesia. Selain dari IESR, hadir pula dalam dialog ini Bapak Nur Pamudji, praktisi energi terbarukan di Indonesia sekaligus mantan presiden direktur PT. PLN (Persero) yang memaparkan cerita-cerita sukses perusahaan yang membeli listrik dari energi terbarukan.