Jakarta, Hijauku. Emisi dari deforestasi Indonesia tertinggi di antara negara-negara G20. Hal ini terungkap dari laporan The Brown to Green Report 2017 yang diluncurkan oleh Climate Transparency, Selasa (4/7). Acara peluncuran di Indonesia difasilitasi oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) di Jakarta.
G20 adalah kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Negara-negara G20 meliputi Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, RRT, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia dan Turki.
Peluncuran laporan ini seiring dengan akan digelarnya pertemuan G20 yang akan berlangsung di Hamburg, Jerman. Laporan ini memberikan penilaian yang komprehensif terhadap kinerja negara-negara anggota G20 dalam transisi mereka menuju ekonomi rendah karbon.
Ada empat kriteria yang dinilai dalam laporan ini yaitu aksi negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, kebijakan perubahan iklim, pendanaan dan aksi dekarbonisasi.
Kinerja emisi gas rumah kaca per kapita Indonesia masuk dalam kategori menengah, namun pemakaian energi per kapita Indonesia masuk dalam kategori sangat tinggi – terendah kedua dalam peringkat negara G20.
Walaupun masih rendah, bauran energi terbarukan dalam pasokan energi energi Indonesia yang sebesar 8.5% pada 2014 berada di atas rata-rata negara-negara G20. Menurut Climate Transparency, pasokan energi terbarukan Indonesia hampir tidak ada pertumbuhan, sementara pasokan energi batu bara terus meningkat.
Climate Transparency juga menyarakankan Indonesia untuk memerbaiki kebijakan perlindungan hutan, karena emisi terkait deforestasi Indonesia tertinggi di antara negara-negara G20.
Dukungan terhadap skema pengembangan energi terbarukan dalam pasokan listrik nasional juga harus ditingkatkan. Dibanding negara-negara G20 lain, daya tarik investasi di energi terbarukan Indonesia termasuk rendah; kapasitas terpasang energi surya dan panas bumi Indonesia hanya naik sedikit pada 2016.
Sementara subsidi untuk bahan bakar fosil Indonesia masih menempati jajaran tertinggi di antara negara-negara G20, walau sudah ada upaya untuk memangkas subsidi ini sejak 2014.
Sumber:Hijauku.com.