JAKARTA– PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, menargetkan konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik mencapai 3,36 juta kiloliter di semester II atau turun 59,57% dari realisasi konsumsi bahan bakar minyak semester I sebesar 5,64 juta kiloliter. M Suryadi Mardjoeki, Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak PLN, mengatakan penurunan konsumsi didorong mulai beroperasinya sejumlah pembangkit listrik tenaga uap dalam proyek 10 ribu megawatt tahap pertama dan tambahan pasokan gas untuk perseroan.
Penambahan pembangkit listrik tenaga uap membuat konsumsi batu bara PLN meningkat 26,9% dari 19 juta ton pada semester I menjadi 26 juta ton pada semester berikutnya. Beberapa pembangkit dalam proyek 10 ribu megawatt tahap pertama yang telah beroperasi secara penuh adalah PLTU Indramayu, PLTU Rembang, PLTU Lontar, PLTU Suralaya 8 serta PLTU Tanjungjati unit 3.
“Kami menargetkan konsumsi batu bara pembangkit milik PLN dan swasta hingga akhir tahun ini mencapai 45 juta ton,” ujarnya kepada IFT, Selasa.
Selain didorong oleh tambahan pasokan batu bara, penurunan konsumsi bahan bakar minyak juga disebabkan kenaikan konsumsi gas. Perseroan akan mendapatkan tambahan pasokan gas sebesar 65 juta kaki kubik dari Blok Jambi Merang yang dikelola Joint Operating Body Pertamina-Talisman Jambi Merang sekitar September-Oktober 2011 ke pembangkit PLN yang berada di Sumatera.
PLN telah mengusulkan kepada Badan Pelaksana
Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) agar pasokan gas dari Jambi Merang tersebut dialihkan ke pembangkit listrik tenaga gas uap Muara Tawar, Bekasi, Jawa Barat melalui pipa gas yang dikelola PT Transportasi Gas Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Pengalihan itu bersifat sementara hingga pembangkit listrik PLN yang beradap di Sumatera beroperasi.
Menurut Suryadi, pengalihan pasokan tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme swap dengan gas ConocoPhillips Indonesia yang mengalir ke Chevron. Begitu usulan tersebut disetujui BP Migas, gas bisa langsung dialirkan tanpa menunggu Oktober.
“Selain dari Jambi Merang, kami juga akan memperoleh pasokan gas sebesar 2,5 juta kaki kubik per hari dari Blok Gelam Technical Asisstance Contract dengan operator PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) pada Oktober,” ujarnya.
PLN mencatat penurunan penggunaan gas di pembangkit PLN dan swasta sebesar 7% dari 176 triliun british themal unit pada semester I 2010 menjadi 163 triliun british thermal unit pada periode yang sama tahun ini. Sementara produksi pembangkit listrik tenaga panas bumi mencapai 4,7 terawatthour atau sama dengan semester I 2010. Perseroan menargetkan konsumsi gas sepanjang tahun ini mencapai 344 triliun british thermal unit.
Nur Pamudji, Direktur Energi Primer PLN, memperkirakan konsumsi bahan bakar pembangkit PLN dan pembangkit swasta hingga akhir 2011 terdiri dari batu bara 45 juta ton, gas 344 triliun british thermal unit dan bahan bakar minyak sebesar 9 juta kiloliter. Dengan perkiraan produksi listrik perseroan mencapai 180 terawatthour.
PLN mengalokasikan dana untuk pembelian bahan bakar pembangkit sebesar Rp 89,8 triliun sepanjang tahun ini. Sebagian besar dana itu untuk belanja bahan bakar minyak sebesar Rp 51,5 triliun, batu bara Rp 25,7 triliun, gas Rp 10,4 triliun, panas bumi Rp 1,7 triliun, dan air Rp 400 miliar.
Menurut perhitungan Departemen Riset IFT, PLN diproyeksikan mengeluarkan dana sebesar Rp 47,94 triliun untuk pembelian bahan bakar minyak perseroan sepanjang semester I. Ini dengan asumsi bahan bakar minyak perseroan sebesar 5,64 juta kiloliter dengan harga beli bahan bakar minyak berdasarkan informasi dari PLNseharga Rp 8.500 per liter.
Jika PLN dapat mencapai target konsumsi bahan bakar minyak sebesar 9 juta kiloloter sepanjang tahun ini, perseroan diperkirakan mengeluarkan dana Rp 76,5 triliun atau sekitar 46,6% di atas alokasi dana perseroan untuk membeli bahan bakar minyak sebesar Rp 51,5 triliun.
Lebihi Target
Fabby Tumiwa, pengamat kelistrikan dari Institute for Essential Services Reform Indonesia, memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak PLN akan melebih target yang sudah ditetapkan perseroan. Jika melihat realisasi konsumsi bahan bakar minyak hingga semester I, menurut Fabby, realisasi konsumsi bahan bakar PLN minimal mencapai 9,5 juta kiloliter sepanjang tahun ini.
Proyeksi yang ditetapkan Fabby lebih tinggi dari realisasi konsumsi bahan bakar minyak PLN pada tahun lalu sebesar 9,1 juta kiloliter. Menurut Fabby, itu disebabkan adanya tambahan pelanggan batu sehingga konsumsi listrik meningkat. “Kenaikan jumlah pelanggan tersebut karena perseroan menerapkan kebijakan untuk melayani seluruh permintaan sambungan listrik baru dari masyarakat,” katanya.
Berdasarkan catatan PLN, tambahan pelanggan dari akhir Desember 2010 hingga Mei 2011 lebih dari satu juta pelanggan. PLN memproyeksikan perolehan tambahan 3,6 juta pelanggan baru dari 42 juta menjadi 45,6 juta pelanggan. Sebagian besar tambahan pelanggan adalah pelanggan rumah tangga. Dengan tambahan tersebut, rasio elektrifikasi nasional tahun ini ditargetkan meningkat dari 67,6% menjadi 72%. (*)
sumber: indonesiafinancetoday.com.