INILAH.COM, Jakarta – Kebutuhan minyak dan gas bumi pada 20 tahun ke depan diprediksi akan tetap tinggi, kendati diversifikasi energi marak digalakkan.
Demikian diungkapkan pengamat energi dan lingkungan Fabby Tumiwa dalam jumpa pers workshop regional tentang transparansi industri ekstraktif di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (9/8). “(Dalam) 20 tahun ke depan itu kebutuhan migas masih tinggi terlepas dari kebijakan diversifikasi ke energi terbarukan,” tuturnya.
Dengan demikian, lanjutnya, investasi pada sektor migas harus terus ditingkatkan untuk menunjang kebututan tersebut. “Peran hidrokarbon tidak bisa dilupakan, maka bagaimana investasi sektor ini bisa terus ditingkatkan,” ujarnya.
Sayangnya, investasi perusahaan migas yang ada saat ini masih belum memberikan kontribusi yang optimal. Tim formatur Extractive Industry Transparency Initiative (EITI) Chandra Kirana mengatakan, dibutuhkan penerapan transparansi untuk memperbaiki pola investasi migas yang ada.
“Kita tuh menghadapi challenge yang besar ke depannya, 9 dari 10 negara ASEAN itu kaya akan SDA (sumber daya alam) dan menghadapi tantangan demand (permintaan) besar dunia. Dan ada kecenderungan negara-negara itu akan berlomba-lomba menggali industri tambang tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Penerapan transparansi ini untuk perbaikan. Jadi dana yang dihasilkan bisa diinvestasi,” tandasnya. [cms]
sumber: inilah.com.