Pernah mengalami masa transisi dari anak-anak ke remaja atau malah dari remaja ke dewasa? Apa pun masa transisi yang pernah kamu lewati, pasti kamu ingin jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, kan!
Kalau waktu masih anak-anak kamu sering jajan sembarangan, sekarang pasti sedikitnya kamu sudah mulai memikirkan kesehatan saat membeli makanan atau minuman. Kalau dulu kamu cuma bisa menghambur-hamburkan uang dan melakukan apa yang kamu suka, sekarang pasti kamu sudah mulai memikirkan “mau dibawa ke mana” hubungan kita (Eh, maksudnya mau jadi apa kamu di masa depan). Iya, kan?
Nah, sama seperti manusia, bumi juga butuh transisi untuk bisa menjadi tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu hal yang saat ini bisa kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan transisi energi, yaitu perubahan pengadaan energi yang dilakukan dengan meninggalkan minyak, batu bara, gas, dan tenaga nuklir serta menggantinya dengan energi terbarukan.
Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti tenaga surya, angin, arus air, proses biologi, dan panas bumi. Lalu, apa hubungannya dengan kesadaran energi? Ini dia jawabannya!
Energi bagi Bumi = Uang bagi Manusia
Sama seperti uang yang kita miliki, energi juga adalah kekayaan yang dimiliki oleh bumi. Kalau kita hanya menggunakan uang untuk membeli barang-barang tertentu, sudah pasti uang yang kita miliki akan habis suatu hari nanti. Berbeda jika uang tersebut kita gunakan untuk menabung atau membangun sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti usaha atau bisnis kecil-kecilan yang menghasilkan pendapatan; uang akan mengalir dan menghasilkan pendapatan baru sehingga masa depan pun lebih terjamin.
Begitu juga dengan energi yang dimiliki bumi. Jika kita hanya menggunakan energi yang ada tanpa memikirkan bagaimana cara mengelolanya dengan baik, energi tersebut tentu akan habis di masa mendatang dan nantinya kita pun akan kesulitan untuk melakukan berbagai hal yang membutuhkan energi.
Kita lihat sebentar persoalan energi yang ada di tanah air. Pada 2014, Dewan Energi Dunia mencatat bahwa tingkat ketahanan energi Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 129 negara. Peringkat ini menurun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, Indonesia punya ketahanan energi yang rendah dan berpotensi untuk menghadapi krisis energi di masa depan.
Ketahanan energi sendiri meliputi tiga aspek penting, yaitu ketersediaan sumber energi, keterjangkauan pasokan energi, dan keberlanjutan pengembangan energi terbarukan. Kalau ketersediaan sumber energi sudah menipis, pasokan energi sulit dijangkau, dan pengembangan energi terbarukan tidak berjalan dengan baik, apa yang bisa kita lakukan di masa depan?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, energi bagi bumi sama seperti uang bagi manusia sehingga kita harus pintar-pintar mengelolanya agar tidak “tercekik” di masa depan. Sayangnya, banyak generasi muda yang abai terhadap lingkungan dan sering lupa bahwa energi juga bisa habis. Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari pentingnya energi bagi keberlangsungan hidup kita.
Kita makan pakai nasi, tapi nasi dimasak pakai magic com. Kita berkomunikasi dan bekerja pakai gadget, tapi gadget juga butuh listrik. Bahkan, saat tidur pun, kita masih membutuhkan energi! Energi yang diperoleh dari makanan dan sumber daya alam lainnya. Kalau bumi sudah kehabisan energi, apa kita masih bisa punya energi untuk tidur?
Jadi, sudah jelas kan kenapa kita harus sadar energi!
Pemuda = Agen Perubahan
Pernah dengar kutipan terkenal dari Presiden RI pertama kita, Soekarno, yang berbunyi “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncangkan dunia”?
Jika melihat kembali catatan sejarah, pemuda berperan penting dalam mewujudkan kemerdekaan dan juga reformasi kemerdekaan sehingga Indonesia menjadi negara yang lebih baik. Kehadiran generasi muda menjadi kekuatan bagi suatu bangsa untuk dapat memperoleh gagasan dan semangat baru yang berpotensi menjadi solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini.
Kutipan tersebut sepertinya tidak cuma berlaku pada masa kemerdekaan saja. Sampai saat ini, pemuda masih menjadi tonggak utama bagi perubahan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang transisi energi.
Cuma dengan sepuluh pemuda, dunia bisa jadi lebih baik atau bahkan lebih buruk. Kenapa? Karena pemuda punya “kekuatan” yang besar untuk mengubah pemikiran dan perilaku masyarakat di sekitarnya.
Berapa banyak sih orang tua yang memahami perkembangan teknologi yang ada saat ini? Jumlahnya tentu lebih sedikit dibandingkan dengan anak muda yang paham tentang hal itu. Apalagi, di era digital ini, sudah banyak media yang bisa digunakan untuk mempercepat arus informasi. Dalam waktu sehari, kita bahkan sudah bisa menerima ratusan informasi dari media sosial.
