Pertemuan Menteri-Menteri Bidang Mineral ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting on Mineral/AMMin) yang diselenggarakan di Hanoi, Vietnam, 9 Desember 2011 mengesahkan ASEAN Mineral Cooperation Action Plan (AMCAP) 2011-2015: Dynamic Mineral Sector Initiative for Prosperous ASEAN. AMCAP yang baru ini merupakan rencana aksi implementasi kerjasama mineral di kawasan ASEAN. Hingga lima tahun mendatang.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh H.E. Nguyen Minh Quang, Menteri Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vietnam, para Menteri Mineral negara-nengara ASEAN secra aklamis menerima usulan dari Indonesia untuk menyelenggarakan serangkaian kegiatan pengembangan kapasitas (capacity building) tentang Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) di ASEAN sebagai bagian dalam program kerja AMCAP 2011-2015.
Pertemuan Tingkat Menteri di Hanoi merupakan puncak dari serangkaian pertemuan selama empat hari sejak 6 Desember 2012, yang dimulai dengan pertemuan ke-8 empat kelompok kerja ASOMM, diikuti dengan Pertemuan Pejabat Senior ASEAN untuk Mineral (ASOMM) ke-11, ASOMM + 3 (Cina, Korea Selatan dan Jepang) ke-4, ditutup dengan AMMin ke-3.
Delegasi Indonesia di ASOMM ke-3 dipimpin oleh Dr. Ir. Hadiyanto, MSc, Staf Ahli Menteri ESDM bidang Kelembagaan dan Perencanaan Strategis. Sedangkan pimpinan delegasi Indonesia di AMMin adalah Wakil Menteri ESDM, Prof. Dr. Widjajono Partowidagdo. Dirjen Mineral dan Batubara KESDM adalah focal point kerjasama Mineral ASEAN di Indonesia.
Sehubungan dengan agenda keketuaan Indonesia di ASEAN yang baru saja berakhir pada KTT bulan November lalu, delegasi Indonesia sebelumnya telah mempersiapkan proposal untuk memasukan EITI didalam AMCAP 2011-2015. Sebelum disampaikan di ASOMM dan AMMin, usulan tersebut terlebih dahulu dikomunikasikan dengan Vietnam sebagai Ketua ASOMM ke-11 dan Sekretariat ASEAN yang memfasilitasi seluruh rangkaian proses.
Sebagai bagian dari delegasi Republik Indonesia, tim EITI Indonesia yang rangkaian sidang kerjasama mineral ASEAN di Hanoi terdiri dari Bambang Adi Winarso, Asdep bidang Minyak Bumi, dan Agus Wibowo dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Erry Riyana Hardjapekas, Chandra Kirana, Ananda Idris, dari sekretariat EITI Indonesia, dan Fabby Tumiwa, anggota tim asistensi EITI ASEAN, yang juga Direktur Eksekutif IESR serta Lumondang Harahap dari Kementerian Luar Negeri.
Memasuki hari pertama, delegasi RI menyampaikan usulan EITI di dalam pertemuan kelompok kerja, diantaranya Investasi dan Perdagangan (Trade and Investment), Pengembangan Kapasitas (Capacity Building), Pertambangan yang Berkelanjutan (Sustainable Mining), dan Data dan Informasi (Data and Information).
Setelah usulan Indonesia mendapatkan persetujuan di tingkat kelompok kerja, di sidang ASOMM ke-3, Ketua Tim Formatur EITI Indonesia, Erry Riyana Hardjapamekas, mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan presentasi tentang EITI secara umum dan usulan Indonesia. Hasilnya proposal Indonesia diterima dan ditetapkan untuk dimasukkan kedalam rancangan AMCAP 2011-2015 yang dipersiapkan untuk disetujui oleh para Menteri.
Pada pertemuan AMMin, Indonesia kembali mengusulkan pernyataan terkait dengan EITI sebagai hasil dari ASOMM untuk dimasukan dalam Joint Press Statement ASEAN Ministerial Meeting on Mineral yang merupakan rangkuman hasil AMMin ke-3 yang disampaikan kepada publik. Setelah melalui pembahasan para Menteri, AMMin kemudian menyepakati rumusan teks sebagai berikut: “The Ministers noted the Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) that is known as international quality standard on revenue collection in mineral sector, and agreed to the proposal to include capacity building on EITI in ASEAN Mineral Cooperation Action Plan (AMCAP) 2011-2015.”
Fabby Tumiwa menyatakan diterimanya EITI didalam AMCAP cukup monumental, dan dapat menjadi pijakan untuk memperluas pengertian dan manfaat EITI di ASEAN. Menurutnya, untuk pertama kalinya frasa “EITI” disebut secara lugas dalam pernyataan kerjasama ASEAN di bidang mineral dan di dalam pernyataan para menteri mineral ASEAN.
Selain itu EITI dapat menjadi alat yang dapat memfasilitasi proses harmonisasi kebijakan di sektor mineral di ASEAN untuk mendukung tercapainya terbentuknya masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015 yang berkelanjutan.
Lebih lanjut kata Fabby, yang juga menjadi salah satu anggota delegasi RI pada pertemuan ini menambahkan bahwa masuknya EITI di dalam program kerja kerjasama mineral ASEAN diharapkan dapat membantu negara-negara ASEAN lainnya untuk memahami EITI dan manfaatnya serta memperbaiki tata kelola bagi pengelolaan sumberdaya mineral di kawasan ini.
Sebelumnya, upaya Indonesia untuk memperkenalkan EITI di dalama kerjasama ASEAN juga dilakukan melalui Pertemuan para Staf Senior bidang Energi dan Pertemuan para Menteri Energi AMEM) di Brunei, Juni dan September 2011 yang lalu. Dalam pertemuan tersebut para menteri energi ASEAN mengapresiasi usulan Indonesia dan meminta agar pengertian dan manfaat EITI dalam mendukung keamanan energi di ASEAN dilanjutkan untuk dikaji dan dikomunikasikan kepada negara-negara anggota lainnya, serta dilaporkan hasilnya di sidang AMEM tahun 2012.
Kemajuan dalam mewacanakan gagasan EITI di ASEAN diharapkan dapat menjadi pemacu implementasi EITI di Indonesia, kata Chandra Kirana, anggota sekretariat EITI Indonesia.
“Keberhasilan Indonesia melaksanakan EITI dengan kualitas proses dan hasil yang baik, tentunya dapat menjadi acuan bagi negara-negara ASEAN lainnya di kemudian hari,” kata Chandra.
Sebagai negara pertama yang menerapakan EITI di Asia Tenggara, Indonesia juga dapat memberikan bantuan teknis kepada negara-negara ASEAN lainnya tentang EITI, imbuhnya.
Di tahun 2012/2013, sesuai dengan AMCAP 2011-2015, Indonesia merencanakan sejumlah lokakarya bagi para pengambil kebjakan serta kementerian teknis dari negara-negara ASEAN. Indonesia juga terbuka untuk berkolaborasi dengan negara-negara anggota ASEAN untuk mempercepat implementasi rencana aksi mineral ASEAN. (FT)
Referensi: Joint Press Statement 3rd ASEAN Ministerial Meeting on Mineral