Karangasem, 22 Mei 2025 – Mentari menggantung garang tepat di atas kepala ketika rombongan Jelajah Energi Bali menginjakkan kaki di Kecamatan Kubu, hari keempat dari rangkaian perjalanan. Kecamatan Kubu, bagian dari Kabupaten Karangasem yang berada di ujung timur Pulau Bali, dikenal dengan lanskap vulkanik dan garis pantainya yang kering. Tanahnya keras, cuacanya panas, tapi justru itulah anugerah. Di balik kerasnya medan dan minimnya curah hujan, terhampar potensi energi surya yang sangat menjanjikan. Inilah bagian dari wajah Bali yang jarang disorot, namun menyimpan kontribusi penting bagi misi besar untuk mewujudkan Bali Net Zero Emission (NZE) 2045.
Perjalanan hari itu membawa rombongan ke dua titik penting. Yang pertama adalah PLTS 16 kWp On Grid milik Mero Foundation. Terletak di kawasan yang terbuka dan penuh cahaya matahari, pembangkit ini menjadi simbol bagaimana energi bersih bisa memberikan manfaat nyata untuk menjaga biota laut. Sementara destinasi kedua, PLTS 1 MW milik Pemerintah Kabupaten Karangasem, menunjukkan skala yang lebih besar dari ambisi energi surya di daerah ini. Keduanya berada di Kecamatan Kubu satu wilayah, dua wujud nyata dari semangat transisi energi.
Energi Surya Menjaga Biota Laut
Rombongan Jelajah Energi Bali tiba di lokasi yang disambut hangat oleh pendiri Mero Foundation beserta seluruh staff. Marine Education and Research Organization (MERO Foundation) adalah lembaga riset kelautan yang berkomitmen mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian ekosistem laut.
Sebagai pusat pendidikan dan penelitian, MERO dilengkapi dengan laboratorium serta tim peneliti dan tenaga ahli di bidang kelautan. Dari luar, bangunan ini tampak sederhana. Namun di dalamnya, tersembunyi kekayaan intelektual yang tak ternilai, koloni-koloni bakteri laut yang disimpan rapi dalam ruang pendingin.
Pendiri Mero Foundation, Rahmadi Prasetyo menceritakan pihaknya memutuskan untuk menggunakan sistem PLTS On Grid sejak tahun 2017 dan mampu memasok energi bersih ke alat laboratorium penelitian yang sangat sensitif terhadap suhu pendinginan. PLTS ini memiliki 64 panel surya yang dipasang di atap laboratorium tersebut, dengan kapasitas hingga 16 kWp.
“Sangat dijaga (listrik di laboratorium, red). Tidak boleh istilahnya kalau misal kemarin blackout seminggu itu chaos banget pasti, harta kami di sini bakteri-bakteri itu. Mesin pendingin kami harus menyala 24 jam non-stop” ujar Rahmadi.
MERO Foundation bukan sekadar lembaga riset. Mereka adalah penjaga ekosistem kecil namun vital yang menjadi dasar dari berbagai studi kelautan di Indonesia. Bakteri-bakteri laut yang diteliti di sini memiliki peran penting dalam rantai kehidupan bawah laut, restorasi ekosistem, hingga inovasi teknologi berbasis hayati. Tak heran, listrik bagi mereka bukan hanya soal operasional, tapi soal hidup dan mati.
Rahmadi mengatakan, energi listrik dari PLTS sangat penting untuk menjaga kestabilan operasional laboratorium. Meski hanya mampu menyuplai sekitar 25-30 persen kebutuhan listrik, pasokan energi ini sangat membantu. Dalam kegiatan Jelajah Energi Bali ini, peserta diajak melihat langsung area kontrol PLTS serta memahami bagaimana listrik yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan penelitian.
Ladang Panel Surya Menerangi Bali
Setelah menilik inovasi energi terbarukan di MERO Foundation, rombongan Jelajah Energi Bali melanjutkan perjalanan ke destinasi kedua hari itu, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1 MW adalah aset Pemerintah Daerah (Pemda) Karangasem sejak tahun 2017. Terletak di Kecamatan Kubu, PLTS ini sempat menjadi simbol optimisme besar dalam perjalanan Bali menuju transisi energi bersih.
PLTS Kubu merupakan satu dari tiga proyek percontohan pembangkit listrik tenaga terbarukan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Berada di lokasi seluas 1,2 hektar dengan kekuatan listrik yang dihasilkan sebesar 1 MW peak, PLTS Kubu tidak hanya menjadi PLTS pertama yang dibangun tapi juga menjadi PLTS terbesar di Indonesia ketika zaman itu.
I Made Hadi Susila, Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Karangasem menjelaskan PLTS ini memiliki 5004 modul surya dan 50 inverter yang terhubung dengan ke jaringan distribusi PLN, menjadikannya aset penting dalam menjaga keandalan pasokan listrik di Kabupaten Karangasem yang sebelumnya cukup rentan terhadap gangguan pasokan.
“Pengoperasian PLTS ini tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga membuka peluang kerja lokal dalam bidang operasi dan pemeliharaan. Para teknisi lokal dilatih secara khusus untuk merawat panel surya, sistem inverter, serta pengawasan performa sistem melalui dashboard digital” ujarnya.
Sayangnya, ketika rombongan Jelajah Energi Bali berkunjung tampak kondisi PLTS Kubu yang memerlukan perawatan lebih lanjut. Terlihat rumput dan alang-alang tumbuh di antara panel surya tersebut.
“Kurang lebih seperti ini kondisinya yang kita lihat sekarang, perlu perawatan dan pengecekan lebih lanjut. PLTS Kubu ini dibangun sebagai langkah strategis untuk mendekatkan energi bersih ke masyarakat Bali Timur. Ini bukti bahwa transisi energi bisa dilakukan dengan pendekatan yang terencana dan inklusif” katanya.