Sebuah jurnal berjudul Youth and Social Movements: Key Lessons for Allies yang diterbitkan Harvard pada 2012 menyebutkan bahwa pemuda berperan penting dalam berbagai bidang, termasuk geografi dan orientasi politik. Kaum muda bisa menjadi agen perubahan sosial yang kuat karena kebanyakan dari mereka memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengubah dunia, serta mencari berbagai peluang untuk melakukannya.
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan pula bahwa pemuda sering kali melakukan inovasi dengan melakukan praktik gerakan sosial. Kita lihat bagaimana kaum remaja perempuan berbondong-bondong menyuarakan emansipasi atau feminisme selama bertahun-tahun. Ada juga komunitas punk yang mulai menyuarakan idealisme mereka melalui musik dan gaya hidup DIY pada era 80-an. Hingga kini, kedua idealisme tersebut masih bisa kita dengar, kan?
Dengan kata lain, generasi muda selalu punya cara yang tidak biasa untuk menunjukkan, memperkenalkan, atau bahkan menyebarluaskan suatu hal. Tapi, di sisi lain, kaum muda juga biasanya mencari sosok idola yang akan dijadikannya sebagai panutan. Oleh karena itu, kaum muda juga cenderung lebih mudah dipengaruhi ketika mendapatkan informasi dari lingkungan. Dengan sosok panutan yang tepat, maka generasi muda pun bisa menyerap informasi yang tepat pula.
Ingin jadi bagian dari perubahan bangsa yang lebih baik? Yuk, sadari terlebih dahulu bahwa kita punya segudang kemampuan untuk bisa berkontribusi bagi lingkungan!
Transisi Energi = Investasi untuk Negeri
Sebelum membahas pentingnya transisi energi bagi kehidupan kita, ada baiknya kita kenali dulu apa hal yang membuat peringkat ketahanan energi di Indonesia semakin merosot; yaitu produksi minyak bumi yang semakin menurun dan permintaan semakin meningkat. Sayangnya, sumber energi yang digunakan saat ini didominasi oleh energi fosil sehingga energi tersebut akan habis di masa mendatang.
Sekarang ini, hampir 30 persen kebutuhan energi di Indonesia berasal dari minyak bumi impor yang terus meningkat sehingga sistem perekonomian negara pun terganggu. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia akan habis dalam waktu 11-12 tahun ke depan. Hal serupa juga akan terjadi pada cadangan batu bara yang akan habis dalam kurun waktu 22 tahun ke depan. Sementara itu, cadangan gas juga akan habis dalam kurun waktu 25-50 tahun ke depan.
Dulu, orang tua susah payah mengajarkan kita menabung. Tapi, kita juga susah payah menuruti mereka karena menganggap bahwa tabungan bukanlah hal yang penting. Seiring berjalannya waktu, kita sudah mulai sadar kalau menabung adalah hal yang penting bagi masa depan. Bahkan, banyak dari kita yang mulai berinvestasi karena menganggap kebutuhan di masa depan akan lebih tinggi.
Begitu juga dengan kondisi energi yang ada saat ini. Mungkin, sekarang kita belum bisa melihat dampak positif dari kesadaran energi yang kita bangun. Tapi, di masa mendatang, kita pasti akan menyadari bahwa transisi energi adalah investasi penting untuk masa depan negeri ini.
Setelah kamu tahu pentingnya membangun kesadaran energi, apa saja hal yang bisa dilakukan untuk mendorong terwujudnya transisi energi?
- Mulailah terapkan gaya hidup hemat energi dengan menghemat air, listrik, dan sumber energi lainnya. Ingat, energi adalah uang! Jadi, matikan lampu atau perangkat elektronik lain kalau kamu sedang tidak memakainya. Kalau tidak dalam kondisi darurat, pakai kendaraan umum saja saat pergi. Jangan kalah sama gengsi ya, anak muda! 😀
- Manfaatkan teknologi hijau dan hindari penggunaan produk yang bisa membuat sumber energi semakin menipis. Misalnya, pakai produk ramah lingkungan yang bisa digunakan berkali-kali dan mudah terurai saat dibuang, seperti penggunaan sedotan stainless atau bambu yang sekarang ini sudah banyak beredar di pasaran.
- Jadi relawan energi terbarukan di lingkungan sekitar kamu dan jadilah pemuda keren yang sadar dan cinta lingkungan.
- Dukung pemerintah daerah kamu untuk menjalankan berbagai kebijakan terkait transisi energi. Kalau tidak kenal dengan pemerintah, kamu bisa mulai mendorong mereka dengan mention mereka di postingan media sosial kamu.
- Punya hobi update status di media sosial juga bisa jadi peluang besar bagi kamu untuk menyebarkan praktik sadar energi melalui konten yang kreatif dan “kamu banget”. Selain bisa memberikan informasi positif, kamu juga bisa terkenal, lho. (Tapi, jangan jadikan opsi kedua sebagai tujuan utama kamu, ya!)