TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reforms (IESR), Fabby Tumiwa, percaya fakta seperti disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
Menteri ESDM menyebut ada tokoh politik yang sangat berkuasa mencoba menjual nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kepada Freeport.
“Saya percaya bahwa itulah yang terjadi. Banyak pihak yang mencoba mencari keuntungan dari keinginan Freeport mendapatkan perpanjangan kontrak,” ujar Fabby kepada Tribunnews.com, Rabu (11/11/2015). Kata Fabby, bukan hal yang baru pola tokoh politik yang mencatut nama Presiden dan Wapres untuk kepentingan pribadi semata-mata. “Itu bukan hal baru kan? Dari dulu pejabat kan minta jatah tanpa malu-malu,”jelasnya.
Karena itu, dia memuji Menteri ESDM berani membuka fakta ini ke publik. “Sekarang saja menteri berani buka. Dulu diam saja kan,” ujarnya. Pengamat pertambangan dan listrik ini juga menilai sikap dan langkah Menteri ESDM atas Freeport selama ini telah tepat. “Saya kira Menteri ESDM sudah merespon dengan baik atas situasi Freeport,” ucapnya. “Ikut saja prosedur yang ditetapkan peraturan dan tidak perlu mengacuhkan tekanan dari politisi-politisi tersebut,” tandasnya memotivasi Sudirman Said.
Sebelumnya, Sudirman menuturkan dengan mencatut nama Presiden dan Wapres, politisi itu menjanjikan ke Freeport agar kontrak bisa segera diberikan.
“Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu,” ujar Sudirman Saidseperti dikutip dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV dan dikutip Kompas, Selasa (10/11/2015).
Namun, dia mengaku tak bisa menyebut siapa politisi yang coba menjual nama dua pimpinan tertinggi republik itu. Hanya, Sudirman mengatakan bahwa orang itu cukup terkenal. Selain mencoba menjual nama Presiden dan Wapres, Sudirman menyebut orang itu juga meminta proyek pembangkit listrik di Timika dan meminta bagian saham Freeport. “Saya berani mengatakan, karena terjadi dua kali diskusi dan (dia atau mereka) dua kali konsisten mengatakan, ‘Saya bisa.
Sumber: TRIBUNNEWS.COM.