Jakarta – Masih besarnya beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah menjadi ganjalan bagi Indonesia untuk mendapatkan peringkat ‘Investment Grade’.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Andie Megantara dalam diskusi soal subsidi energi yang dilakukan di Hotel Akmani, Jakarta, Selasa (5/7/2011).
“Kita akan sulit masuk ke investment grade mengingat negara kita masih keseringan subsidi,” kata Andie.
Katanya, untuk mendapatkan peringkat ‘Investment Grade’ Indonesia perlu mengurangi kebiasaan untuk memberi subsidi kepada masyarakatnya.
Salah satu aspek subsidi yang besar membebani anggaran pemerintah Indonesia adalah subsidi pada sektor energi. Dari subsidi tersebut, yang terbesarnya adalah untuk BBM dan listrik.
“Untuk subsidi BBM, tren dari tahun 2008 hingga sekarang saja sudah di atas Rp 100 triliun hanya untuk mensubsidi energi. Ini cukup membebebani APBN,” ungkapnya.
Begitu juga dengan subsidi listrik, yang sejak 2005 pemerintah mengeluarkan hingga Rp 8,9 triliun dan bahkan sekarang subsidi untuk listrik sudah menyentuh angka Rp 40 triliun.
Andie melanjutkan, 20% dana dalam APBN disedot hanya untuk memberikan subsidi ke sektor energi di Indonesia.
“Sekarang kalau mau ke APBN-P 2011, kita ingin menambah subsidi BBM mengingat kuotanya terancam bertambah, tapi uangnya dari mana? Itu dari utang. Maka itu menjadikan kita sangat sulit untuk menjadi negara yang masuk ke investment grade,” ungkap Andie.
sumber: detik finance.