Membangun Pemahaman untuk Akselerasi Transisi Energi di Asia Tenggara

Malaysia, 21 Februari 2025 – Kepemimpinan Malaysia pada ASEAN 2025 memiliki sejumlah fokus prioritas dalam sektor energi. Mulai dari gagasan untuk mempercepat ASEAN power grid, hingga dorongan untuk menjadikan ASEAN sebagai hub industri semikonduktor. Infrastruktur pendukung lain seperti kemungkinan penggunaan teknologi baru, mobilisasi pendanaan, dan mobilisasi keuangan untuk investasi energi terbarukan juga dibahas. 

Dalam pertemuan terbatas yang diselenggarakan oleh Southeast Asia Energy Transition Coalition (SETC) dengan perwakilan pemerintah Malaysia, Dr. Nora Yusma Binti Mohamed Yusop, Direktur, Institute of Energy Policy and Research (IEPRe), Universiti Tenaga Nasional Malaysia menyampaikan bahwa SETC sedang berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan di Malaysia untuk mencari tahu agenda prioritas keketuaan ASEAN Malaysia. Ia juga menambahkan  bahwa SETC mencari peluang untuk menyampaikan rekomendasi untuk isu prioritas yang menyangkut dengan energi.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menyatakan bahwa dialog dan pertemuan ini penting untuk menyamakan pemahaman antar pihak.

“Transformasi sistem energi di ASEAN bukan semata-mata suatu kewajiban untuk menjaga lingkungan namun sebagai strategi pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan,” kata Fabby.

Fabby menambahkan juga bahwa ASEAN telah memiliki sumberdaya, potensi teknologi, dan instrumen pendanaan untuk menjalankan inisiatif ini. Namun (para pemimpin negara) ASEAN juga harus membuat komitmen yang kuat, adanya kerjasama regional, dan aksi nyata yang kuat atas komitmen yang telah dijanjikan.

Noor Iziddin Abdullah Bin Haji Ghazali, Head of Project Development & Management, North Consult Engineering, membagikan pengalamannya terlibat dalam proyek energi terbarukan di Malaysia, seperti PLTS skala utilitas. 

“Lembaga pendanaan internasional biasanya memiliki persyaratan dan standar yang lebih ketat dan lebih komprehensif hingga mencakup analisis sosial dan lingkungan dari proyek energi terbarukan. Sedangkan lembaga keuangan lokal, biasanya tidak menuntut syarat sebanyak lembaga internasional, namun jumlah uang yang dapat diberikan relatif kecil,” kata Noor Iziddin. 

Malaysia juga mempertimbangkan berbagai perkembangan teknologi energi termasuk nuklir, serta perkembangan permintaan energi yang diproyeksikan akan naik signifikan dengan maraknya industri pusat data dan masifnya penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligent, AI).

Share on :

Leave a comment